Rabu, 29 Februari 2012

Kebohongan, Cara Inggris Memulai Perang



Inggris telah berpartisipasi atau meluncurkan tiga perang dalam satu dekade terakhir, yang semuanya dimulai berdasarkan sejumlah kebohongan.

Pemerintah Inggris di bawah Tony Blair berbohong kepada rakyatnya, ketika bergabung dengan pasukan koalisi untuk meluncurkan invasi ke Afghanistan setelah peristiwa 11 September 2001.

Blair menggelar sebuah propaganda media besar-besaran untuk membujuk rakyat Inggris bahwa Taliban dan Al Qaeda berada di balik serangan tersebut.

Pemerintah London kemudian menggunakan ideologi ekstremis Wahabi untuk menipu rakyat Inggris agar mereka percaya bahwa jika kelompok radikal di belakang peristiwa 11 September, tidak dihentikan, mereka pasti akan meluncurkan serangan serupa di wilayah Inggris.

Padahal, Wahhabisme sendiri merupakan produk dari konspirasi Inggris, dengan tujuan menghancurkan Islam selama abad ke-18.

Sekarang, lebih dari satu dekade setelah invasi, keraguan muncul satu demi satu tentang motif di balik serangan.

Lagi, pada bulan Maret 2003, pemerintah Blair berbohong tentang diktator Irak, Saddam Hussein, ketika dia menyatakan bahwa kami harus melancarkan serangan terhadap Irak karena rezim Baghdad memiliki senjata pemusnah massal, yang bisa diaktifkan dalam waktu 45 menit.

Motif sebenarnya di balik perang itu tidak ada hubungannya dengan senjata pemusnah massal, tapi semua seputar kontrol Amerika Serikat atas sumber daya minyak Irak dan memperkuat kehadiran mereka di Timur Tengah.

Pemerintah Inggris dan sekutunya saat ini meluncurkan kampanye pengeboman terhadap Libya untuk menegakkan resolusi Dewan Keamanan PBB, yang menyerukan zona larangan terbang.

Namun, mandat PBB ternyata menjadi skenario untuk menggulingkan rezim Muammar Gaddafi di balik kebangkitan rakyat, yang didorong oleh ketidakpuasan di dalam negeri.

Sekarang rezim Gaddafi telah digulingkan, Inggris dan kekuatan Barat lainnya telah meluncurkan tawaran untuk mengamankan ladang minyak Libya.

Sebenarnya, Perdana Menteri Inggris David Cameron berbohong kepada rakyat Inggris, ketika ia mengatakan kepada parlemen bahwa pemerintah menyerang Libya untuk keluar dari krisis kemanusiaan.

Kini, opini publik dunia pada umumnya tidak pernah lagi menerima apa yang disebut Barat krisis kemanusiaan sebagai alasan untuk mendukung tujuan jahat di balik intervensi militer di tempat lain di seluruh dunia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar