Sabtu, 18 Februari 2012

Kilas Balik Liputan Tentang Ahmadiyah (Majalah Tempo 1974)










Mungkin ada gunanya membaca kembali laporan utama TEMPO tahun 1974 ini tentang Ahmadiyah, ditulis oleh Syu'bah Asa (yang kini di Pekalongan dan hanya bisa mengikuti hiruk-pikuk Ahmadiyah di televisi dari kursi rodanya).


Ahmadiyah, sebuah titik yang dilupa

JAKARTA, 1933. Pada tanggal 29 September malam orang berjejal di sebuah tempat di gang Kenari, Salemba. Mereka mengikuti perdebatan antara dua orang tokoh: Nama terkenal A. Hassan yang mewakili Pembela Islam dan Abu Bakar Ayub Ahmadiyah Qadian. Pada akhir itu juga fihak Pembela Islam menerbitkn rekaman debat tersebut yang kemudian dicetak ulang 40 tahun kemudian.

Pada halaman-halaman pertama boleh dibaca keterangan yang menggambarkan jalannya perdebatan: Rapat dihadiri oleh lebih kurang 2.000 orang Wakil pers yang datang: Keng Po, Sin Po, Pemandangan, BintangTimur, Sikap Adil. Sumangat, Senjata Pemuda Jawa Barat, Ceto Welo-Welo.

Wakil-wakil perkumpulan yang datang: Persatuan Islam, Pendidikan Islam, AnNadil Islamie, Persatuan Islam Garut, MAS Garut, Persatuan Islam Leles, Islamiyah Jatinegara, Perukun Kebon Sirih, Salamatul- Insan, Al Irsyad, PBO.

Pukul 8 rapat dibuka oleh Ketua, tuan Mohd. Muhyidin dengan lebih dahulu mengucapkan seperti berikut.

“Tuan-tuan putera dan puteri. Saya mengucapkan teimakasih atas kedatangan sekalian. Ternyatalah perdebatan ini dapat perhatian yang penting. Melainkan saya harap supaya tuan-tuan sekalian akan tinggal dengan iman, seperti kemaren. Sekarang akan diperingati lagi kepada tuan-tuan supaya janganlah mencela atau mengeluarkan perkataan atau isyarat-isyarat yang memihak ke salah satu partai yang sedang berdebat. Barang siapa tiada menurut akan aturan ini, saya akan ambil tindakan. Ingatlah, walaupun tidak setuju juga simpan sahaja dalam hati. Tetaplah memegang aturan seperti kemaren malam. Pembicaraan ini malam akan dibicarakan, apakah sesudah Nabi Muhammad s.a.w. akan ada lagi Nabi atau tidak. Fihak Ahmadiyah akan mengasih keterangan, dalil-dalil yang menguatkan pendiriannya, bahwa sesudah Nabi Muhammad, ada Nabi lagi yang tidak membawa syare'at. Pembela Islam akan kasi keterangan sesudah Nabi Muhammad tidak akan ada Nabi lagi, walaupun yang tiada membawa syare'at baru. Saya persilahkan tuan Abu Bakar Ayub waktunya 1 jam paling lama janganlah menyimpang dari rel.”

Tuan A. Hassan: “Tuan Ketua dan Yuri! Saya minta bicara.

Tuan Ketua: “Apa panjang?”

Tuan A. Hassan: “Cuma perkara yang kemaren malam sahaja.

Tuan Ketua: “Jangan sekarang dibicarakan.”

Tuan A. Hassan: “Saya majukan pertanyaan, apakah aturan tetap seperti kemaren atau ada robahnya, karena praktek kemaren tidak baik.”

Tuan Ketua: Saya tidak mengizinkan. Saya pegang aturan yang sudah ditetapkan oleh kedua belah fihak.”

Tuan A. Hassan: “Karena tuan Rahmat Ali mendustakan saya.

Tuan Ketua: “Saya minta tuan tunduk kepada aturan.

Tuan Hassan lalu duduk. Itu bukanlah satu-satunya debat antara Ahmadiyah dengan kaum muslimin umumnya. Zaman itu adalah zaman ketika kebebasan mimbar terbuka penuh. Sedang munculnya organisasi-organisasi pembaharuan Islam di awal abad 20 seperti Muhammadiyah Al-lrsyad atau Persatuan Islam telah menyebarkan satu udara di mana kegemaran berdebat secara terbuka tumbuh menjadi satu institusi yang di belakang hari boleh mengejutkan para penyelidik yang kurang teliti.

Namun dari besarnya perhatian -- baik pers maupun para pengunjung luar kota -- terhadap debat di atas diketahui bahwa pada tahun 30-an itu masalah Ahmadiyah bukan masalah yang asing bagi rakyat muslimin umumnya. Bahkan boleh dipastikan ia lebih aktuil di masa-masa tersebut dibanding sekarang ketika sudah begitu banyak soal-soal lain yang lebih merebut minat umat beragama.

Orang seakan-akan baru diingatkan kembali ketika dari Makkah dari satu mutamar organisasi-organisasi Islam sedunia beberapa waktu yang lalu datang keputusan yang mengkalirkan Ahmadiyah Qadian. Disusul dengan berita remang-remang tentang beberapa kericuhan di Pakistan negeri asal Ahmadyah akibat keputusan tersebut. Tidak begitu banyak yang diketahui orang tentang perincian peristiwa tersebut secara jelas.

Namun dari berita-berita kecil di koran-koran didapat kesan bahwa di negeri yang baru pecah dua itu gumpalan sentimen yang rupanya sangat berakar -- antara kaum Ahmadiyah Qadian dan umat muslim umumnya -- memang cukup kuat untuk menimbulkan ledakan setiap waktu.

Dan bagaimana di Indonesia? Tak ada ledakan apapun. Syukurlah. Di kalangan muslimin Indonesia sekarang Ahmadiyah kurang-lebih hanya menduduki tempat pengenalan samar-samar. Mereka tahu ada Ahmadiyah Qadian dan ada Ahmadiyah Lahore. Bedanya tak begitu jelas tapi yang pasti Ahmadiyah Qadian meyakini Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) sebagai Nabi -- meskipun hanya Nabi yang menghidupkan kembali ajaran Rasulullah Muhammad S.A.W. dan bukan Nabi yang membawa syari'at baru.

Sedang yang Lahore menganggap Ghulam Ahmad sekedar seorang Mujaddid Pembaharu untuk abad ini -- tak beda dengan pembaharu-pembaharu untuk abad-abad terdahulu seperti Iman Syafi'i Al-Ghazali. Ibnu Taimiah dan lain-lain. Para pembaharu ini menurut mereka juga menerima wahyu hanya saja bukan wahyu kenabian (TEMPO 18 September 1971).

Terhadap Ahmadiyah Lahore memang bukan tidak pernah terjadi serangan dari kalangan muslimin selebihnya. Bahkan pada masa hidupnya HOS Tjokroaminoto bapak pergerakan rakyat itu sendiri pernah terlibat dalam satu debat terutama dengan kalangan Muhammadiyah: tentang penilaian terhadap tafsir Qur'an yang ditulis Maulana Muhammad Ali bapak aliran Lahore.

Meski begitu reaksi yang lebih berat tentulah ditujukan kepada Ahmadiyah Qadian. Debat A. Hassan lawan AlBakar Ayub sendiri hanyalah salah-satu bentuk reaksi tersebut. Di Sumatera Barat misalnya tujuh tahun sebelum itu telah tampil Haji Rasul -- nama populer Dr. Abdul Karim Amrullah ayah Hamka -- yang menulis sebuah buku berbahasa Arab berjudul Al-Qaulush Shahieh (Sabda Yang Benar) buat menyerang habis kaum Qadian. Buku tersebut lantas dibalas oleh lawannya dengan judul yang juga dalam bahasa Arab Izharul aqq (Kumandang Kebenaran).

Sementara itu majalah seperti Pedoman Masyarakat yang terbit di Medan (1937) maupun Panji II/Masyarakat di Jakarta tak ayal pula memuat tulisan-tulisan yang "menguliti" Ahmadiyah. Pada 1936 misalnya majalah ini memuat tulisan keras yang kemudian dibalas oleh Abu Bakar Ayub (lawan debat A Hassan) dengan brosurnya berjudul “Bantahan Lengkap”.

Beberapa bulan lalu Panji juga memuat terjemahan Ali Aman dari ulama An-Nadi yang juga merupakan serangan kepada kaum Qadiani. Tetapi mengapa di Sumatera Barat dalam hal Ahmadiyah lebih dahulu terdengar beritanya daripada Jakarta misalnya?

Orang tahu, daerah peninggalan Imam Bonjol ini pusat pergerakan dan pembaharuan keagamaan. Dan memang disinilah pertama kali Ahmadiyah Qadian menjejakkan kaki. Sudah sejak tahun 20-an perguruan Sumatera Thawalib, lembaga pendidikan Islam yang bersejarah, melihat-lihat keluar untuk memperluas orientasi bagi memperkaya idham modernisme Islam. Sebagaimana Imam Bonjol pada abad sebelumnya berlayar ke jazirah Arab dan berkenalan dengan aliran Wahabi ,demikianpun beberapa orang murid Sumatera Thawalib pada 1922 pergi berlayar -- tetapi bukan ke Mekah.

Atas anjuran Labai ElYunusiyah ulama besar dan ayah Rahmah El-Yunusiyah yang terkenal tiga orang anak muda tersebut pergi ke India. Mereka adalah Ahmad Nurdin, Abu Bakar Ayub sendiri dan Zaini Dahlan. Ini memang suatu keluar-biasaan.

Alkisah, berkeliling di negeri Hindustan mereka konon tak mendapati perguruan yang mereka maksud -- sebab semuanya "sama saja dengan yang sudah mereka pelajari" memang harus dipercaya.

Demikianlah maka akhirnya mereka mendengar tentang Qadian dan pergi ke sana meskipun banyak mahasiswa Islam di perjalanan melarang. Kesudahannya sudah bisa ditebak. Tahun 1924 ketiga-tiganya bertemu dengan Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad Khalifah ke-II dari Ghulam Ahmad menurut faham kaum Qadian -- dan mereka langsung minta dikirim mubaligh ke Indonesia. Maka berangkatlah ke sini Maulvi Rahmat Ali. Kapalnya hinggap di Aceh -- dan dari sini entah naik apa pergi ke Padang dan Bukittinggi. Di sinilah benih pertama ditabur. Dan di sini pula setahun kemudian ayahanda Hamka (pribumi Indonesia pertama yang mendapat titel Doktor yakni dari Universitas Al-Azhar Kairo) menulis bukunya yang telah disebut yang dengan tegas menganggap kaum Ahmadiyah Qadian berada di luar Islam, bahasa populernya kafir.

Tapi sementara itu mubaligh Rahmat Ali yang juga berhadapan dengan A. Hassan dalam debat di atas -- naik kapal lagi dan pergi ke Jakarta. Dari sini ke Bogor dari Bogor ke Bandung. Dan menyebarlah faham Ahmadiyah di Jawa Barat. Bahkan Jawa Barat dihitung-hitung merupakan daerah di mana pengikut mereka paling banyak sampai sekarang. Rahmat Ali tidak pergi berda'wah ke Yogya. Di sini sudah lebih dahulu bermukim mubaligh India yang lain -- hanya saja dari Ahmadiyah Lahore.

Pada 1924 dua belas tahun setelah Muhammadiyah berdiri dan setahun sebelum datangnya mubaligh Qadian ke Aceh dan Minangkabau dua orang ulama Hindu muncul di Yogya. Mereka itu Maulana Ahmad dan Mirza Wali Ahmad Baig. Tidak begitu jelas siapa yang mengundang mereka -- kalaupun ada.

Tapi ceritanya kedua mubaligh itu semula hendak pergi ke Hongkong -- hanya saja di Singapura konon tertarik ke Indonesia karena mendengar kuatnya zending dan missi Kristen di sini. Bagaimana sambutan kalangan Muhammadiyah? Mereka dielu-elukan.

Sementara Maulana Ahmad pulang kembali ke India Miria Wali Ahmad Baig diberi tempat tinggal di Jalan Gerjen Kauman di rumah milik Haji Hilal -- tokoh Muhammadiyah dan ayah 'Aisyah Hilal yang terkenal itu. Pengurus Besar Muhammadiyah sendiri menyambut mereka dalam Kongresnya yang diadakan tahun itu: di sini Maulana Ahmad melontar pidato dalam bahasa Arab sementara rekannya berusaha berkomunikasi dengan pidato bahasa Inggeris.

Maka inilah cerita tentang Yogya. Rumah di mana Ahmad Baig tinggal menjadi tempat bertemu orang-orang Muhammadiyah khususnya yang muda-muda. Mereka terutama belajar bahasa Inggeris. Bahkan jangan lupa: ke sini pula sering datang HOS Tjokroaminoto dan para anggota Sarekat Islam. Itu adalah masa ketika SI dan Muhammadiyah berbaur demikian rupa.

Adapun Cokro sudah tentu tidak sekedar belajar bahasa Inggeris. Diam-diam rupanya pemimpin ini menterjemahkan Tafsir Qur'an Maulana Muhammad Ali MA LLB (Presiden Ahmadiyah Lahore) ke dalam bahasa Melayu. Itu bahkan dikerjakan di dalam kapal beliau sebagai wakil SI bersama Haji Mas Mansur dari Muhammadiyah berangkat ke Mekah untuk Mu'tamar 'Alam Islami.

Persaudaraan Muhammadiyah dan Ahmadiyah bahkan lebih kelihatan tatkala beberapa pemuda Muhammadiyah kemudian dikirim ke Lahore. Mereka adalah Kyai Ma'sum almarhum (terakhir ikut gerombolen Kahar Muzakar) lantas Kyai Sabit dari Wonosobo yang di belakang hari menjadi aktivis PKI dan Jumhan, putera KHADahlan sendiri. Putera pendiri Muhammadiyah ini yang di tanah India berganti nama menjadi Irfan meninggal di Bangkok sebagai mubaligh Lahore .

Tetapi persaudaraan memang tak pernah bisa mulus terus-menerus. Kyai Dahlan meninggal sudah. Muhammadiyah akhirnya menghadapi kenyataan bahwa betapapun juga terdapat perbedaan-perbedaan doktrin tertentu dengan saudara-saudaranya dari Hindi itu. Benar bahwa Ahmadiyah yang Yogya ini bukan aliran Qadian yang secara sangat prinsipiil punya perbedaan asas dengan mereka. Namun penafsiran-penafsiran kaum Lahore (tentang Isa, tentang Adam, pengertian mu'jizat, pengertian wahyu, tentang Isra Mi'raj, beberapa hal tentang sorga-neraka, misalnya) dirasa "kelewat jauh". Kesadaran terhadap perbedaan tersebut berkelindan pula dengan beberapa friksi yang terjadi antara perkumpulan tersebut dengan SI.

Memang tidak boleh dikatakan hanya faktor keagamaan yang mendasari ketidak-akuran Muhammadiyah dan SI meskipun pentolan-pentolan SI seperti Tjokro -- dan jangan lupa Haji Agus Salim -- dikenal "bersaudara dekat" dengan Lahore. Iklim politik dan beberapa hal lain memegang peranan. Tetapi yang agaknya termasuk penting ialah adanya pejabat-pejabat Belanda dari Islamietische Zazen yang sering "bertamu" baik ke rumah Tjokro maupun ke rumah H. Fakhruddin pengganti KHA Dahlan -- dan selalu ada saja hal-hal yang mereka bawa yang menyebabkan hubungan SI-Muhammadiyah makin kurang harmonis. Boleh diingat pula bahwa masalah ko-operasi dan non-koperasi dengan Gubernemen waktu itu sudah timbul: dan sementara SI memilih non-kooperasi Muhammadiyah memanfaatkan subsidi pemerintah untuk program-program sosialnya.

Tetapi yang menarik ialah, pada 1927 kembali datang seorang ulama dari India ke Yogya. Namanya Abdul 'Alim Siddiqui. Dan Muhammadiyah sebagaimana yang mereka lakukan dahulu pada kedatangan mubaligh Lahore, menyambut tamu tersebut. Kali ini dengan sebuah pengajian umum -- dan pengajian ini menyerang Ahmadiyah baik Qadian maupun Lahore secara luar-biasa sengit. Tak begitu jelas apakah hal itu melukai perasaan Cokroaminoto yang justeru sedang menterjemahkan tafsir Qur'an karangan pemimpin Lahore -- atau barangkali tokoh-tokoh SI yang lain.

Tapi kemudian SI pada tahun itu juga dalam kongresnya di Pekalongan memutuskan untuk menjalankan disipin partai kepada warganya yang juga menjadi anggota Muhammadiyah: mereka dipersilahkan minggir. Ini tak urung mengingatkan orang kepada tindakan serupa yang dilancarkan SI pada 1921 kepada anggota-anggotanya yang komunis.

Tak heran bila Muhammadiyah yang pada tahun-tahun 1922 dan 1924 telah bersedia bersama-sama SI menyelenggarakan 'Kongres Al-Islamli Cirebon dan Garut -- dengan pembicaraan lebih luas dari sekedar soal-soal agama -- tidak bersedia ikut dalam Majlis Ulama yang dahulu direncanakan bersama. Majlis itu akhirnya hanya berarti Majlis Ulama PSI dibentuk pada 1928 dalam Kongres di Yogya.

Di forum ini juga dibicarakan Tafsir Qur'an yang sedang di kerjakan Tjokroaminoto. Mr. AK Pringgodigdo dalam bukunya Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, ada menyatakan bahwa lantaran di bagian-bagian pertama Tafsir itu ternyata hanya saduran dari Tafsir kaum Lahore timbullah di forum itu perlawanan yang keras.

Maka tampillah Agus Salim: beliau ini menerangkan bahwa dari segala jenis tafsir, tafsir Lahore yang paling baik untuk memberi kepuasan kepada pemuda-pemuda Indonesia yang terpelajar. Tapi wibawa dua tokoh besar itu saja rupanya tak cukup: perlawanan baru mereda setelah diambil keputusan uutuk menunda penerbitan selanjutnya sampai Majlis Ulama mengambil ketentuan.

Dan ketentuan itu diambil dalam rapat Majlis tahun itu juga di Kediri. Isinya: terjemahan boleh diteruskan asal dilakukan dengan pengawasan Majlis. Dalam forum ini Tjokro tampil bersama Mirza Wali Ahmad Baig sang mubaligh Lahore. Tetapi reaksi kaum ulama sudah tentu belum selesai. Kongres Muhammadiyah diadakan tahun itu juga di tempat yang sama. Sidang selain mencela keras disiplin partai SI yang dikenakan kepada anggota organisasi agama non-politik seperti Muhammadiyah juga menyatakan tidak bisa membenarkan tafsir Qur'an karangan Maulana Muhammad Ali tersebut. Alasan: tidak cocok dengan ajaran Islam yang sesungguhnya.

Tokoh ini dengan segera datang ke Yogya bersedia menghadapi sebuah debat terbuka mengenai itu Tafsir yang heboh. Tokoh-tokoh lanjut usia yang berada di sana waktu itu boleh menceritakan jalannya peristiwa begini: Pertemuan diadakan di Pakualaman sebagian besar dihadiri orang-orang Muhammadiyah. Alangkah- ributnya hadirin waktu itu. Sangat ribut sampai-sampai pidato tokoh tua ini tidak terdengar. Maka naiklah Tjokro -- kalau tidak salah ke atas meja -- sembari berseru de-ngan suaranya yang dahsyat: "Ini Tjokroaminoto keturunan ksatria! Mau ribut coba ribut!". Maka hadirin pun heninglah.

Namun tak ada perdebatan . Dan Tafsir itu akhirnya terbit pada tahun itu juga 1928. Orang bisa melihatnya sekarang di musium: baru jilid I-III berisi juz 'Amma atau bagian ke-30. Di dalam kata pengantar bisa pula dibaca tulisan Agus Salim yang dengan bersemangat membela Tafsir itu.

Tapi itu Agus Salim. Bagi ulama Muhammadiyah lebih selamat bila mereka menyingkiri segala cara penafsiran yang bagi mereka sama dengan pengertian ta'wil. Ta'wil satu kata yang biasa digunakan untuk mengecam adalah "penyeret-nyeretan teks" ke arah maksud-maksud yang jauh yang lazimnya sudah direncanakan lebih dulu. Semua lektur Ahmadiyah kemudian mereka hindari. Tertanggal 5 Juli 1928 Pengurus Besar Muhammadiyah mengeluarkan maklumat ke cabang-cabangnya di seluruh pelosok. Isinya: melarang mengajarkan ilmu dan faham Ahmadiyah di lingkungan Muhammadiyah.

Tapi maklumat tersebut hanyalah paralel belaka dengan keputusan lain yang diambil dalam Kongres tahun itu juga: yang mengecam disiplin partai SI plus Tafsir Muhammad Ali. Dalam kongres tersebut juga terjadi semacam kegaduhan: yakni ketika sidang membicarakan persoalan Djojosugito dan Muh Husni. R. Ng. Djojosugito direktur yang pertama dari Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogya, waktu itu Ketua Muhammmadiyah cabang Purwokerto. Sedang Husni tak lain Sekretaris Jenderal PB Muhammadiyah. Kedua-duanya adalah tokoh-tokoh Ahmmadiyah.

Tetapi pro dan kontra untuk menggeser mereka rupanya berjalan sengit dalam sidang. Maka berdirilah Kyai Abdullah Sirad -- sambil menangis. Kyai mohon kepada sidang supaya demi persaudaraan Islam, semua hiruk-pikuk itu dihentikan saja. Supaya kedua tokoh itu sendiri disuruh memilih: atau Muhammadiyah atau Ahmadiyah ...... Dan kedua-duanya di bawah tekanan perasaan memilih yang terakhir.

Sudah tentu. Sebab baik Djojosugito maupun Husni termasuk orang-orang pertama yang berhubungan dengan mubaligh Lahore Mira Wali Ahmad Baig. Djojosugito bahkan di belakang hari dikenal sebagai penterjemah Tafsir The Holy Quran -- yang dikerjakan Tjokroaminoto ke bahasa Melayu -- kali ini ke bahasa Jawa. Tetapi keputusan untuk memilih juga mengenai seorang tokoh lain. Meskipun kedudukannya dalam Muhammadiyah tidak begitu penting ia harus disebut sebagai orang pertama dalam usaha penyebaran faham Ahmadiyah Lahore. Ialah Sudewo guru HIS Muhammadiyah.

Di belakang hari orang tahu belaka bahwa hampir semua terjemahan lektur Ahmadiyah ke dalam bahasa Belanda tak lain berkat jerih-payah tangannya. Yang terpenting tentu saja kembali Tafsir Maulana Muhammad Ali. Rupanya begitu Tjokroaminoto terlibat dalam polemik mengenai terjemahan tafsir tersebut ke bahasa Melayu, Sudewo diam-diam menterjemahkannya ke bahasa Belanda dan itulah de Heilige Qoern, terbit pada 1935 beriringan dengan pengantarnya Inleiding tot de Studie van Den Heilige Qoer'an.

Tetapi waktu itu Ahmadiyah sebagai organisasi belum lagi berdiri. Dan justru disiplin organisasi Muhammadiyah tersebut memaksa tokoh-tokoh seperti Djojosugito dan Moh. Husni mencari wadah lain buat aktifitas mereka. Pada tahun itu juga mereka mendirikan Indonesische Ahmadiyah Beweging -- mendapat badan hukum pada 1929 yang sekarang dikenal sebagai Gerakan Ahmadiyah-Lahore Indonesia (GAI). Bedakan dari Jema'at Ahmadiyah Indonesia atau JAI perkumpulan kaum Qadian.

Kecil saja perkumpulan Ahmadiyah itu. Hanya 10 atau beberapa belas orang yang menyatakan bai'at (pra setia) pada tahun tersebut. Bahkan sekarang ketika anggota Muhammadiyah sudah berjumlah lebih setengah juta (SI pada 1918 sudah beranggota 800. 000, sedang Muhammadiyah ketika Ahmadiyah Lahore berdiri beranggota 175 ribu) anggota gerakan Lahore hanya berjumlah 500 sampai seribu orang. Dengan catatan terdapat juga para simpatisan yakni mereka yang mengikuti pengajian-pengajian di cabang-cabang. Di Jawa Timur misalnya, di mana gerakan Lahore terhitung kuat (terutama Kediri) simpatisan itu berjumlah lima ribu orang.

Adapun organisasi kaum Qadian sendiri (JAI) paling banyak sekarang beranggota 20.000 orang di seluruh tanah-air. Jadi ternyata kedua perkumpulan yang hampir sama terkenalnya dengan Muhammadiyah itu bukan perkumpulan yang "laku". Mengapa?

Beberapa hal mungkin bisa menjelaskan sebab-sebabnya. Untuk menjadi anggota GAI (Lahore) misalnya orang harus bersedia menyerahkan 1/16 penghasilannya kepada organisasi. Mereka yang tidak mampu diberi batas minimal 1%. Bagi Ahmadiyah Qadian (JAI) bahkan pungutan itu minimal 1/16 dan maksimal 1/3. Itu semuanya di luar zakat yang wajib untuk semua orang Islam yang besarnya 1/40 alias 2,5% dari harta-lebih dan bukan dari penghasilan. Bisa disimpulkan bahwa seperti dinyatakan tokoh-tokoh Ahmadiyah sendiri mereka yang menyatakan bai'at dan masuk organisasi adalah orang-orang yang dengan sendirinya bersedia menjadi aktivis yang bisa juga berbentuk da'wah pribadi. Dan da'wah memang dilaksanakan dengan rajin khususnya oleh jemaat Qadian -- meskipun tidak boleh dikatakan melebihi atau sama gencar dengan da'wah kalangan Kristen.

Hanya saja bisa dilihat bahwa dalam pelaksanaan da'wah kedua kelompok itu tetap saja konvensionil. Yang mereka "serang" biasanya adalah alam fikiran: mereka menyebarkan brosur-brosur atau melayani debat. Padahal sebagian besar rakyat bukanlah orang-orang yang "rasionil" dan siap berubah pendapat lewat fikiran. Banyak orang misalnya tertarik kepada Muhammadiyah -- yang dulu juga dikenal ahli berdebat --justru oleh amal sosialnya seperti sekolah-sekolah dan rumah sakit-rumahsakit yang banyak.

Sedang kaum Ahmadi tidaklah masyhur dalam bidang ini. Tetapi sebaliknya merekapun tidak pernah menggunakan taktik "pintu belakang" atau membonceng kekuatan-kekuatan lain secara tidak sportif dan karena itu tak pernah terdengar berita kericuhan di Indonesia dalam hal Ahmadiyah.

Toh faktor materi ajaran sendiri turut pula menentukan. Untuk Ahmadiyah Qadian seorang yang sudah memeluk agama Islam lazimnya akan bukan main sulitnya menerima seorang Nabi lain (Ghulam Ahmad) setelah Nabi Muhammad meskipun bukan Nabi yang membawa syari'at. Kenyataan menunjukkan bahwa selamanya akan terdapat cukup banyak yang mampu membendung umat mereka dari da'wah kaum Qadiani.

Itulah sebabnya mengapa Ahmadiyah yang sebuah ini lebih bisa berkembang di negeri-negeri non-Muslim seperti Afrika (Barat). Majalah Time misalnya pernah menulis bahwa di beberapa tempat di sana "satu orang masuk Kristen dan 10 orang masuk Ahmadiyah" -- sebagai perbandingan. Sampai-sampai sambutan yang diterima Hafiz Mirza Nazir Ahmad (yang oleh orang Qadian dianggap Khalifah ke-III Nabi Mirza Ghulam Ahmad) ketika tokoh ini datang ke sana pada 1970, boleh mengherankan orang-orang di luar. Bagai menyambut Paus layaknya kepala-kepala negara bahkan menunggu kedatangannya di lapangan terbang. Boleh ditambahkan bahwa di Afrika konon, Ahmadiyah juga dikenal sebagai perkumpulan sosial. Beberapa rumahsakit dan sekolah misalnya mereka dirikan -- walaupun di hampir tiap negeri anggotanya tetap saja merupakan kelompok minoritas.

Tetapi kebesaran syi'ar seperti itu sudah tentu tidak pernah dialami golongan Lahore. Pertama karena, setelah kelompok ini tidak mengakui Ghulam Ahmad sebagai Nabi -- dan dengan demikian juga tidak punya khalifah ia pun pada dasarnya tidak merupakan organisasi yang ketat. Di tiap-tiap negeri hanya terdapat perkumpulan-perkumpulan yang relatif bebas, yang hubungannya dengan Presidennya di Lahore semata-mata sekedar korespondensi -- mereka misalnya menerima kirimm majalah The Light, karena berlangganan. Bahkan hanya satu-dua orang, dari tokoh-tokohnya di Indonesia sekarang yang sudah pernah melihat kota di Pakistan itu -- berbeda dengan jemaat Qadiani, yang bahkan untuk tabligh masih tetap rnemakai tenaga-tenaga Pakistan.

Kolonel II. Sutjipto SH, Sekjen PB GAI (Lahore), menerangkan kedudukan organisasinya seperti ini: "Bukan onderbouw apa-apa. Kami ini muslim, dan menjadi musliln juga tidak berarti kami onderbouw Arab. Jadi kami memang tidak organisasi-sentris, tapi lslam-sentris. Kapan saja tidak diperlukan menyebut organisasi, dan cukup Islam saja, itupun bagi kami tidak menjadi soal". Bahkan akhirnya: "Ada atau tidak ada GAI, bagi kami sendiri sebenarnya tidak penting. Tidak ada pun tidak apa", katanya.

Kalau sudah begitu bisalah difahami mengapa da'wah ( dalam arti memperbanyak anggota resmi) bukan yang paling penting bagi mereka. Sebab yang paling penting ialah. "bagaimana fikiran-fikiran kami dapat diterima sebanyak-hanyak orang, seluruhnya atau sebagiannya", kata Sutjipto. Dan untuk itulah diadakan GAI dan dilakukan da'wah -- tentu saja, menurut jalan yang mereka tempuh sejak pertama, melalui buku-buku dan brosur-brosur. Harus diakui bahwa dari segi ini mereka sudah mencapai hasil. Tafsir M uhammad Ali yang telah dibicarakan itu sendiri boleh diambil sebagai contoh pertama. Terjemahannya ke bahasa Melayu yang dikerjakan Tjokroaminoto memang tidak terkenal akhirnya, selain juga tidak selesai dan hanya merupakan dokumentasi di museum. Tapi De Hedige Qoer-an, terjemahannya ke bahasa Belanda oleh Sudewo -- bersama pengantarnya -- boleh dicari di semua rumah tokoh-tokoh Islam intelektuil angkatan sehelum perang. Dan boleh dipastikan mereka menyimpan itu kitab. Demikian pula buku Muhammad Ali ehammad De Profeet (Sukabumi 1932) atau buku Khwaja Kamaluddin et Geheim van Het hetaat of Het Evangelie van De Daal (Yogya 199). Kedua-duanya juga terjemahan (dari bahasa Inggeris) oleh Sudewo.

Mengapa buku-buku tersebut begitu terkenal? Antara lain karena tokoh-tokoh Muhammadiyah tahun 20-an itu, yakni sayap intelektuilnya yang berpendidikan Barat, juga menjadi anggota Jong Islamieten Bond yang bersejarah. Sudewo misalnya banyak mengisi majalah JIB yang bernama HetLicht dengan ajaran Ghulam Ahmad versi Lahore yang dia terima dari Mirza Wali Ahmad Baig. Tak heran bila semangat intelektuil seperti itu, apa lagi diyakini bersumber dari Islam, banyak memikat kaum terpelajar yang memang sedang berada dalam kegandrungan untuk "memadukan antara reliied an wetenschap " -- istilahnya waktu itu.

Lebih lagi, mengingat banyaknya kaum intelektuil Islam yang masih berada di luar JIB yakni tokoh-tokoh yang dinilai "tipis agamanya" -- pada waktu itu didirikan pula di Yogyakarta perkumpulan Muslim Broederschap di bawah asuhan Djojosugito dan Moh Husni Di sini misalnya berkumpul Mustopo, Sjamsuridjal, Sudewo, Mohammad Kusban -- dan menerbitkan sebuah majalah berbahasa Belanda pula bernama Correspondentie Blad. Perkumpulan ini boleh dibilang hanyalah wadah lain bagi Ahmadiyah Lahore selain (atau sebelum adanya) Ahmadijah Beweging. Tidak berlebihan bila misalnya Jusuf Wibisono SH, orang tua yang juga anggota Muhammadiyah dan salah-seorang dari banyak rekan-rekannya yang dahulu aktif dalam JIB, mengatakan bahwa "aliran Lahore banyak sekali meninggalkan karya monumental" Ia sendiri mengaku, meskipun tidak pernah menjadi anggota gerakan tersebut, "ikut mempropagandakan agar buku-buku mereka dibaca banyak orang lain" Mengapa? "Karena hisa menenteramkan fikiran".

Lihatlah misalnya: De Heilige Qoeran sendiri dahulu sudah habis dipesan dari pelosok-pelosok, umumnya kaum terpelajar, sebelum percetakannya sendiri selesai. Karena itu tak heran pula bila, di masa sebagian intelektuil Islam berpendidikan Barat merasa kikuk karena agama yang mereka peluk dianggap "begitu buruk", Ir. Soekarno sendiri tidak absen dalam mengejar buku-buku Ahmadiyah -- sampai-sampai sebuah koran di Jakarta memberitakannya sebagai telah membentuk cabang gerakan Ahmadiyah di tempat pembuangannya di Endeh. Soekarno misalnya, seperti juga Jusuf Wibisono dan boleh dipastikan banyak yang lain, menyatakan secara jelas bahwa buku Khwaja Kamal-ldnin Het Cehebn van Het Bestaan itu -- yang di belakang hari diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi Rahasia Hidup sebuah karya brilliant.

Dan bagaimana pula pengaruh Ahmadiyah Lahore dalam PSII? Sudah tentu tak ada -- secara resmi. Hanya saja, di samping tak begitu jelas berapa banyak tokoh PSII yang kecipratan Ahmadiyah, jelas bisa dilihat bekas Tjokroaminoto yang sekaligus menyangkut Ahmadiyah sampai sekarang. Boleh dibandingkan misalnya kertas bai'at Partai tersebut, yang diucapkan seorang calon anggota pada waktu pelantikan sebagai warga baru, dengan kertas bai'at model Ahmadiyah.

Maka tak heran bila dalam bukunya Islam dan Sosialisme Tjokroaminoto banyak sekali mengutip dari Maulana Muhammad Ali. Sedang bukunya Tari Agama Islam boleh dibilang 95% adaptasi buku Muhammad Ali Mohammad The Prophet. Tetapi bahkan Moh. Natsir, murid ulama A. Hassan musuh Ahmadiyah Qadian itu, menggunakan banyak keterangan Mohammad Ali (Lahore) untuk catatan kaki sebuah bukunya tentang shalat. Juga buku kecil Agus Salim tentang Isra Mi'raj (dicetak kembali oleh Tintamas pada 1966) yang nyaris merupakan pindahan dari The Holy Qoeran Muhammad Ali untuk bagian yang sama -- yakni jalan fikiran yang mengantarkan kepada kesimpulan bahwa Isra Mi'raj itu peristiwa rohani dan bukan peristiwa fisik.

Adapun Bahrum Rangkuti, pada 1949 seniman ini menterjemahkan Bentuk Dasar Ekonomi lama karangan Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, Khalifah ke-II Ahmadiyah Qadiani. Setelah itu bisa pula ditunjuk Tafsir Qur'an Departemen Agama. Tafsir ini tidak hanya menukil The Holy Qur'an Muhammad Ali maupun The Holy Quran Yusuf Ali, tapi bahkan menterjemahkan mentah-mentah sebagian pengantar The Holy Qur'an Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad di atas (TEMPO, 12 Januari 1974).

Tetapi kesimpulan yang paling menonjol dari seluruh "peninggalan" Ahmadiyah ialah: mereka telah memberikan senjata yang bagus bagi umat Islam setidak-tidakna dalam apologi -- menghadapi serangan Eropa yang terutama santer sampai sesudah Perang Dunia ke-I. Senjata ini adalah salah-satu- dari dua senjata: yang pertama telah diberikan oleh Muhammad Abduh, Rasyid Ridha atau Jamaludin Al-Afghani, yang telah lebih dahulu dibaca di Indonesia. Merekalah yang dikenal pertama kali menaikkan harga diri umat muslim dan menampakkan keindahan Islam di atas agama dan faham -faham Eropa yang selama ini mereka pandang dengan perasaan minder.

Tetapi Muhammad Ali dan buku-buku kaum Ahmadi telah "menyerang dengan lebih langsung". Buku-buku yang mengupas Perjanjian Lama, Perjanjian Baru dan kitab-kitab agama-agama lain, berasal dari mereka -- hal-hal yang tidak pernah muncul dari bumi Mesir atau Arab umumnya sampai pada tahun-tahun yang lebih akhir.

Seakan-akan mewarisi ilmu ulama klasik Syahrastani yang mengarang kitab Al-Milal wan-Nihal (Agama-Agama dan Pandangan-Pandangan Hidup -- buku perbandingan agama yang pertama di dunia), dari India bermunculan buku-buku kristologi menurut versi Islam. Dan itulah yang diterjemahkan atau menjadi sumber penulisan baru di Indonesia. De Bronnen van Het Christendom misalnya, karangan Sudewo, terbit pada 1931 di Sukabumi. Seiring dengan itu adalah De Ceboerte van Jezus in Het Licht van Den Heiligen Qoer-an, terjemahan Sudewo dari pengarang Basyarat Ahmad, terbit di Yogyakarta. Pada tahun 1937 muncul pula dari Ahmadiyah Qadian empat buah buku dan brosur: Jezus Dalam Bibel serta Nabi lsa Anak Allah: -- oleh M. Sadiq HA, terbitan Medan dan Jakarta. Dua yang lain adalah kebenaran Nabi Muhammad Menurut Bijbel dan Nabi Isa Menurut Bijbel oleh M. Rahmat Ali HAOT, Jakarta.

Itulah buku-buku perbandingan agama atau kristologi yang pertamakali di tangan umat Islam di Indonesia. Baru sesudah itu, di belakang hari, mahasiswa Islam di sini menerima buku perbandingan agama Prof. Dr. Syalabi (Kairo). Djarnawi Hadikusumo lantas mengarang pula dua jilid komentar terhadap Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Drs Hasbullah Bakry menulis Nabi Isa Dalam Al-Quran dan Nabi Muhammad dalam Bibel.

Tapi yang sangat populer adalah brosur-brosur kecil keluaran Jajasan Pembela Islam (YAPI) dan penerbit Anoa di Surabaya. Di sini menulis orang-orang muda dengan voltase tinggi sebagian dari mereka ini warga Ahmadiyah Qadian seperti Saleh A. Nahdi. Pada umumnya semuanya berfikir menurut jalan fikiran Ahmadiyah.

Tapi itu berarti bahwa jalan fikiran Ahmadiyah diterima orang boleh dikatakan hanya "pada segi-seginya yang praktis untuk pembelaan Islam". Bila seorang khatib muda naik di mimbar Jum'at dan "mengupas" Bibel dan mengutip Muhammad Ali, atau kadang-kadang Mirza Basyiruddin tanpa menyebut sumber, dan dengan itu telah mengesankan keluasan berfikir yang cukup, galibnya ia tidaklah bermaksud mempropagandakan Ahmadiyah. Fikiran-fikiran Ahmadiyah itu telah demikian saja merupakan satu bagian tak terpisahkan dari pemikiran Islam mutakhir. Mereka ini, setelah tidak bisa menerima Ghulam Ahmad sebagai Nabi (kalau bisa tentulah mereka masuk jemaat Qadiani), biasanya tidak begitu peduli apakah Ghulam Ahmad memang Pembaharu yang diutus Allah (seperti diyakini kaum Lahore), atau Yesus dan Imam Mahdi yang seperti dijanjikan dalam hadis Ibnu Majah akan bangkit mendukung syari'at Muhammad (seperti diyakini baik Qadiani maupun Lahore). Bagi umumnya umat muslimin, hadis-hadis semacam itu termasuk jenis "hadis-hadis rawan", yang boleh menimbulkan banyak penafsiran dan umum tertimbun di bawah hadis-hadis yang mereka anggap lebih praktis dan langsung berhubungan dengan amal.

Adalah menarik bahwa bagi aliran Lahore sendiri "masa kerja" ajaran Mirza Ghulam Ahmad sebagai Mujaddid pilihan Allah akan sudah bisa berakhir dengan berakhirnya abad tahun Hijrah yang sekarang yakni enam tahun lagi -- sementara insya Allah sudah muncul Mujaddin pilihan yang lain. Dan bagaimana lantas nasib GAI?

"Terserah beliau nanti" jawab tokoh-tokoh mereka sekarang. Ini secara diametral membedakan aliran Lahore dari Qadian. Yang terakhir ini menganggap Ghulam Ahmad tokoh satu-satunya dan setelah tiga abad nanti akan menjadi lantaran bagi bersatunya dunia di bawah Khalifah beliau. Moertopo SH misalnya -- Ketua PB Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang Qadian menyatakan bahwa cita-cita terakhir Islam memanglah membentuk sebuah dunia dengan seorang pemimpin rohani tertinggi -- apa boleh buat: "kira-kira seperti yang dicita-citakan dunia Katolik".

Ini selain kurang populer di kalangan Islam umumnya juga menyebabkan mereka -- terutama kalangan intelektuilnya yang cenderung tetap membuka pintu bagi pembaharuan-pembaharuan sepanjang bisa dibenarkan --memandang jemaat Ahmadiyah sebagai semacam ikatan yang akhirnya bahkan tidak "membebaskan", begitu konon istilahnya. Pegangan teguh kepada Mujaddid pilihan sendiri sudah dengan sendirinya melenyapkan kemungkinan ijtihad yang kebetulan tidak sesuai dengan sang Mujaddid.

Alhasil, minus kepercayaan-kepercayaan dasar terutama dari aliran Qadian, fikiran-fikiran Ahmadi memang baru menimbulkan bekas. Sekarang misalnya dunia Islam -- seperti diwakili Syekh Mahmud Syaltut dari Al-Azhar dan lain-lain -- sudah mengakui bahwa Isa benar-benar wafat dan bukan diangkat ke langit hidup-hidup seperti penafsiran kaum Sunni sebelumnya. Jusuf Wibisono juga menyebut misalnya betapa fikiran-fikiran Muhammad Ali mempengaruhi pemikiran Islam tentang ekonomi. Dalam hal riba, merekalah yang mengumumkan bahwa yang dimaksud riba adalah rente dengan motif penindasan. Sesuai dengan bunyi Qur'an: "Jangan kamu menindas dan janga kamu ditindas" (la tazhlimun wala tuzhlamoun).

Benar masalah riba tersebut telah disinggung dalam tafsir Al-Manar 'Abduh & Rasyid Ridha. Namun penafsiran yang oleh Jusuf Wibisono dibaca dari Muhammad Ali tersebut, seperti dikatakannya, membuka pintu bagi eksistensi bank asal tak menuruti syarat di atas. Jusuf Wibisono sendiri memang tidak bisa menerima misalnya penafsiran yang terlalu jauh dalam Tafsir Muhammad Ali Untuk ayat-ayat mu'jizat.
"Bagi saya", katanya, "kalau Nabi Musa memecah laut dengan tongkat, ya kejadiannya memang begitu. Bukan misalnya ditafsirkan bahwa tongkat itu lambang kekuasaan dan mereka menyeberang dalam keadaan laut kering dan sebagainya". Tetapi pro dan kontra terhadap fikiran-fikiran Ahmadi, dengan asumsi pertama bahwa dari mereka banyak bisa diambil hal-hal yang elok, menunjukkan kedudukan ajaran ini dalam sejarah pemikiran Islam di Indonesia. Sesudah masuknya kitab-kitab dari Timur Tengah di akhir abad 19, yang menumbuhkan perkumpulan-perkumpulan tajdid (pembaharuan) seperti Muhammadiyah dan lain-lain, dan sebelum datangnya konsep-konsep yang relatif lebih jelas seperti pemikiran-pemikiran tentang negara dari Iqbal atau Seyd Amir Ali, di Indonesia berhembus udara India yang merupakan sebuah titik yang penting, meskipun lazimnya dilupa. Nama Mirza Ghulam Ahmad sendiri seakan-akan hanya terbaca samar-samar di sini. Bahkan Tafsir Muhammad Ali yang diterjemahkan antara lain oleh Tjokroaminoto itu, tidak mengupas apa apa tentang salah seorang tokoh dunia ini.

Barack Obama Yahudi Kulit Hitam



Mayoritas penduduk Indonesia sangat senang ketika mengetahui Barack Obama menjadi presiden Amerika, karena Obama pernah tinggal di Indonesia bahkan ayah tirinya seorang Indonesia. Ann Dunham kemudian menikah dengan Lolo Soetoro. Terlebih para umat muslim garis keras yang anti Yahudi dan Amerika sangat senang terhadap Obama karena mempunyai nama orang Islam.
Tapi Apa benar Obama Islam? apa benar dia bukan Yahudi? hehehe sengaja kemarin rahasia ini belum bisa saya berikan karena Mossad mengawasi isu ini, saya takutnya blog saya di banned oleh google lewat cara mossad jika membongkar ini.
Masa ada sih Yahudi Kulit hitam? orang Yahudi kan putih? nah, untuk itu kita belajar sejarah Yahudi. Raja Solomo atau Sulaiman adalah keturunan Daud pendiri Israel setelah Musa, terkenal dengan mempunyai banyak istri, tapi tau ga? istrinya yang terkenal? atau cewe selingkuhannya? tertulis kok di kitab suci Yahudi, Kristen, Islam yaitu Ratu Sheba seorang ratu dari Afrika Ethiopia. Nah dari situ ada keturunannya anak lelaki yang bernama Menelik, itulah asalnya Yahudi kulit hitam yang juga banyak di Indonesia. Mereka sering dikenal dengan Falasha, kalangan Yahudi Hitam Ethiopia atau yang lebih dikenal dengan Falasha. Yahudi hitam ini, yang mempraktekkan Yudaisme, menjadi perhatian dunia tatkala pemerinta Israel menerbangkan mereka untuk pembebasan dari penganiayaan politis di tahun 1976. Sampai dibuat filmnya kok.
Sudah ngertikan, tapi masih ada yang bertanya mana faktanya kalau Barrack Husein Obama adalah Yahudi? sebenarnya hal ini hampir diketahui oleh orang banyak saat Obama masih menjadi calon presiden sampai isu obama dengan bibinya. Saat itu pemberitaan hanya untuk kalangan terbatas Yahudi melalui Associated Press. Barack Hussein Obama, ternyata memiliki keluarga seorang rabbi Yahudi.

Namanya Rabbi Capers C. Funnye Jr. yang memimpin jemaat Yahudi Ethiopia di kawasan Taman Marquette, Chicago. Ia merupakan sepupu dari Michele, istri Obama. Kakek Michele dari ayah adalah kakak dari ibu Funnye.

Namun Obama selalu merahasiakan itu. Ia tidak pernah menyebutkan soal Funnye selama masa kampanye pemilihan presiden meski banyak orang pada awalnya meragukan komitmen Obama terhadap Israel.

Funnye mengatakan ia tidak pernah dilibatkan dalam kampanye Obama. Tapi ia memberikan sumbangan bagi dana kampanye saudara iparnya itu. “Saya sangat senang dan bangga atas apa yang telah mereka raih sejauh ini,” kata rabbi 56 tahun ini kepada the Associated Press.

Saat masih kecil, Funnye dan keluarga Michele Obama saling mengunjungi hampir saban bulan. Ibu Funnye dan ayah Michele yang usianya sebaya mempunyai hubungan baik. Mereka tidak pernah bertemu lagi sejak Funnye menghadiri pernikahan Michele pada 1992. Keduanya baru berjumpa lagi sepuluh tahun lalu ketika Funnye bekerja di sebuah organisasi soasial dekat Universitas Chicago, tempat Michele bekerja.

Funnye mengaku sempat bertemu Obama sebelum menikah dengan Michele. “Ia sangat perhatian, sedikit kurus, dan amat tulus,” ujarnya. Ia kadang melihat Obama di acara keluarga. Namun kandidat presiden kulit hitam pertama Amerika itu tidak pernah datang ke sinagog Beth Shalom B’nai Zaken yang dipimpin Funnye.

Menurut juru bicara Michele, Katie McCormick Lelyveld, Obama tidak mempublikasikan hubungannya dengan Funnye lantaran menghormati rahasia keluarga besarnya. Surat kabar Yahudi, The Forward, yang pertama kali menulis soal itu. “Itu sangat mengejutkan saya,” kata Ira Forman, direktur eksekutif Dewan Demokrat Yahudi Nasional.
Sampai cerita di atas bahwa Barrack Obama keturunan Yahudi masi isu. sekarang bagaimana dengan foto - foto ini:



Barrack Obama membawa kalungan bunga dalam Hall of Remembrance, Yad Vashem Holocaust Memorial di Jerusalem, , pada hari Rabu, 23 Juli 2008. Obama dipengaruhi oleh Israel?


Apakah Obama dipengaruhi oleh Israel?
Pertama, Obama memakai Yarmulke, lebai orang Yahudi. Yang kedua, hanya orang Yahudi saja dibenarkan mendampingi Master Jew. Mengapa Obama mendapat keistimewaan begitu? Yang ketiga, Obama sedang melakukan ritual Yahudi pada dinding Monument Jew. Perbuatan ini dilakukan oleh orang Yahudi untuk menyampaikan pesan rahasia sesama orang Yahudi saja. Mengapa Obama melakukan perbuatan yang dibuat oleh Yahudi ini?
Barrack nama pertama Obama adalah nama Yahudi yang berasal dari ayat "baruch". Kebanyakan ahli ibadat Yahudi menggunakan nama "baruch"sebagai nama pertama mereka. Bekas perdana menteri Israel iaitu Ehud Barak juga mengambil nama sempena nama "baruch". Nama kedua Obama juga hampir sama dengan "Ahabah". Bent Ahabah adalah nama untuk synagogue (satu upacara multilation untuk bayi-bayi Yahudi).
Ketika berusia 10 tahun, Obama pernah ke sekolah sosialis Yahudi atau disebut "kibbutz". Obama menyatakan bahwa dia hanya menggunakan tandas sekolah itu saja pada waktu itu. Namun ada saksi lain menyatakan bahawa Obama telah menghadiri kelas selama tiga jam di sekolah tersebut. Apakah Obama dirancang dan dilatih untuk menjadi Presiden Amerika ketika berusia 10 tahun lagi?
Obama sedang melakukan ritual Yahudi.


Tidak mengherankan bila Obama mendapat sejumlah 77% suara dari pemberi suara Yahudi. Berbanding John Kerry yang hanya mendapat 74% suara daripada pemungutan suara Yahudi pada 2004. Pada tahun 2000, Al Gore paling banyak mendapat suara daripada pemberi suara Yahudi yaitu sejumlah 79%. Obama mendapat banyak suara dari pemilih Yahudi di Connecticut dan Massachusetts. Di Connecticut, 61% Yahudi menyokong Obama. Yahudi mulai suka pada Obama karena banyak kenyataan Obama secara terbuka mendukung Israel.
"My view is that the United States' special relationship with Israel obligates us to be helpful to them in the search for credible partners with whom they can make peace, while also supporting Israel in defending itself against enemies sworn to its destruction” kata Obama dalam kenyataan medianya pada Haaretz pada 15 Februari 2007.
Sudah menjadi rahasia umum jika Obama memakai sebutan "Bush kulit hitam" dari kalangan Yahudi dan mengatakan Yahudi harus terlihat hitam dan Mossad harus lebih banyak merekrut agen hitam dengan begitu akan muncul wajah baru. Malaikat berbulu srigala.



Gambar: Obama dinasihati oleh Rahm Emanuel, seorang Yahudi

Pada November 2008, Rahm Emanuel (seorang Yahudi, anak seorang Israel) baru saaja ditawarkan jabatan oleh Obama menjadi White House Chief Of Staff. Dan lebih mengagetkan lagi bila mentor Obama sendiri iaitu Abner Mikva menyatakan "Obama will be the first Jewish President Of USA" dalam Jerusalem Post pada 5 November 2008.


"Our job is to rebuild the road to real peace and lasting security throughout the region. Our job is to do more than lay out another road map. That effort begins with a clear and strong commitment to the security of Israel: Our strongest ally in the region and its only established democracy. That will always be my starting point." ucapan Obama ketika berbicara kepada kumpulan American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) di Chicago pada 2 Mac 2007.
Obama lebih dahsyat daripada Bush dia sekarang disebut "silent killer" mereka sama - sama lobi Yahudi.
Amerika akan terus berjaya sampai kedatangan mesias kedua kalinya. Dan anti mesias itu adalah orang Yahudi. Sudah ini cuma pemberitahuan agen mossad di Indonesia saja. Tidak usah percaya karena ini cuma untuk kalangan terbatas saja dan bukan untuk anda.

Bagaimana media massa mengendalikan pemikiran massa?



Media massa adalah alat yang paling kuat digunakan oleh kelas penguasa untuk memanipulasi massa. Membentuk dan mengendalikan pendapat dan tingkah laku serta menentukan apa yg normal dan apa yang dapat diterima. Artikel ini membahas cara kerja media massa melalui teori-teori pemikir utama, struktur kekuatan dan teknik-teknik dalam menggunakannya, dalam rangka untuk memahami peran media yang sebenarnya dalam masyarakat.

media massa mengendalikan massa
Sebagian besar artikel di situs ini membahas simbolisme gaib yang ditemukan di media massa seperti TV. Dari artikel ini timbul banyak pertanyaan yang lazim berkaitan dengan tujuan dari simbol-simbol dan motivasi dari orang2 yang meroketkan penyanyi tersebut, tetapi tidak mungkin bagi saya untuk memberikan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan tanpa menyebutkan konsep-konsep dan fakta. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk menulis artikel ini untuk memasok latar belakang teoritis dan metodologis dari analisis yang disajikan di situs ini serta memperkenalkan para lulusan bidang komunikasi massa. Beberapa orang membaca artikel saya dan berpikir saya mengatakan “Lady Gaga ingin mengontrol pikiran kita”. Dia hanyalah bagian kecil dari sistem besar yang ada, media massa.
Pemrograman Melalui Media Massa
Media massa adalah bentuk media yang dirancang untuk menjangkau khalayak ramai. Diantaranya televisi, film, radio, koran, majalah, buku, catatan, video game dan internet. Banyak penelitian telah dilakukan pada abad masa lalu untuk mengukur efek media massa pada populasi dalam rangka untuk menemukan teknik terbaik untuk mempengaruhinya. Dari studi muncul ilmu Komunikasi, yang digunakan dalam pemasaran, hubungan masyarakat dan politik. Komunikasi massa merupakan alat yang penting dalam menjamin fungsionalitas dari sebuah demokrasi besar, tetapi juga merupakan alat yang diperlukan untuk kediktatoran. Itu semua tergantung pada penggunaannya.
Dalam kata pengantar 1958 untuk A Brave New World, Aldous Huxley menjelaskan suatu gambaran tentang masyarakat. Dia percaya massa dikendalikan oleh “kekuatan impersonal”, elit yang berkuasa, yang memanipulasi populasi dengan menggunakan berbagai metode.

“Kekuatan impersonal (elite penguasa) mendorong kita sewaktu kita tidak memiliki kendali atas diri kita, membuat mereka dengan mudah mendorong kita ke berbagai arah yg mereka inginkan, yang seringkali menjerumuskan kita ke dalam sebuah mimpi buruk “dunia baru” dan ini adalah keinginan dari “kekuatan impersonal” yang didukung oleh organisasi komersial dan politik yang telah mengembangkan sejumlah teknik baru untuk memanipulasi, demi kepentingan beberapa minoritas. ”
– Aldous Huxley, Kata Pengantar untuk A Brave New World
Pandangan suramnya bukanlah hipotesis sederhana atau delusi paranoid. Ini adalah fakta yang didokumentasikan, yang hadir dalam mempelajari dunia yang paling penting di media massa. Berikut adalah beberapa di antaranya:
Elite Thinkers
Walter Lippmann
Walter Lippmann
Walter Lippmann
Walter Lippmann, seorang intelektual Amerika, penulis, dan pemenang dua kali pemenang dua kali Pulitzer melahirkan salah satu karya tentang penggunaan media massa di Amerika. Dalam Opini Publik (1922), Lippmann membandingkan massa ke dalam “monster besar” dan “ternak yang bingung”yang harus dibimbing oleh pemerintah yang mengatur. Dia menggambarkan para elit yang berkuasa sebagai “kelas khusus yang kepentingannya melampaui lokal”. Kelas ini terdiri dari ahli, spesialis dan birokrat. Menurut Lippmann, para pakar, yang sering disebut sebagai “elit”, yang menjadi mesin pengetahuan yang sebenarnya menjadi cacat utama dari sebuah demokrasi, Demokrasi yang ideal tentunya tidak mungkin menginjak-injak dan menakuti “ternak yang bingung”. Para warga yang dikatakan seperti “Ternak yang bingung” memiliki fungsi untuk menjadi “penonton yang tertarik” tetapi bukan peserta. Partisipasipan adalah tugas dari “orang yang bertanggung jawab”, yang bukan warga biasa.
Media massa dan propaganda karena itu alat yang harus digunakan oleh elit untuk aturan masyarakat tanpa paksaan fisik. Salah satu konsep penting yang disampaikan oleh Lippmann adalah “pembuatan persetujuan”, yang singkatnya, manipulasi opini publik untuk menerima agenda elite. Ini adalah pendapat Lippmann bahwa masyarakat umum tidak memenuhi syarat untuk alasan dan untuk menentukan isu-isu penting. Oleh karena itu penting bagi elit untuk memutuskan “untuk sendiri baik” dan kemudian menjual keputusan-keputusan kepada massa.

Bahwa “pembuatan persetujuan” dari penyempurnaan besar itu tidak ada, saya pikir, ini adalah sangkalan. Proses di mana pendapat publik timbul adalah tentu tidak kurang rumit daripada yang muncul di halaman ini, dan kesempatan untuk manipulasi adalah terbuka bagi siapa saja yang mengerti proses yang cukup jelas. . . . sebagai hasil penelitian psikologis, ditambah dengan sarana komunikasi modern, praktek demokrasi telah berbelok. Sebuah revolusi berlangsung, jauh lebih penting daripada pergeseran kekuatan ekonomi. . . . Di bawah pengaruh propaganda, belum tentu kita memahami arti jahat, konstanta lama pemikiran kita telah menjadi variabel. Hal ini tidak mungkin lagi, misalnya, untuk percaya pada dogma asli demokrasi, bahwa pengetahuan yang dibutuhkan untuk pengelolaan urusan manusia muncul secara spontan dari hati manusia. Dimana kita bertindak pada teori bahwa kita menunjukkan diri kita menipu diri sendiri, dan untuk bentuk persuasi bahwa kita tidak dapat memverifikasi. Hal ini telah menunjukkan bahwa kita tidak dapat mengandalkan pada intuisi, hati nurani, atau kecelakaan pendapat kasual jika kita berurusan dengan dunia luar jangkauan kita. ”
-Walter Lippmann, Opini Publik
Ini mungkin menarik untuk dicatat bahwa Lippmann merupakan salah satu pendiri Council on Foreign Relations (CFR)-Dewan Hubungan Luar Negeri, kebijakan luar negeri paling berpengaruh di dunia. Fakta ini akan memberi Anda petunjuk kecil tentang pemikiran elit mengenai penggunaan media.

“Politik dan kekuatan ekonomi di Amerika Serikat terkonsentrasi di tangan “elit penguasa” yang menguasai sebagian besar perusahaan multinasional yang berbasis di AS, media komunikasi utama, universitas swasta besar dan banyak sarana publik. Didirikan pada tahun 1921, Dewan Hubungan Luar Negeri adalah hubungan utama antara perusahaan besar dan pemerintah federal. Telah disebut sebagai “sekolah untuk negarawan” dan dekat untuk menjadi dari apa yang C. Wright Mills katakan, yaitu Power Elite – sekelompok orang yang memiliki kesamaan kepentingan dan membentuk keadaan dunia dari posisi yang kelompok mereka capai, dan merencanakan semuanya di belakang layar. Pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah bagian dari usaha Dewan, serta International Monetary Fund (IMF) dan World Bank. ”
– Steve Jacobson, Mind Control di Amerika Serikat
Beberapa anggota CFR saat ini termasuk David Rockefeller, Dick Cheney, Barack Obama, Hillary Clinton, gereja megah-pendeta Rick Warren dan para CEO perusahaan besar seperti CBS, Nike, Coca-Cola dan Visa.
Carl Jung
Carl Jung
Carl Jung
Carl Jung adalah pendiri psikologi analitis (juga dikenal sebagai psikologi Jung), yang menekankan pemahaman jiwa dengan mengeksplorasi mimpi, seni, mitologi, agama, simbol dan filsafat. Asal usul konsep psikologis yang banyak digunakan saat ini seperti Archetype, the Complex, the Persona, the Introvert/Extrovert dan Synchronicity. Ia sangat dipengaruhi oleh latar belakang okultisme keluarganya. Carl Gustav, kakeknya, adalah seorang Freemason (dia adalah Grand Master) dan Jung sendiri menemukan bahwa beberapa dari nenek moyangnya adalah Rosicrucian. Hal ini mungkin menjelaskan mengapa ia memiliki minat yang besar dalam filsafat Timur dan Barat, alkimia, astrologi dan simbolisme. Salah satu konsep yang paling penting (dan disalahpahami) adalah Kesadaran kolektif/Collective Unconscious.

“Tesis saya, adalah sebagai berikut: Selain dari kesadaran kami, yang bersifat pribadi dan yang kami yakini sebagai jiwa, terdapat sistem psikis kedua yang bersifat kolektif, universal, dan impersonal yang identik pada semua individu. Kesadaran kolektif tidak berkembang secara individu tetapi diwariskan. Terdiri dari bentuk-bentuk pra-ada, yang sempurna, yang hanya bisa menjadi kesadaran sekunder dan yang memberikan bentuk nyata untuk isi psikis tertentu. ”
– Carl Jung, Konsep dari Kesadaran Kolektif
Transpires ketidaksadaran kolektif melalui keberadaan simbol serupa dan tokoh mitologis dalam peradaban yang berbeda. simbol pola dasar tampaknya akan tertanam di bawah sadar kolektif kita, dan, saat terkena kepada mereka, kami menunjukkan daya tarik alam dan ketertarikan. Simbol tersembunyi oleh karena itu dapat memberikan suatu dampak yang besar pada orang, bahkan jika banyak orang tidak pernah secara pribadi diperkenalkan kepada makna esoteris simbol itu. Media massa pemikir, seperti Edward D. Bernays, ditemukan dalam konsep ini cara yang hebat untuk memanipulasi pribadi publik dan kolektif bawah sadar.
Carl Jung pada Time Magazine
1955 Time Magazine cover featuring Carl Jung. Dikanan terlihat seperti Avatar, bukan?
Edward Bernays
Edward Bernays
Edward Bernays
Edward Bernays dianggap sebagai “ayah dari hubungan publik” dan konsep yang digunakan ditemukan oleh pamannya, Sigmund Freud untuk memanipulasi masyarakat dengan menggunakan alam bawah sadar. Ia berbagi pandangan Walter Lippmann tentang populasi umum dengan mempertimbangkan hal itu tidak rasional dan tunduk pada “naluri kawanan”. Menurutnya, massa perlu dimanipulasi oleh pemerintah tak terlihat untuk menjamin kelangsungan hidup demokrasi.
“Manipulasi sadar dan cerdas dari kebiasaan terorganisir dan pendapat massa merupakan elemen penting dalam masyarakat demokratis. Mereka yang memanipulasi mekanisme tak terlihat dari masyarakat merupakan pemerintah yang tak terlihat yang merupakan kekuatan yang berkuasa sebenarnya dari negara kita.
Kami diatur, pikiran kita dibentuk, selera kita terbentuk, ide-ide kita disarankan, terutama bila kita mendengar sesuatu yang belum pernah kita dengar. Ini adalah hasil logis dari cara di mana masyarakat demokratis kita diatur. Sejumlah besar manusia harus bekerja sama dengan cara ini jika mereka untuk hidup bersama sebagai masyarakat agar kemasyarakatan berfungsi secara lancar.

“Gubernur2 yg tidak terlihat”, dalam banyak kasus, tidak menyadari identitas sesama anggota mereka di dalam kabinet. ”
– Edward Bernays, Propaganda
Kampanye pemasaran Bernay berperan dalam mengubah fungsi masyarakat Amerika. Dia pada dasarnya menciptakan “konsumerisme” dengan menciptakan budaya dimana membeli untuk kesenangan daripada membeli untuk bertahan hidup. Untuk alasan ini, ia dimasukkan oleh Life Magazine pada Top 100 Amerikan yang paling berpengaruh pada abad ke-20.
Harold Lasswell
Harold Lasswell
Harold Lasswell
Pada 1939-1940, University of Chicago adalah tuan rumah dari serangkaian seminar rahasia dalam hal komunikasi. Seminar ini didanai oleh Yayasan Rockefeller dan melibatkan para peneliti paling menonjol di bidang komunikasi dan studi sosiologis. Salah satu sarjananya adalah Harold Lasswell, seorang ilmuwan politik terkemuka Amerika dan teori komunikasi, yang mengkhususkan diri dalam analisis propaganda. Ia juga berpendapat bahwa demokrasi, pemerintahan yang diperintah oleh rakyat, tidak bisa mempertahankan dirinya sendiri tanpa suatu elit khusus dan membentuk opini publik melalui propaganda.
Dalam bukunya Encyclopaedia of the Social Sciences, Lasswell menjelaskan bahwa ketika elit memiliki kekurangan dalam hal yg diperlukan untuk memaksa ketaatan dari masyarakat, manajer sosial harus menambahkan pembenaran konvensional “teknik kontrol baru, terutama melalui propaganda.”
Lasswell ekstensif mempelajari bidang analisis untuk memahami efektivitas dari berbagai jenis propaganda. Dalam esainya, Lasswell menjelaskan bahwa, dalam rangka memahami makna pesan (misalnya film, pidato, buku, dll), kita harus mempertimbangkan frekuensi dengan simbol-simbol tertentu yang muncul dalam pesan, arah di mana simbol mencoba membujuk pendapat penonton, dan intensitas dari simbol-simbol yang digunakan.
Lasswell terkenal untuk model analisis medianya berdasarkan:
Who (says) What (to) Whom (in) What Channel (with) What Effect
Dengan model ini, Lasswell menunjukkan bahwa untuk benar menganalisis produk media, kita harus melihat pada yang menghasilkan produk (orang-orang yang memerintahkan penciptaan), yang itu ditujukan (target audiens) dan apa yang efek yang diinginkan produk ini (untuk menginformasikan, untuk meyakinkan, untuk menjual, dll) pada penonton.
Menggunakan video Rihanna sebagai contoh, analisis akan menjadi sebagai berikut: WHO-Siapa yg membuat: Vivendi Universal; APA yg dibuat: artis pop Rihanna; KE SIAPA: konsumen antara usia 9 dan 25; Dengan MEDIA apa: musik video, dan APA EFEKNYA: Menjual image artis, lagu nya, gambar dan pesan dalam musiknya.
Analisis video dan film pada website ini menyadari pentingnya “siapa yang berada di belakang” pesan yang dikomunikasikan kepada publik. Istilah “Illuminati” sering digunakan untuk menggambarkan kelompok elit penguasa yang menguasai massa yang tidak sadar telah dikuasai secara diam-diam. Meskipun istilah ini cukup simbolis, tetapi menggambarkan kedekatan elit dengan masyarakat rahasia dan pengetahuan gaib. Namun, saya pribadi membenci dengan menggunakan “teori konspirasi” untuk menggambarkan apa yang terjadi di media massa. Jika semua fakta mengenai sifat elitis industri sudah tersedia untuk umum, bisakah masih dianggap sebagai “konspirasi teori”?
Dulu ada berbagai sudut pandang, ide dan pendapat dalam budaya populer. Konsolidasi perusahaan media, bagaimanapun, menghasilkan standarisasi industri budaya. Pernahkah kita bertanya-tanya mengapa semua musik baru-baru ini terdengar sama dan semua film baru-baru ini memiliki pesan yg tampak sama? Berikut ini adalah bagian dari jawabannya:
Kepemilikan Media
Kepemilikan Media
Kepemilikan Media
Seperti digambarkan dalam grafik di atas, jumlah perusahaan yang memiliki media di AS dari 50 perusahaan menjadi 5 perusahaan dalam waktu kurang dari 20 tahun. Berikut adalah perusahaan besar yang berkembang di seluruh dunia dan aset yang mereka miliki.
AOL Time Warner
AOL

“Sebuah daftar perusahaan yang dikontrol oleh AOL Time Warner membutuhkan 10 halaman yg berisi daftar 292 perusahaan yang terpisah dan anak perusahaannya. Dari jumlah tersebut, 22nya merupakan usaha patungan dengan perusahaan besar lainnya yang terlibat dalam berbagai keikutsertaan dalam operasi media. Para mitra ini terdiri 3Com, eBay, Hewlett-Packard, Citigroup, Ticketmaster, American Express, Homestore, Sony, Viva, Bertelsmann, Polygram, dan Amazon.com.Beberapa sifat lebih akrab sepenuhnya dimiliki oleh Time Warner termasuk Book-of-the-Month Club; Little, penerbit Brown; HBO, dengan tujuh saluran, CNN, tujuh saluran khusus dan bahasa asing, Road Runner, Warner Brothers Studios; Weight Watchers, Popular Science, dan lima puluh dua perusahaan rekaman yang berbeda “.
– Ben Bagdikan, The New Media Monopoly
AOL Time Warner memiliki:

* 64 majalah, termasuk Time, Life, People, MAD Majalah dan DC Comics
* Warner Bros, New Line dan Fine Line Fitur di bioskop
* Lebih dari 40 label musik, termasuk Warner Bros, Atlantik dan Elektra
* Banyak jaringan televisi seperti WB Networks, HBO, Cinemax, TNT, Cartoon Network dan CNN
* Madonna, Sean Paul, The White Stripes
VIACOM
VIACOM
Viacom memiliki:

* CBS, MTV, MTV2, UPN, VH1, Showtime, Nickelodeon, Comedy Central, TNN, CMT dan BET
* Paramount Pictures, film Nickelodeon, MTV Films
* Blockbuster Video
* 1800 layar di bioskop melalui Terkenal Pemain
Walt Disney
Walt Disney
“Hollywood merupakan jantung, dengan delapan studio produksi film dan distributor: Walt Disney Pictures, Touchstone Pictures, Miramax, Buena Vista Home Video, Buena Vista Home Entertainment, Buena Vista International, Hollywood Pictures, dan Caravan Pictures.

The Walt Disney Company mengontrol delapan penerbit buku dengan Walt Disney Company Book Publishing dan ABC Publishing Group; 17 majalah, ABC Television Network, dengan 10 stasiun yang dimiliki dan dioperasikan sendiri termasuk dalam lima pasar atas; 30 stasiun radio, termasuk semua pangsa pasar utama; 11 saluran kabel, termasuk Disney, ESPN (bersama-sama), A & E, dan History Channel; 13 saluran siaran internasional yang membentang dari Australia ke Brasil, 7 unit produksi dan olahraga di seluruh dunia; dan 17 situs internet, termasuk ABC group, ESPN.sportszone, NFL.com, NBAZ.com, dan NASCAR.com. Lima kelompok musik termasuk Buena Vista, Lyric Street, dan Disney Walt label, dan produksi teater yang tumbuh di film The Lion King, Beauty and the Beast, dan King David. ”
– Ibid
The Walt Disney Company memiliki:

* ABC, Disney Channel, ESPN, A & E, Sejarah Channel
* Walt Disney Pictures, Touchstone Pictures, Hollywood Pictures, Miramax Film Corp, Dimensi dan Buena Vista International
* Miley Cyrus / Hannah Montana, Selena Gomez, Jonas Brothers
Vivendi
Vivendi
Vivendi Universal memiliki:

* 27% dari penjualan musik AS dan label meliputi: Interscope, Geffen, A & M, Pulau, Def Jam, MCA, Mercury, dan Universal Motown
* Universal Studios, Studio Canal, Film Polygram, Canal +
* Banyak perusahaan internet dan ponsel
* Lady Gaga, The Black Eyed Peas, Lil Wayne, Rihanna, Mariah Carey, Jay-Z
Sony Corporation
Sony Corporation
Sony memiliki:

* Columbia Pictures, Screen Gems, Sony Pictures Classics
* 15% dari penjualan US Musik, label termasuk Columbia, Epic, Sony, Arista, Jive dan RCA Records
* Beyonce, Shakira, Michael Jackson, Alicia Keys, Christina Aguilera
Aktor dalam jumlah terbatas dalam industri komunikasi berarti sudut pandang yang terbatas dan ide2nya yg dijual ke masyarakat umum. Ini juga berarti pesan tunggal dapat dengan mudah memenuhi segala bentuk media untuk menghasilkan “persetujuan” dari masyarakat, semisal “ada senjata pemusnah massal di Irak” untuk “melegalkan” invasi ke Iraq.
Standardisasi Pemikiran Manusia
Standarisasi pemikiran manusia
Penggabungan perusahaan media dalam dekade terakhir menghasilkan oligarki kecil konglomerat media. Apa yang TV tunjukkan, kita ikuti, musik yang kita dengarkan, film-film kita melihat dan surat kabar yang kita baca, semuanya diproduksi oleh 5 perusahaan yang telah saya sebutkan. Pemilik dari konglomerat memiliki hubungan dekat dengan elit dunia dan, dalam banyak hal, mereka ADALAH the elite. Dengan memiliki semua outlet memungkinkan mereka untuk memiliki potensi dalam mencapai massa, konglomerat ini memiliki kekuatan untuk menciptakan di benak orang-orang, satu pandangan dunia kohesif, melahirkan sebuah “standardisasi pemikiran manusia”.
Bahkan gerakan atau gaya yang dianggap marjinal, pada kenyataannya, ekstensi dari pemikiran mainstream. media massa menghasilkan pemberontak mereka sendiri yang pasti melihat bagian tapi masih bagian dari pembentukan. Seniman, kreasi dan ide-ide yang tidak sesuai dengan cara berpikir arus utama yang tanpa ampun ditolak dan dilupakan oleh konglomerat, yang pada gilirannya membuat mereka hampir menghilang dari masyarakat itu sendiri. Namun, ide-ide yang dianggap valid dan diinginkan untuk diterima oleh masyarakat yang terampil dipasarkan ke massa dalam rangka untuk membuat mereka menjadi norma yang lebih jelas.
Pada tahun 1928, Edward Bernays sudah melihat potensi pergerakan besar dalam membakukan pemikiran massa:

“Film Amerika adalah pembawa propaganda pikiran bawah sadar terbesar di dunia saat ini. Ini adalah distributor besar bagi ide-ide dan pendapat. Gambar bergerak dapat standarisasi ide-ide dan kebiasaan suatu bangsa. Karena gambar yang dibuat untuk memenuhi permintaan pasar, mereka mencerminkan, menekankan dan bahkan membesar-besarkan kecenderungan populer yang luas, daripada merangsang ide-ide baru dan pendapat. Gambar gerak avails sendiri hanya ide dan fakta-fakta yang dalam mode. Sebagai surat kabar berusaha untuk menyiapkan berita, ia berusaha untuk menyiapkan hiburan. ”
– Edward Bernays, Propaganda
Fakta ini ditandai sebagai bahaya bagi kebebasan manusia di tahun 1930-an oleh para pemikir dari mazhab Frankfurt seperti Theodor Adorno dan Herbert Marcuse. Mereka mengidentifikasi tiga masalah utama dengan industri budaya. Industri ini dapat:

1. mengurangi manusia yang memiliki kemampuan emansipasi, yang mampu membuat keputusan yang rasional di tengah massa;
2. mengganti drive yang sah untuk otonomi dan kesadaran diri dengan kemalasan, mengharapkan rasa aman dengan mencocokkan diri dengan dunia luar dan kepasifan, dan
3. memvalidasi gagasan bahwa laki-laki benar-benar berusaha untuk melarikan diri dari dunia absurd dan kejam di mana mereka hidup dengan kehilangan dirinya dalam kepuasan kondisi hipnosis-diri.
Gagasan pelarian bahkan lebih relevan saat ini dengan munculnya video game online, film 3D dan bioskop rumah. Massa, terus mencari hiburan state-of-the-art, akan resor untuk produk dengan anggaran tinggi yang hanya dapat diproduksi oleh perusahaan-perusahaan media terbesar di dunia. Produk ini mengandung pesan hati-hati yg dapat dihitung dan simbol yang tidak lebih dan tidak kurang dari propaganda hiburan. Masyarakat telah dilatih untuk CINTA propaganda untuk sejauh hal itu membelanjakan uangnya dengan susah payah untuk terkena propaganda hiburan. Propaganda (digunakan dalam kedua arti politik, budaya dan komersial) tidak lagi bentuk komunikasi koersif atau otoritatif yang ditemukan di kediktatoran: ia telah menjadi sinonim hiburan dan kesenangan.

“Sehubungan dengan propaganda pendukung awal keaksaraan universal dan pers bebas yang dibayangkan hanya dua kemungkinan: propaganda mungkin benar, atau mungkin salah. Mereka tidak meramalkan apa sebenarnya yang terjadi, terutama di negara demokrasi barat yang kapitalis – pengembangan industri komunikasi massa yang luas, yang bersangkutan pada umumnya tidak dengan benar atau yang salah, tetapi dengan kenyataan, sama sekali tidak relevan . Singkatnya, mereka gagal untuk memperhitungkan selera rekening manusia hampir tak terbatas untuk selingan. ”
– Aldous Huxley, Kata Pengantar untuk A Dunia Baru Brave
Sepotong tunggal media sering tidak memiliki efek yang berlangsung pada jiwa manusia. Media massa, bagaimanapun, dengan sifat maha-nya, menciptakan lingkungan hidup tempat dimana kita berevolusi setiap hari. Hal ini mendefinisikan norma dan tidak termasuk yang tidak diinginkan. Dengan cara yang sama kereta kuda memakai penutup mata sehingga mereka hanya dapat melihat apa yang benar di depan mereka, massa hanya bisa melihat di mana mereka harus pergi.

“Ini dimungkinkan dengan munculnya media massa yang memungkinkan penggunaan teknik propaganda dalam skala sosial. Liputan pers, radio dan televisi untuk menciptakan lingkungan yang membuat propaganda ini bertahan secara terus menerus, abadi dan mempengaruhi secara total nyaris tak terlihat justru karena ia menciptakan lingkungan yang konstan. Media massa menyediakan hubungan penting antara individu dan tuntutan masyarakat teknologi. ”
– Jacques Ellul
Salah satu alasan media massa berhasil mempengaruhi masyarakat adalah karena jumlah ekstensif penelitian tentang ilmu kognitif dan sifat manusia yang telah diterapkan untuk itu.
Teknik-teknik Manipulasi
“Publisitas adalah upaya sengaja untuk mengelola persepsi publik tentang subjek. Subyek publisitas termasuk orang (misalnya, politisi dan seniman), barang dan jasa, organisasi dari semua jenis, dan karya seni atau hiburan. ”
Dorongan untuk menjual produk dan ide-ide kepada massa telah menyebabkan sejumlah penelitian yang belum pernah terjadi sebelumnya, penelitian tentang perilaku manusia dan jiwa manusia. Ilmu kognitif, psikologi, sosiologi, semiotika, linguistik dan bidang terkait lainnya dan masih secara ekstensif diteliti melalui studi yang didanai dengan baik.

“Tidak ada kelompok sosiolog dapat mendekati tim iklan dalam pengumpulan dan pengolahan data sosial yang dieksploitasi. Tim iklan telah menghabiskan miliaran setiap tahun pada penelitian dan pengujian reaksi, dan produk mereka dan mengakumulasi materi tentang berbagi pengalaman dan perasaan dari seluruh masyarakat. ”
– Marshal McLuhan, The Extensions of Man
Hasil studi tersebut diterapkan untuk iklan, film, video musik dan media lainnya untuk membuat mereka sebagai berpengaruh mungkin. Seni pemasaran sangat dihitung dan ilmiah karena harus mencapai baik individu dan kesadaran kolektif. Pada produk-produk budaya tinggi anggaran, video tidak pernah “hanya video”, Gambar, simbol dan makna secara strategis ditempatkan dalam rangka untuk menghasilkan efek yang diinginkan.

“Hal ini dengan pengetahuan tentang manusia, kecenderungan nya, keinginannya, kebutuhannya, mekanisme psikis, Otomatisasi nya serta pengetahuan psikologi sosial dan psikologi analitis yang mengolah teknik-teknik propaganda.”
– Propagandes, Jacques Ellul (terjemahan bebas)
Propaganda hari ini hampir tidak pernah menggunakan argumen rasional atau logis. Langsung menyentuh kebutuhan manusia yang paling mendasar dan naluri untuk menghasilkan respons emosional dan tidak rasional. Jika kita selalu berpikir rasional, kami mungkin tidak akan membeli 50% dari apa yang kita miliki. Bayi dan anak-anak selalu ditemukan dalam iklan yang ditujukan pada perempuan untuk alasan tertentu: studi menunjukkan bahwa gambar anak-anak memicu para wanita untuk insting memelihara, untuk peduli dan untuk melindungi, pada akhirnya menyebabkan simpatik yang bias terhadap iklan.
Iklan 7up yg aneh dengan menggunakan keimutan dari bayi
Iklan 7up yg aneh dengan menggunakan keimutan dari bayi
Seks ada dimana-mana di media massa, karena menarik dan menjaga perhatian pemirsa. Langsung menghubungkan kebutuhan hewan kita untuk berkembang biak dan untuk mereproduksi, dan, bila dipicu, naluri ini dapat langsung dilatar pikiran-pikiran rasional lain dalam otak kita.
Subliminal Perception
Bagaimana jika pesan yang dijelaskan di atas mampu mencapai langsung pikiran bawah sadar pemirsa, tanpa pemirsa menyadari apa yang terjadi? Itulah tujuan persepsi subliminal. Iklan frase subliminal diciptakan pada tahun 1957 oleh peneliti pasar AS James Vicary, yang mengatakan ia bisa penonton bioskop untuk “minum Coca-Cola” dan “makan popcorn” dengan pesan-pesan berkedip pada layar untuk waktu yang singkat dan pemirsa tidak sadari.

“Persepsi bawah sadar adalah suatu proses yang disengaja yang dibuat oleh teknisi komunikasi, di mana Anda menerima dan merespon informasi dan instruksi tanpa sadar memberikan petunjuk”
– Steve Jacobson, Mind Control di Amerika Serikat
Teknik ini sering digunakan dalam pemasaran dan kita semua tahu
SEKS telah dijual.
Iklan Skittles
Perhatikan tulisan Berry EXplosion dengan huruf S di depan dan huruf EX menggunakan huruf besar
Coca Cola Subliminal Message
Iklan Axe
Meskipun beberapa sumber mengklaim bahwa iklan subliminal tidak efektif, dokumentasi penggunaan teknik ini di media massa membuktikan bahwa penciptanya percaya pada kekuatan subliminal message ini. Studi terbaru juga terbukti efektif, terutama ketika pesan negatif.

“Sebuah tim dari University College London, yang didanai oleh Wellcome Trust, menemukan bahwa [persepsi subliminal] sangat bagus untuk menanamkan pikiran negatif. Ada banyak spekulasi tentang apakah orang dapat memproses informasi emosional tidak sadar, untuk gambar misalnya, wajah dan kata-kata, “kata Profesor Nilli Lavie, yang memimpin penelitian. Kami telah menunjukkan bahwa orang dapat merasakan nilai emosional pesan subliminal dan telah ditunjukkan secara meyakinkan bahwa orang jauh lebih selaras dengan kata-kata negatif. ”
– Sumber
Tepat setelah nama Gore disebutkan, akhir dari “birokrat” kata – “tikus” – berkedip pada layar untuk sepersekian detik.


Seperti yang terlihat di banyak artikel di mureo, pesan subliminal dan semi-subliminal yang sering digunakan dalam film dan video musik untuk mengkomunikasikan pesan dan ide-ide kepada pemirsa.
Sebagai penutup
Artikel ini menguji para pemikir utama di bidang media massa, struktur kekuasaan media dan teknik yang digunakan untuk memanipulasi massa. Saya yakin informasi ini sangat penting untuk pemahaman dari “mengapa” dalam topik yang dibahas di mureo. “Populasi massal” versus “kelas penguasa” dikotomi dijelaskan dalam banyak artikel bukan “teori konspirasi” (sekali lagi, aku benci istilah ini), tetapi kenyataan telah jelas diperlihatkan dalam industri dalam beberapa abad ini.
Lippmann, Bernays dan Lasswell menyatakan bahwa masyarakat tidak cocok untuk menentukan nasib mereka sendiri, yang merupakan tujuan yang melekat pada demokrasi. Sebaliknya, mereka menyerukan cryptocracy, sebuah pemerintah tersembunyi, sebuah kelas penguasa yang bertanggung jawab atas “kelompok bingung.” Sebagai ide-ide mereka terus diterapkan kepada masyarakat, maka semakin jelas bahwa populasi yang bodoh tidak menjadi kendala bahwa penguasa harus berurusan dengan: Ini adalah sesuatu yang diinginkan dan, memang perlu, untuk memastikan kepemimpinan total. Populasi yang bodoh tidak tahu hak, tidak mencari pemahaman yang lebih besar dari masalah dan tidak berwenang bertanya. Ini hanya mengikuti tren. Budaya populer melayani dan memelihara kebodohan dengan terus melayani sampai hiburan otak-hal rumit dan menyoroti merosotnya mereka sehingga mengidolakan selebriti. Banyak orang bertanya kepada saya: “Apakah ada cara untuk menghentikan ini?” Ya, ada. HENTIKAN MENDENGARKAN OMONG KOSONG MEREKA DAN BACA BUKU.

“Jika negara berharap untuk menjadi bodoh dan bebas, mereka mengharapkan apa yang tidak pernah dan tidak akan pernah.”
- Thomas Jefferson
Bagaimana media massa mengendalikan pemikiran massa?