Rabu, 29 Februari 2012

Fakta Memilukan Kemiskinan Global



Berdasarkan statistik yang dirilis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), saat ini tercatat satu milyar populasi dunia hidup miskin mutlak. Mereka bahkan tidak dapat makan secara proporsional sekali dalam sehari. Selain itu, tercatat sekitar empat milyar orang hidup relatif miskin karena krisis pangan, rendahnya kebersihan, serta fasilitas dan infrastruktur yang tidak memadai.

Tanggal 17 Oktober ditetapkan oleh PBB sebagai Hari Pemberantasan Kemiskinan Sedunia. Selain untuk menggalang perhatian masyarakat dunia terhadap masalah ini, penetapan hari itu juga diharapkan dapat merealisasikan langkah-langkah kongkret dalam memberantas fenomena memilukan tersebut.

Kemiskinan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dibagi ke dalam tiga definisi, yaitu kemiskinan potensial, kemiskinan relatif, dan kemiskinan mutlak. Dalam kemiskinan potensial, terdapat beberapa faktor berpengaruh termasuk di antaranya kekurangan pangan, sandang, tempat tinggal, kesehatan, serta pendidikan dan pembinaan. Jenis kemiskinan seperti ini dapat disebut dengan keterbelakangan sosial yang oleh PBB dimasukkan dalam kategori kemiskinan.

Adapun kemiskinan relatif, adalah jenis kemiskinan yang menurut PBB disebabkan faktor pendapatan rata-rata di sebuah negara. Artinya, sesuai dengan pendapatan rata-rata di setiap negara, orang yang memiliki pendapatan lebih rendah dari pendapatan rata-rata negara, maka dia tergolong miskin relatif. Kategori ketiga dari definisi kemiskinan oleh PBB adalah kemiskinan mutlak, yaitu orang yang berpendapatan kurang dari dua dolar Amerika perhari.

Berdasarkan berbagai laporan dan statistik PBB, saat ini tercatat satu milyar populasi dunia hidup di garis kemiskinan mutlak. Mereka bahkan tidak dapat makan secara proporsional sekali dalam sehari. Selain itu, tercatat sekitar empat milyar orang hidup relatif miskin karena krisis pangan, rendahnya kebersihan, serta fasilitas dan infrastruktur yang tidak memadai.

Keluarga-keluarga miskin, menghadapi berbagai kesulitan termasuk di antaranya tidak mampu menjaga dan merawat anak-anak mereka, serta dalam menyediakan pangan, keamanan, dan pendidikan. Keluarga miskin adalah pihak yang merasakan dampak paling besar dalam krisis ekonomi dan sosial di setiap negara.

Dimensi tragedi kemiskinan dan kelaparan saat ini sudah mencapai pada titik yang memprihatinkan dan setiap detiknya satu anak meninggal dunia karena gizi buruk. Sementara di sisi lain, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyatakan kekhawatirannya atas kenaikan harga pangan dan diperkirakan kenaikan harga tersebut akan semakin memperluas kemiskinan di dunia.

Berdasarkan laporan Bank Dunia, bersamaan dengan munculnya kondisi darurat di negara-negara Tanduk Afrika karena kekeringan, harga pangan di Somalia melonjak sampai pada puncaknya sejak tahun 2008. Berdasarkan berbagai laporan, dalam tiga bulan terakhir, tercatat 29 ribu anak balita Somalia meninggal dunia dan 600 ribu lainnya terancam mati kelaparan. Pada saat yang sama, krisis kekeringan dan pangan mengancam nyawa 12 juta orang di Ethiopia, Djibouti, Kenya, Uganda, dan Sudan. Jumlah orang lapar di dunia akan terus meningkat menyusul peningkatan angka populasi di negara-negara dunia ketiga.


Jumlah orang miskin tidak terbatas hanya di Tanduk Afrika. Krisis ekonomi dalam beberapa tahun terakhir juga menunjukkan dampaknya di Amerika Serikat. Data statistik di Amerika menunjukkan, jumlah warga miskin di negara ini telah melampaui angka 46 juta orang. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam 17 tahun terakhir. Disebutkan bahwa jumlah orang miskin dari golongan kulit hitam di Amerika Serikat meningkat lebih cepat dibanding golongan lainnya. Saat ini jumlah mereka telah mencapai lebih dari 27 persen.

Di Amerika Serikat, 10 persen populasi negara ini menguasai sekitar 70 persen kekayaan negara dan 20 persen warga Amerika mengantongi separuh dari total gaji di negara ini. Sementara itu, jutaan warga Amerika hidup di garis kemiskinan, menganggur, dan tidak terjangkau layanan jasa kesehatan maupun sosial. Penurunan gaji, tumpukan utang keluarga kepada bank, kekhawatiran menjadi penganggur, dan krisis ekonomi, merupakan kendala yang dihadapi warga Amerika Serikat saat ini.

Pada bulan September 2000, dan dimulainya millenium ketiga, Majelis Umum PBB telah meratifikasi sebuah program yang ditandatangani para pemimpin 147 negara. Program tersebut terfokus pada delapan acuan global dalam memberantas kemiskinan. Negara-negara anggota PBB, berkomitmen untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut hingga tahun 2015. Target yang diacu adalah, pendidikan untuk semua anak, kesehatan anak, persamaan gender, penurunan angka kematian anak, kesehatan ibu, pemberantasan penyakit seperti AIDS dan malaria, serta pencapaian kemajuan konstan dan partisipasi global.

Sejak tahun 2000, telah digelar berbagai sidang yang memfokuskan masalah pemberantasan kemiskinan dan kelaparan. Namun dengan semakin dekatnya batas waktu program tersebut, masyarakat internasional menyadari betapa sulitnya untuk menggapai program itu menyusul krisis ekonomi dan berbagai bencana alam yang menimpa. Masyarakat dunia seakan kehilangan komitmen memberantas kemiskinan dan kelaparan hingga tahun 2015.

PBB mengumumkan bahwa hingga tahun 2015, akan terkumpul dana sekitar 40 milyar USD, dari negara-negara anggota dan berbagai lembaga kemanusiaan, serta bantuan individu, untuk membantu negara-negara kurang maju. Dana tersebut harus mampu menyelamatkan 16 juta perempuan dan anak dari ancaman kematian. Di lain pihak, para pengamat memperkirakan bahwa dana yang diperlukan untuk program tersebut mencapai 169 milyar USD. Akan tetapi, negara-negara Barat menyatakan hanya akan komitmen pada dana yang telah ditetapkan tahun 2000 oleh PBB. Namun diperkirakan bantuan dari Barat untuk program tersebut akan menurun menyusul krisis yang mengguncang seluruh sendi perekonomian Barat.

Tidak dipungkiri lagi bahwa negara-negara terbelakang tidak akan mampu keluar dari kepungan krisis kemiskinan dan kelaparan tanpa bantuan asing. Selama rakyat lapar, maka mereka tidak akan mampu mematahkan rantai kemiskinan dan mereka terus akan menghadapi berbagai dampak sosial yang destruktif. Seorang anak yang lapar tidak akan dapat tumbuh berkembang dengan baik, tidak dapat belajar, dan pasti tidak akan maju. Oleh karena itu, negara-negara yang memiliki taraf kesejahteraan rakyat yang lebih tinggi harus memahami tanggung jawab kemanusiaan mereka dalam hal ini.

Faktor yang harus dipenuhi dalam proses menuju kesejahteraan di negara-negara miskin adalah perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya yang berkesinambungan. Masyarakat yang tidak memiliki perkembangan ekonomi, mereka tidak akan dapat menikmati kesejahteraan sosial.

Pengalaman menunjukkan bahwa sarana paling efektif dalam memberantas kemiskinan adalah menciptakan lapangan kerja melalui peningkatan investasi di bidang industri dan pertanian, serta pembentukan unit-unit produksi yang transparan dan partisipasi pro-aktif di pasar global.

Upaya untuk menciptakan keadilan sosial dan distribusi kekayaan yang adil ke seluruh lapisan masyarakat juga merupakan faktor penting dalam mereduksi kesenjangan.

Investasi merupakan solusi yang paling cepat dan efektif untuk menyelesaikan masalah kemiskinan dan kelaparan. Perlu digaris bawahi pula bahwa pemberantasan kemiskinan dan kelaparan merupakan tanggung jawab semua pihak, setiap negara, semua individu, dan seluruh manusia di muka bumi ini. Tidak ada yang dapat menghindar dari tanggung jawab tersebut.

Global Future Institute

Tidak ada komentar:

Posting Komentar