Senin, 27 Februari 2012

Mencermati Isu HAM, Antara Impian dan Alat Politik



Hari ini 10 Desember, ditentukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai Hari Dunia HAM. Di hari ini pada tahun 1948 Majelis Umum PBB merilis piagam dunia HAM. Kesepakatan penentuan 10 Desember sebagai hari dunia HAM didasarkan oleh misi utama PBB yakni menjamin perdamaian dan keamanan di dunia. Penghormatan terhadap hak-hak manusia di bidang politik, budaya dan kemasyarakatan merupakan impian manusia modern.

Sepanjang sejarah manusia, seluruh agama samawi di ajarannya sangat menekankan penghormatan terhadap hak-hak manusia serta penegakan perdamaian dan keamanan di tengah masyarakat. Meletusnya perang dunia pertama dan kedua, khususnya di Eropa membuat publik internasional mulai memperhatikan hak-hak manusia. Oleh karena itu, di piagam PBB mulai ditekankan keharusan menghormati hak-hak manusia.

Majelis Umum PBB pada 10 Desember 1948 meresmikan piagam HAM. Di pembukaan piagam ini menekankan pengokohan institusi keluarga, kehormatan, nilai-nilai kemanusiaan, hak wanita dan pria serta dampak dari tidak adanya perhatian terhadap HAM. Di butir pertama piagam ini disebutkan tiga pokok HAM, kekebasan, persamaan dan persaudaraan.

Sementara itu, mayoritas negara dunia menyetujui piagam ini dan mereka menyatakan kepatuhannya terhadap isi piagam tersebut. Kini telah lebih dari 60 tahun usia piagam HAM PBB, namun kondisi HAM di berbagai dunia khususnya negara maju masih memprihatinkan. Warga di berbagai dunia pun masih ramai berdemo menuntut keadilan dari pemerintah mereka.

Negara-negara maju bukannya menjadi pelopor di bidang HAM, namun mereka dalam prakteknya banyak melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Pelanggaran HAM mereka juga diperparah dengan intervensi di negara lain dan aktiv membantai warga sipil.

Kini HAM telah berubah perannya dalam pandangan Barat. Isu HAM lebih banyak menjadi alat politik bagi mereka untuk menekan negara lain yang tidak sehaluan dengan kebijakannya. Amerika Serikat dalam hal ini menjadi pihak yang kerap menjadikan isu HAM untuk menekan dan menjatuhkan sanksi terhadap negara lain.

Di sisi lain, saat menyikapi aksi protes warganya, AS bersikap keras. Sikap polisi Amerika yang menindak keras para demonstran, para mahasiswa pun ditangkapi. Kesemuanya ini menunjukkan jati diri sebenarnya Amerika dan klaim pembela HAM yang digembar-gemborkan Washington cuma slogan belaka. Iran dalam hal ini menjadi korban HAM oleh AS. Dengan dalih melanggar HAM, AS menjatuhkan sanksi sepihak terhadap Tehran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar