Sabtu, 02 Juni 2012

Gaga dan Logika Gagap



Syukurlah, akhirnya Lady Gaga tidak jadi konser di Indonesia setelah manajemen Gaga sendiri yang membatalkan konser tersebut. Bisa jadi, ada beberapa pihak yang menghembuskan nafas lega karena tidak perlu memutuskan apa-apa. Apalagi, Dubes AS sampai turun tangan menemui DPR dan Polri, mendorong agar izin konser diberikan. Sudah bisa dibayangkan, bagaimana sulitnya posisi para pengambil keputusan itu. Diizinkan, banyak yang akan marah. Tidak diizinkan, Bos Besar sudah turun tangan.
Namun tidak berarti masyarakat Indonesia yang peduli pada keselamatan anak-anak dan keluarga bisa bernafas lega. PR besar masih menanti karena sejatinya, bukan keseronokan Lady Gaga saja yang menjadi sumber keprihatinan kita semua, melainkan skenario besar di balik ini semua.  Pornografi dan homoseksualitas yang dipropagandakan, bukanlah letupan ekspresi seni orang per orang, namun sudah menjadi sebuah jejaring serangan budaya terhadap bangsa kita, apapun agamanya. Tetapi betapa banyak dari kita yang abai dan tertipu oleh logika-logika yang salah kaprah.
Saya mencatat beberapa logika yang dikemukakan orang-orang di internet seputar kontroversi Gaga. Memang Gaga tidak jadi datang. Tapi, kesalahan logika ini bisa dipastikan akan kembali terulang untuk kasus-kasus lainnya.  Karena itu, saya merasa perlu menulis kritik terhadap logika gagap ini. Mudah-mudahan ada manfaatnya.
Di antara logika gagap yang disampaikan terkait Gaga:
1.            Mengapa sih polisi dan ulama heboh mengurusi Lady Gaga? Urusin hal lain sajalah! Masih banyak hal lain yang lebih penting diurusi!
2.            Dangdut koplo merajalela, yang nonton lebih banyak daripada yang mampu datang ke konser Lady Gaga. Mengapa polisi dan ormas-ormas tidak mengurusi itu semua dan cuma meributkan Gaga? Toh yang nonton Gaga cuma sedikit!
3.            Gara-gara protes keras ormas-ormas radikal, Gaga malah semakin ngetop. Orang-orang yang tadinya tidak kenal  Gaga akhirnya jadi tahu dan malah semakin banyak yang mengakses you tube-nya. Ini justru jadi promosi gratis buat Gaga. Sebaiknya gunakan cara-cara ilmiah, damai, dan simpatik!
Sebelum saya menjawab  argumen di atas, saya mau membawakan analogi dulu. Begini, polisi menangkap si A yang korupsi  1 M. Si A marah dan berkata, “Pak Polisi! Saya ini cuma korupsi 1 M, kenapa ditangkap?! Itu si B, si C, si D, korupsinya jauh lebih besar daripada saya! Lepaskan saya, tangkap dulu mereka itu, baru Anda berhak menangkap saya!”
Menurut Anda, logiskah pembelaan yang dilakukan si A? Tidak kan?
Bila Anda mengakui bahwa Gaga memang membawa misi-misi amoral (pornografi, anti-Tuhan, pro-homoseksualitas), Anda tentu setuju bila polisi dan ulama memang harus menghalangi konser Gaga  di Indonesia. Perkara  mengapa polisi dan ulama tidak mengurusi dangdut koplo, itu masalah lain. Seharusnya polisi dan ulama juga mengurusi dangdut koplo. Lalu mengapa mereka diam saja atas dangdut koplo? Ya tanya saja sama para polisi dan ulama itu.  Tapi, yang jelas kita tidak bisa menggunakan logika ‘Anda tidak berhak menangkap si A yang korupsi 1 M karena Anda belum menangkap si B yang korupsi 2 M”.
Masalahnya berbeda jika secara esensi, Anda memang tidak mengakui amoralitas Gaga dan tidak peduli, “mau dia siapa, mau lagunya tentang apa, mau bajunya bagaimana, ya urusan dialah!”  Nah, kalau Anda permisif begitu, case closed. Kita tidak akan sampai pada kesepakatan karena titik tolaknya sudah beda: saya menolak amoralitas, Anda permisif. Tapi kalau Anda permisif, Anda ‘kalah’ dengan seorang anak SMP. Anak ini, anak seorang teman saya, berkata menanggapi Gaga, “Mereka itu kan cuma suka lagu dan penampilannya, Bu. Mereka tidak tahu siapa Gaga dan apa isi lagunya.”
Bayangkan, anak SMP saja sudah memahami bahwa ada masalah besar di balik ‘sekedar konser musik biasa’.
Yang jelas, banyak pihak yang sepakat bahwa seni yang diusung oleh Gaga ataupun dangdut koplo sama-sama merusak. Ini sebenarnya aksiomatis. KPAI, komunitas parenting, psikolog, kaum agamawan, bahkan para pecinta budaya tradisional, sangat geram dengan segala macam tampilan seni yang berbau pornografis/pornoaksi. Ini karena dampaknya sudah sangat jelas dirasakan. Indonesia adalah pangakses situs porno terbanyak ke-2  di dunia. Survey KPA menemukan data bahwa 62,7% siswi SMP/SMA sudah tidak lagi perawan. Perkosaan terjadi di mana-mana. Ini semua masalah besar yang mengancam bangsa ini.
Banyak pihak yang sudah berteriak-teriak minta perhatian pemerintah, agar masalah ini diselesaikan secara mendasar. Mereka mengadakan seminar-seminar, pelatihan-pelatihan parenting, dll. Tapi, gaungnya sangat kecil. Seperti kata bu Elly Risman dalam wawancara dengan Elshinta, “Kami ini sudah berusaha, tapi kami ibarat cacing yang cuma bisa menggemburkan tanah di sekitar. Perlu air hujan yang menyirami tanah secara keseluruhan. Dan air hujan itu adalah pemerintah.”
Menanggapi argumen, “sebaiknya gunakan cara-cara ilmiah, damai, dan simpatik,” saya ingin bertanya. Apakah bila protes atas kehadiran Gaga dilakukan dengan diskusi-diskusi terbatas, atau tulisan di koran, gaungnya akan sebesar sekarang? Seperti saya ceritakan di atas, sudah banyak ‘pejuang’ (misalnya bu Elly Risman bersama Yayasan Kita dan Buah Hati dan Bunda Rani Noeman) yang berusaha meminta perhatian pemerintah dan publik atas bahaya pornografi dan propaganda homoseksualitas, tapi toh gaungnya hanya dirasakan oleh kalangan terbatas.
Saya tidak sepakat dengan ancaman kekerasan yang dilakukan oleh ormas tertentu. Tapi, aksi-aksi demo beberapa ormas menurut saya bukanlah aksi kekerasan. Justru karena aksi-aksi demo itulah, kontroversi Gaga semakin mengemuka, dan itulah yang membuat kepala-kepala saling menoleh dan tersentak. Apa ini? Siapa Gaga? Apa yang membuat dia harus dilarang?
Kalaupun dikatakan aksi-aksi protes dan ancaman ormas terhadap Gaga menjadi promosi gratis bagi Gaga, sebenarnya, ini bagai pedang bermata dua. Oke, bisa saja, orang yang tidak kenal Gaga akhirnya jadi penasaran dan ingin mencari tahu. Tapi, tanpa kontroversi pun,  orang yang tadinya tidak tahu Gaga juga akan tahu karena pastilah televisi juga akan menyiarkannya sebagaimana TV juga menyiarkan berita (bahkan siaran ulang) konser-konser artis lainnya.  Jika tidak ada aksi-aksi protes, mereka akan tahu juga, tapi tahu tanpa wawasan. Mereka mungkin akan menerima Gaga begitu saja, tanpa tahu apa yang sebenarnya sedang dipropagandakan Gaga.
Justru dengan adanya kontroversi ini,  peluang untuk kembali mengangkat wacana soal moralitas, penguatan pondasi keluarga, dan diskusi anti homoseksualitas menjadi semakin terbuka. Orang-orang yang semula tidak ngeh pada kenyataan bahwa propaganda homoseksualitas sedemikian gencarnya dilakukan oleh banyak pihak, kini menjadi tersadarkan. Para orang tua yang tadinya tidak tahu dan merasa aman-aman saja mendengar nama Lady Gaga, akhirnya tahu bahwa ternyata lirik-lirik lagunya berbahaya dan bisa meracuni otak anak-anak mereka.
Di sini, saya melihat, gonjang-ganjing Gaga, meskipun di satu sisi boleh dikatakan promosi gratis bagi si Gaga, tapi di sisi lain malah membantu upaya para pendekar parenting, pemerhati budaya, kaum agamawan, dll  yang selama ini dicuekin itu, untuk membangkitkan kesadaran banyak orang mengenai bahaya yang sedang mengancam generasi muda kita.  Mudah-mudahan, kontroversi ini menyadarkan pemerintah juga, agar lebih aktif lagi, tidak sekedar mengomentari Gaga, tetapi juga mengambil langkah nyata, termasuk melarang pementasan artis lokal yang mengandung pornografi dan pornoaksi.
Menurut kamus, Gaga berarti ‘gila, pikun, loyo, atau berotak kosong’. Mudah-mudahan, diskusi masalah Gaga ini membuat kita terhindar dari kegilaan dan kebodohan; dan mampu mengkritisi beberapa logika gagap yang dikemukakan banyak pihak atas nama kebebasan bicara dan ekspresi.

©Dina Y. Sulaeman

Kamis, 31 Mei 2012

Pepesan Kosong Program Penghematan BBM




Program hemat energi oleh Presiden diyakini 100% akan gagal atau tidak bakal signifikan kurangi konsumsi BBM.Sesuai dengan hukum ekonomi, konsumsi dan permintaan BBM hanya akan bisa berkurang drastis jika terjadi peningkatan harga BBM. Dengan kenaikan harga BBM maka daya beli masyarakat turun, masyarakat akan lakukan penghematan secara otomatis & penggelapan BBM subsidi berkurang. Anak bayi juga tahu persis bahwa peningkatan drastis terhadap permintaan BBM bersubsidi karena faktor utama pengalihan ke sektor industri dan selundup.


Disparitas harga yg besar antara BBM bersubsidi dengan BBM non subsidi, membuat para mafia gunakan segala cara gelapkan BBM bersubsidi. BBM bersubsidi dijual secara gelap ke kapal-kapal, pabrik-pabrik, pertambangan atau tempat penampungan-penampungan ilegal untuk kemudian dijual ke luar negeri.
Contohnya pada tahun 2011. Dari kuota 12 juta kiloliter BBM non subsidi, ternyata angka realisasi capai 26 juta kiloliter. 14 juta kiloliter BBM yang gelap itu tentu berasal dari BBM bersubsidi. Jika subsidi Rp. 4 ribu/liter, negara sudah dirugikan 56 triliun !!
Bayangkan 56 trliun uang negara terbuang percuma akibat BBM bersubsidi disikat mafia-mafia minyak. Jadi untuk apa program penghematan BBM oleh SBY?
Mafia BBM ini sangat teroganisir dan melibatkan pejabat-pejabat dan aparat termasuk pejabat pertamina. Bahkan di Kalimantan disebut-sebut Gubernur terlibat. Sumber saya menyebutkan, ada Gubernur di kalimantan yang keluarganya memiliki banyak SPBU dan terlibat dalam penyaluran BBM bersubsidi ke pabrik/tambang.
Gerakan hemat BBM harus dimulai SBY dengan menangkap para mafia minyak termasuk pejabat-pejabat tinggi yang terlibat. Buat perppu atau peraturan pemerintah pengganti UU itu mencantumkan bahwa penyalahgunaan BBM bersubsidi dengan cara apapun dihukum mati/seumur hidup. Perppu itu harus mencantumkan bahwa mafia minyak dan penyalahgunaan BBM bersubsidi sama dengan TERORIS !! Peresah dan perusak bangsa
Tanpa ada tindakan tegas yang NYATA dari SBY dalam bentuk penangkapan para mafia BBM & konco-konconya, Gerakan Hemat BBM SBY itu hanya PEPESAN KOSONG.
Rakyat sudah tahu karakter SBY yang NATO : Not Action, Talk Only. Saatnya SBY berubah 180 derajat dan buktikan bahwa dia figur yg tegas !
Apakah ancaman kelangkaan BBM nasional sekarang ini tidak nyata? Apakah belum cukup dasar terbitkan Perppu? Apakah tunggu rakyat mati dulu???
Apakah SBY harus ancam pemakzulan dulu baru bertindak? Ingat, rakyat kecil dipelosok-pelosok negeri sudah lama menderita akibat langka BBM.
Pidato SBY beberapa waktu lalu, sama saja dengan pidato2 SBY sebelumnya, enak didengar di telinga tapi ga sreg di hati dan akal.
Apakah uang rakyat/negara 56 triliun dirampok mafia belum cukup dasar bagi SBY untuk perintahkan jajarannya tangkap mafia BBM?
Untuk apa anggaran Polri 50 triliun per tahun jika tak mau diperintahkan tangkap para mafia BBM itu? Apakah polisi jg sudah terima suap?
Apakah SBY menutup mata adanya lonjakan permintaan BBM bersubsidi yang sangat besar dan aneh itu? Atau jangan-jangan SBY dan kroninya terlibat????
Rakyat menantikan Presiden yang jujur. Satu kata dengan perbuatan. Bukan presiden yang munafik. Lain diucap lain dilakukan !
Sudah terlalu lama Rakyat melihat bahwa Presiden dan Pemerintahannya KALAH melawan mafia BBM, Pajak, Tambang, Hukum, Hutan dst...PECUNDANG !
Sudah berapa lama SBY canangkan konvesi BBM ke BBG? Mana hasilnya ? NOL ! Sangat jauh beda kualitasnya dengan JK
JK dulu tercatat sebagai manusia pertama di dunia yang mampu konversi minyak tanah ke elpiji untuk 40 juta rakyat hanya dalam waktu 6 bulan !!
Mustahil SBY berubah. Kepribadian manusia sudah terbentuk sebelum usia 8 tahun. Jadi: siapkan presiden baru yg diametral dengan dia”
Ada proses seperti pembiaran. Konsumsi BBM besar, impor naik, setoran naik. Juga jangan lupa konsumsi BBM PLN.
Jika BBM naik mendekati harga pasar, mafia minyak tak akan berkutik..percuma. Mereka tidak bisa untung dari penggelapan BBM.
Di Makassar, bos-bos pemilik beberapa SPBU juga memiliki banyak industri lainnya, jadi mereka dengan mudah dapat solar bersubsidi.
Saya masih ingat rapat kabinet Desember 2009 yang bahas kenaikan BBM. Rapat..rapat..rapat..sampai lebih 60 kali rapat kabinet. Hasilnya ? NOL !
SBY mungkin satu-satunya Presiden di dunia yang tak mampu ambil keputusan strategis dan amankan pelaksanaannya. Tidak ngerti POAC dan PSDM !
Problem Solving Decision Making (PSDM) dan actuating and Controlling, adalah ilmu yang lupa dipelajari SBY sepanjang hidupnya dulu ? Saya berani taruhan atas nama apapun, Program Penghematan BBM oleh SBY PASTI GAGAL. Cuma lips service. Ga ngefek ke rakyat.
Jika SBY tak bertindak NYATA, waktu 2 tahun sisa pemerintahannya akan dipenuhi dgn sumpah serapah dan kutukan dari seluruh rakyat Indonesia.
Sebukan terakhir ini saya Regim SBY sdh nambah utang US$ 9 milyar utk menutupi subsidi BBM dan sumpal APBN. Utang LN naik terus.
Berani taruhan demi apapun, bulan september 2012 nanti utang RI akan capai Rp. 2000 Triliun. Pajak rakyat dan kekayaan alam kita yg bayar.

Sumber: @TrioMacan_iwakpeyek2000 

Rabu, 30 Mei 2012

PENYERAGAMAN ZONA WAKTU : Pembangunan Teknokratis dan Agenda Globalis



Ciri pola pembangunan teknokratis adalah lahirnya kebijakan yang abai terhadap sisi-sisi kultur dan sosial, ia semata hanya mengandalkan perhitungan logis, matematis, dan formal.Contohnya, ketika kebijakan sekolah lima hari (Senin-Jum'at) dengan konsekuensi penambahan waktu belajar dari pukul 07.00 hingga 17.00. Kebijakan Diknas ini melahirkan protes, karena selain membuat siswa tertekan dan kelelahan. Kebijakan itu pun mematikan aktivitas madrasah (sekolah agama) dimana banyak siswa-siswi yang sore harinya mengaji atau belajar di madrasah-madrasah.


Kini kebijakan penyeragaman zona waktu mengingatkan saya pada pola kebijakan teknokratis tersebut.Sederhananya saja, penyeragaman zona waktu dengan zona WITA sebagai standar, akan menimbulkan banyak problem terutama pada warga yang tinggal di belahan Barat Indonesia. Satu contoh, soal shalat subuh, warga di Indonesia bagian Barat akan melaksanakan sholat subuh lebih pagi dari biasanya, sementara secara hkum Islam, di bagian Barat itu belum masuk waktu subuh. Efeknya sangat mungkin melahirkan problem keagamaan.
Kepentingan Pasar
"Positifnya jauh lebih banyak daripada sisi negatifnya," kata Hatta kepada para wartawan di halaman Istana Negara, Jakarta, Senin (28/5/2012). Perencanaan detail terkait penyeragaman zona waktu akan dibahas dalam rapat kabinet paripurna. Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Prasarana Wilayah Kementerian Koordinator Perekonomian Luky Eko Wuryanto mengatakan, penyatuan zona waktu yang setara dengan GMT+8 atau delapan jam lebih cepat dari standar waktu internasional di Greenwich ini memiliki dampak ekonomi.
"Langkah ini akan mempercepat pertumbuhan ekonomi di Indonesia karena aktivitas ekonomi bisa dilakukan lebih dini setiap harinya," kata Luky. "Salah satu manfaat yang jelas antara lain perdagangan di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Komoditi Berjangka Indonesia akan lebih cepat dibuka dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia. Ini diharapkan akan menambah transaksi perdagangan Rp 500 miliar sehari atau Rp 20 triliun dalam setahun," ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat dan Promosi Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Edib Muslim.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menegaskan, kalangan pengusaha mendukung rencana pemerintah menyeragamkan zona waktu menjadi setara dengan waktu Indonesia tengah untuk efisiensi dan efektivitas jam kerja. Pemerintah harus menyosialisasikan kebijakan ini secara masif agar fungsi pelayanan publik juga disiplin mengikuti penyatuan zona waktu ini.
Masuk Zona Waktu Singapura?
Menurut mantan Wapres Jusuf Kalla, gagasan penyeragaman zona waktu adalah berlebihan.Menurut catatan Kompas, Kalla menilai rencana pemerintah menyatukan zona waktu di Indonesia sebagai gagasan yang berlebihan, dengan tujuan yang tak masuk akal. "Apa urusannya hendak menaikkan kinerja pasar modal, lalu lebih dari 200 juta penduduk disusahkan?" kata mantan Kalla di Jakarta, pekan lalu.
Dengan penyatuan itu, waktu di Indonesia akan sama dengan waktu di Singapura dan Hongkong. Kalla menepis zona waktu akan menaikkan kinerja pasar modal.
"Pasar modal akan sangat maju bukan karena mengubah zona waktu, melainkan karena meningkatnya produktivitas perusahaan, efisiensi berjalan baik, dan adanya kepercayaan. Tak ada urusan dengan perubahan zona waktu itu. Kita ini negara besar, masak harus masuk ke zona waktu Singapura. Singapuralah yang harus masuk ke zona waktu kita. Jangan dibalik-balik," ujar Kalla.(Tribun News).
”Kita ini negara besar, masak harus masuk ke zona waktu Singapura. Singapura-lah yang harus masuk ke zona waktu kita. Jangan dibalik-balik,” ujar Kalla.
Kalla mengingatkan, menyatukan zona waktu sama artinya dengan membuat pukul 06.00 di zona Indonesia bagian barat menjadi pukul 05.00. ”Sederhananya begini, anak-anak yang biasanya berangkat sekolah ketika matahari terbit, yakni pukul 06.00 pagi, harus berangkat pada pukul 05.00 subuh. Apa tidak kasihan kepada anak-anak itu? Di Singapura boleh saja warga ke sekolah ketika masih gelap sebab di sana aman. Namun, kita tahu bersama bahwa Jakarta tidak seaman Singapura,” kata Kalla.
Ia mengingatkan, jangan lupa, yang berdomisili di zona Indonesia bagian barat mencapai 193 juta penduduk atau 81 persen penduduk Indonesia yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
Jumlah 193 juta atau hampir 81 persen penduduk Indonesia, atau 50 kali penduduk Singapura. Kalau zona waktu diubah pakai satu zona Indonesia tengah, artinya 193 juta penduduk Indonesia harus mengubah ritme hidup mereka.
Antek-Antek Neo Lib
Gagasan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa ini jelas menegaskan kepentingan pemodal dalam kebijakan yang tidak memiliki urgensi positif bagi kebanyakan rakyat Indonesia. Ekonomi pasar modal bukanlah ekonomi basis yang bergerak di pasar-pasar, di kampung-kampung, tetapi mengapa pemerintah begitu memaksakan gagasan yang lebay ini menjadi sebuah kebijakan yang mengikat?
Selain itu, jika kita positif bergabung dengan zona waktu Singapura dan Hongkong, berarti transaksi pasar modal dan valuta asing kita sangat jelas dipengaruhi oleh dua bursa berpengaruh tersebut. Persoalannya adalah : sistem ekonomi global memiliki tiga patologi globalisasi ekonomi yang selama ini diabaikan, yaitu bahwa sistem perekonomian global telah berkembang sedemikian rupa sehingga komponen-komponennya berubah menuju ke arah sifat-sifat : 1.Virtual, semu bagaikan fatamorgana, 2.Infective, menjalar bagaikan virus, dan 3. Floating, mengapung dan berputar secara global bagaikan mengikuti sebuah orbit.[i]
Anjloknya nilai mata uang, tidaklah terjadi secara alamiah disebabkan oleh krisis-krisis internal suatu negara, tetapi berdasarkan satu bentuk rekayasa dengan memanfaatkan momen-momen tertentu dari peluang krisis tersebut. Bencana ekonomi seperti inilah yang dicurigai telah melanda beberapa negara Asia Tenggara tahun 1997 dan Amerika maupun Eropa 2008 silam, khususnya peran para spekulan di dalam perencanaan dan pelaksanaannya.
Disinilah letak dan sifat virtual dari bencana ekonomi tersebut. Mata uang bisa dengan mudah diblow-up, dikoreksi, hingga didevaluasi. Ini persis seperti yang dinyatakan Hazel Handerson, “Uang dengan cepat kehilangan maknanya sebagai sistem ukuran bagi produksi dan nilai di dunia nyata. Dimanipulasi oleh para politisi dan bangk sentral, dan kini dipercepat oleh transfer dana elektronik. Uang kini semakin tidak bersentuhan dengan realitas.”[ii]
Apabila bencana fisik dapat didefinisikan sebagai “kejadian tiba-tiba yang menyebabkan kehancuran dan kerugian materiil maupun non materiil”, maka becana virtual (virtual catastrophe) adalah bencana yang direncanakan berdasarkan satu skenario. Kejadiannya seolah-olah muncul secara tiba-tiba, akan tetapi pada kenyataannya semua berdasrkan satu perhitungan tertentu.
Zona Ekonomi Virtual
Dalam transparansi global, segala sesuatu yang berada di dalam jaringan global tidak dapat lagi menghindarkan diri dari ancaman kontaminasi, radiasi, dan penularan berbagai jenis virus. Kontaminasi ini bisa dalam tingkat nasional, regional ataupun global. Kontaminasi virus seperti inilah yang didalami oleh beberapa negara Asia termasuk Indonesia, meyusul serangan para spekulan terhadap mata uang baht Thailand. Setiap negara tetangga Thailand seakan-akan kehilangan immune untuk menangkal pengaruh para spekulan tersebut, mirip tubuh yang telah kehilangan kekebalan akibat virus HIV. Bahkan virus krisis yang diakibatkan oleh spekulasi tersebut telah menjalari pasar-pasar modal dunia.
Dalam masyarakat virtual, ekonomi menjadi sensitif terhadap berbagai faktor non ekonomi, seperti politik dan gejolak sosial. Isu tentang terorisme, skandal, pidato keras seorang perdana menteri, atau berita menurunnya kesehatan kepala negara terbutki telah mempengaruhi nilai mata uang di beberapa negara dan kawasan. Sementara, analisis statistik tidak memiliki efek sedahsyat berita-berita virtual tersebut. Artinya, orang kini lebih percaya pada hal-hal yang virtual, daripada data-data konkret, oleh karena data-data konkret tersebut yang kini justru dianggap virtual.
Ilmu ekonomi seakan-akan telah kehilangan makna dan pijakan. Teori-teori ekonomi yang ada seolah tidak kuasa untuk berhadapan dengan perkembangan ekonomi virtual – satu sistem ekonomi global yang terkontaminasi rekayasa media elektronik, internet dan fiber optik.
Bahaya yang justru akan lebih dahsyat lagi di dalam abad virtual sekarang ini, di mana hutang luar negeri itu sendiri kini telah berubah wujudnya menjadi hutang virtual (virtual debt). Krisis moneter membuktikan, bahwa meskipun negara-negara pengutang dapat menggunakan hutang luar negeri mereka untuk mengembangkan ekonominya, mengejar pertumbuhan dan bertahan darinya, akan tetapi sedikit saja sentuhan permainan virtual pada hutang ini oleh negara donor, manipulator atau para spekulan lewat berbagai teknologi keuangan virtual (internet, jaringan komputer, dsb), akan bisa menyebabkan terulang kembali bencana ekonomi.[iii] Hutang luar negeri kini telah berubah menjadi layaknya satelit bumi, menjadi sekumpulan kapital mengapung yang tak henti-hentinya mengelilingi dan mengancam ekonomi riil, pertumbuhan riil. Dibawah bayang-bayang orbit hutang mengapung inilah sebuah pertumbuhan ekonomi berlangsung.
Pertanyaan selanjutnya : Dengan penyeragaman zona waktu ini dan bergabung dengan zona Singapura-Hongkong, Apakah NKRI memiliki immunitas terhadap virus spekulan dan wabah ekonomi global jika terjadi resesi nanti?
Dengan menyatunya kapitalisme  ke dalam dunia virtual tersebut, tampaknya trauma akan manipulasi ekonomi justru akan semakin besar di dalam ekonomi virtual, disebabkan para manipulator bisa lebih leluasa bergerak tak terlihat di dalam cyberspace, tanpa satu fihak pun dapat mengontrol mereka.
Fasilitas yang tersedia dalam masyarakat virtual justru sangat menguntungkan gagasan open society  yang diusulkan Soros, dimana setiap individu memiliki kebebasan maksimum untuk melakukan global vision dan global intelligence,lalu bergerak sesuai dengan keinginan mereka di setiap permukaan bumi. Teknologi komputer, serat optik, internet, telah membuat manusia mampu melakukan visi global dan mengendalikan dunia tanpa harus beranjak dari ruang kerjanya.
Globalis : Jaringan China Perantauan
Menarik jika menyikapi pernyataan Sofjan Wanandi  (SW) di atas, apalagi jika mencermati sepak terjangnya, terutama saat krisis moneter 98 yang menghantam perekonomian Indonesia. Sofjan Wanandi adalah mantan aktivis 66’ dan murid dari tokoh ekonomi Indonesia sekaligus mafia Berkeley, Prof. Widjodjo Nitisastro, yang sangat merasa kehilangan ketika gurunya tersebut wafat. Pernah dibui di era Soekarno, ketika era Soeharto, Sofjan  Wanandi bergabung dalam Golkar dan dekat Ali Murtopo serta ikut membantu menjadi sekretaris pribadi Soedjono Humardani yang saat itu merupakan orang-orang di lingkaran dalam kekuasaan Soeharto. Sofjan Wanandi diminta berhenti kuliah oleh Soejono, dan Sofjan benar-benar berhenti kuliah ketika ia telah berada pada tingkat lima pada 1965. Sofjan menjadi anggota DPR dan termasuk anggota yang termuda saat itu bersama 10 rekan mahasiswa lainnya seperti Cosmas Batubara, Nono Makarim, Fahmi Idris, Abdul Gaffur, David Napitupulu, dan Marie Muhammad.
Saat krismon Sofjan Wanandi pernah ditemui Prabowo untuk mengajak partisipasi dalam gerakan cinta rupiah. Sofjan, seperti dikutip banyak media massa, menolak menjual dolarnya. Ia bahkan mengatakan kepada Prabowo, "Bila Pak Harto terus maju dalam pencalonan presiden, dan Habibie Wapres dolar akan menembus angka Rp 20.000."
Dan benar saja, ketika Habiebie naik, dollar mampu menembus angka 20.000 kemudian 17.000, hingga turun di angka 15.000. Walau kemudian, Presiden B.J. Habiebie mampu menurunkan nilai dollar hingga di kisaran 5.000 rupiah, sebuah prestasi yang diabaikan para globalis di Indonesia. Hingga setelahnya, tidak ada Presiden RI yang mampu mempertahankan nilai dollar sama atau lebih rendah dari yang berhasil dilakukan Habiebie.
Peran dan sepak terjang politik Sofjan Wanandi mengingatkan saya pada jaringan China perantauan (Chinese Overseas Network). Jaringan etnis Cina perantauan tersebut sangat rumit, terdiri dari jaringan-di-dalam-jaringan, baik jaringan berdasarkan she (marga), perkongsian, maupun negara, dimana mereka bertempat tinggal, yang terkait rumit satu dengan yang lain. Sudono Salim masih salah seorang ketua organisasi dari she Lim sedunia. Bersama-sama dengan Mochtar Riyadi keduanya menjadi anggota dewan penasehat dari perhimpunan etnis Cina perantauan sedunia yang bermarkas-besar di Chinese Heritage Center Singapura.
Dalam hubungan ini Lee Kuan Yew, menteri senior Singapura, dan para pemimpin Singapura, mengidap impian menjadikan Singapura sebagai ibukota para Hoa Xiao di dunia.
Ketika terjadi Tragedi Mei 1998 menjelang tumbangnya Presiden Suharto, kerusuhan besar yang menimpa etnik-Cina di Jakarta, adalah Singapura yang paling kencang suaranya mengecam Indonesia dalam rangka memberikan kesan Singapura sebagai negara yang paling peduli dengan nasib etnik Cina Hoa Xiao. Bahkan koran South China Morning Post di Hongkong bulan Juni 1998 pun turut menyoroti kondisi etnis Tionghoa Indonesia pasca kerusuhan Mei.
Lalu apa kaitannya dengan solidaritas diaspora etnis Cina ini? Kekuatan dana mereka. Siapa saja yang ingin berpolitik butuh dana. Tetapi juga sebaliknya, dana menjadi basis dari kekuatan politik. Artinya, sewaktu-waktu kepentingan ekonomi dan atau keuangan dari kelompok etnis Cina perantauan terancam di salah satu atau beberapa negara klien, sudah dapat dipastikan akan ada reaksi berupa ramifikasi politik.
Dana juga menjadi faktor kuat yang mempengaruhi perumusan kebijakan nasional. Dalam hal ini contoh konkrit adalah ketika melalui tokoh-tokoh Hoa Xiao seperti Tong Joe, Tommy Winata, dan James Riyadi, Presiden Megawati mengeluarkan kebijakan R & D (Release and Discharge), kepada para obligor yang pada umumnya adalah konglomerat keturunan Cina yang melarikan diri ke Singapura, pembebasan dari kewajiban mengembalikan hutang-hutang mereka yang mencapai angka sampai 170 trilyun rupiah yang berasal dari Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) bermasalah.
Di negara-negara berkembang di Asia, China perantauan menguasai kekayaan dalam jumlah yang amat besar, jauh lebih besar daripada populasi mereka. Di Malaysia, etnis China merupakan 30% dari jumlah penduduk negeri itu, tetapi mengontrol lebih dari 50% ekonomi Malaysia. Di negara-negara lain perbandingannya jauh lebih mencolok :
·  Indonesia              : populasi 4% mengontrol 70% ekonomi.
·  Thailand                : populasi 3% mengontrol 60% ekonomi.
·  Filipina                  : populasi 3% mengontrol 70% ekonomi.
Sumber : Megatrends Asia, John Naisbitt.
Jaringan itu adalah jaringan yang terdesentralisasi, bersifat Pan Asia, semakin global, dan berorientasi ekonomi, serta amat kaya. Ini adalah fakta China perantauan yang mencapai angka 57 juta jiwa, 53 juta diantaranya terdapat di Asia non RRC.
Dengan bergabungnya zona waktu Indonesia dengan Singapura-Hongkong, jelas sangat menguntungkan para globalis yang menguasai 70% ekonomi nasional itu. Singapura dan Hongkong adalah dua bursa paling berpengaruh di dunia, sekaligus corong pembela kepentingan jaringan China perantauan seperti yang diperlihatkan mereka dalam kasus kerusuhan Mei 1998 lalu. Sekaligus menghilangkan immunitas nasional dari wabah virus spekulan yang bergerak tak terdeteksi.
Sofyan Ahmad
Sumber:
[i] Yasraf Amir Piliang, Sebuah Dunia yang Dilipat., hal. 59
[ii] Hazel Handerson, Paradigms in Progress : Life Beyond Economics, Knowledge System, 1991, hal. 82
[iii] Yasraf Amir Piliang, op.cit., hal. 65

Kata-Kata Bijak tapi Koplak



Hal yang paling sulit dari banjir informasi di abad informasi, adalah menyaringnya…

Kemampuan yang paling hebat, dan juga paling mengerikan dari para filsuf, sastrawan, dan penulis amatiran (seperti saya), adalah merangkai kata-kata.. Kemampuan persuasi, yang bisa membuat hal-hal yang sebenarnya koplak, terlihat bijak.. Suatu hal-hal yang jelas salah pun, akan bisa terlihat luar biasa benar, luar biasa masuk akal, lengkap dengan argumen yang indah dan berbunga-bunga, yang kedengarannya muncul dari seorang bijak berjanggut yang sedang bersemedi di bawah pohon, lengkap dengan kicauan burung di latar belakang..
Kata-kata bijak berikut ini, saat pertama anda membacanya, anda mungkin akan manggut-manggut setuju, hati anda tersentuh, bahkan mata anda akan berkaca-kaca sambil menghela napas panjang sambil membatin: ‘iya juga yaa..’ Benarkah itu bijak? Yuk kita kritisi..
“Kita tidak perlu menghakimi keburukan orang lain.. Biarlah itu urusan dia dengan Tuhannya.. Hanya Tuhan yang tahu mana yang paling benar. Hanya Tuhan lah yang berhak menghakimi, di akhirat kelak..”
Wow, wow, wow, tunggu dulu.. Jika saja hanya Tuhan yang berhak menghakimi, mari kita bubarkan semua lembaga peradilan, karena manusia tidak berhak menghakimi bukan? Mau orang korupsi, mencuri, menjadi gay dan lesbian, menghina agama, bahkan membunuh orang lain, biarkan saja.. Toh kita tidak berhak menghakimi orang lain kan? Hanya Tuhan yang berhak.  Jadi jika ada polisi yang coba mendenda kita karena buang sampah atau merokok sembarangan di Singapura, tampar saja si sok tahu itu, dan katakan: “hanya Tuhan yang berhak menghakimi saya!!” Jika kita hanya membiarkan Tuhan yang mengadili semua keburukan-keburukan manusia di dunia, kita tidak perlu hukum lagi, dan mari kita kembali ke zaman batu (bahkan manusia zaman batu pun punya peraturan). Atau kita ikuti saja kata-kata teman saya: “Lemah teles, Gusti Alloh seng mbales..”
“Kenapa kita ribut-ribut masalah yang sepele sih? Pornografi diributin, penulis buku yang mempromosikan lesbi dihalangin.. Lady Gaga diributin.. Mendingan urusin tuh koruptor, mereka yang lebih berbahaya bagi bangsa kita ini..”
Weks.. Ini sih sama saja dengan: “Ngapain kita tangkap orang yang nyolong sandal, itu tuh yang maling motor aja digebukin..”. Lha perbuatan buruk, besar atau kecil, tetap harus dihalangi.. Jika orang tersebut menentang pornografi, bukan berarti dia diam saja terhadap koruptor kan? Bukankah lebih baik kita menjaga dari keduanya.. Katakan: say no to pornografi dan korupsi! Dua-duanya, menurut saya, cepat atau lambat, akan menghancurkan negara ini.. Bahkan masyarakat barat sendiri pun cukup resah dengan pornografi, koq malah kita mendukungnya?
“Tuhan itu maha kuasa, maha agung, maha besar. Jadi ga perlu dibela. Jika kalian membentuk gerakan untuk membela agama, itu sama saja dengan kalian melecehkan kekuasaan dan kekuatan Tuhan. Tuhan ga perlu dibela..”
Weleh, tunggu sebentar.. Organisasi-organisasi agama yang dibentuk selama ini, dari agama manapun, didirikan untuk membela Tuhan, atau untuk kepentingan para pemeluk agama? Organisasi tersebut dibentuk untuk mengurusi, menyuarakan, dan mengakomodasi kepentingan para penganutnya.. Jika organisasi tersebut bertujuan melindungi kepentingan para anggotanya, kenapa dituduh sedang berusaha membela Tuhan? Saya koq tidak ingat ada organisasi agama yang visi dan misi organisasinya adalah: “untuk membela Tuhan di muka bumi..”
“Kenapa sih anti banget dengan seks bebas? Anti banget dengan rok mini? Padahal diam-diam toh suka nonton film porno, doyan seks juga, suka melototin paha juga.. Dasar otaknya aja yang kotor.. Bersihin tuh otaknya, jangan urusin pakaian orang lain.. Kalau otaknya bersih dan imannya kuat, mau ada yang telanjang di depannya juga ga akan tergoda.. Gak usah munafik dan sok suci deh..”
Lhaaa… Sebentar… Kelompok yang anti seks bebas bukan berarti mereka ga doyan seks ya.. Yang menjadi penentu adalah bagaimana cara kami menyalurkan hasrat kami.. Kami tentu saja suka seks, menikmati seks, tapi dengan pasangan kami, dengan cara yang bertanggung jawab.. Seks merupakan rahmat Tuhan, tapi nikmatilah secara bertanggung jawab.. Jika kami memang maniak seks yang suka meniduri semua makhluk yang berkaki dua, tentu saja kami dengan senang hati mendukung seks bebas.. Itu berarti kami makin bebas meniduri berbagai macam wanita tanpa harus pusing mikirin pampers dan susu, karena, dengan menyebarnya paham seks bebas, makin banyak wanita yang bersedia kami manfaatkan (dan kami tiduri), kemudian kami tinggalkan setelah puas..
Otak kami yang kotor? Ayolah, jika saja para lelaki diciptakan tanpa nafsu, maka sudah lama manusia punah.. Sudah kodratnya laki-laki akan tergerak nafsunya jika melihat paha wanita.. Jika ada lelaki yang dengan gagah berani tepuk dada bilang: tidak tergerak nafsunya saat melihat paha wanita cantik, itu hanya omong kosong agar semakin banyak wanita yang memamerkan pahanya dengan senang hati.. Rok mini, memang diciptakan untuk memancing perhatian (dan nafsu) para lelaki.. Jika kami memang berfikiran kotor dan tak bisa menahan iman, tentu kami akan turun ke jalan mendukung semua wanita untuk memakai rok mini.. Agar makin banyak wanita yang bisa memuaskan nafsu kotor kami.. Jadi, siapakah yang berfikiran kotor dan tidak bisa menahan iman? Para lelaki yang menentang rok mini, atau pendukungnya? Para penentang seks bebas, atau pendukungnya?
Propaganda, seringkali seperti pelacur, menggunakan riasan tebal dan indah untuk menutupi kebusukan di baliknya..
Saya pernah tinggal di kos-kosan di Yogya, yang anak-anaknya terdiri dari berbagai macam aliran: agnostik, atheis, kejawen, liberal, penyembah keris, bahkan ada begitu bingung, sehingga akhirnya mengaku sebagai komunis relijius…
Dengan beragamnya fikiran yang pernah kami perdebatkan, diiringi menyeruput kopi dan menghisap rokok, fikiran saya dijejali dengan berbagai macam aliran lengkap dengan argumen yang luar biasa indah.. Mungkin itu yang membuat saya jadi terlatih mengasah logika, sambil garuk-garuk kepala, dan selalu mencoba melihat jauh ke balik kata-kata nan indah itu.. Nih, kata-kata bijak yang lagi trend saat ini:
“Lady Gaga koq diributin.. Apa bedanya dengan yang sudah ada di Indonesia? Penyanyi Indonesia juga banyak tuh yang seronok. Tuh penyanyi dangdut seronok masuk sampai ke kampung-kampung, ditonton anak-anak. Jika mau adil, yang seperti itu juga dilarang dong..”
Lha para pendukung kebebasan itu memangnya selama ini mendukung pelarangan pornografi sampai ke kampung-kampung? Dulu saat Inul banyak yang menentang, kaum liberalis juga menggunakan dalil yang sama: ‘yang lain juga dilarang doong’. Protes soal chef Sarah Quin (betul ga ya namanya?), juga ditentang dengan alasan: ‘dia ga sengaja tampil seronok koq’. Jika tempat-tempat maksiat digerebek, katanya menghalangi orang cari nafkah. Jika penyanyi dangdut seronok itu diprotes masyarakat sekitar, dijawab: urus dosa masing-masing, kalau ga suka ya ga usah nonton.. Bahkan di saat semua itu berusaha dikurangi dengan UU Anti Pornografi dan Pornoaksi, banyak yang menjerit-jerit: “jangan memasung kebebasan berekspresi!” Intinya kan sebenarnya: “Jangan larang kami melakukan pornografi dan pornoaksi, di tingkat manapun! Mau kami menari bugil sambil mutar-mutarin baju di atas kepala di genteng rumah kami, yo jangan protes!” Jadi, kenapa membanding-bandingkan Lady Gaga ama Keyboard Mak Lampir? (julukan para pedangdut seronok di daerah kami..). Toh dua-duanya sebenarnya kalian dukung, atas nama kebebasan berekspresi? Kami, malah sedang berusaha menentang dua-duanya..
“Kita hidup dlm masyarakat yg sangat plural, sehingga setiap individu hendaknya bebas memilih & menjalankan apapun prinsip hidupnya (termasuk mendukung Irshad Manji atau Lady Gaga), lalu semuanya saling menghormati dlm segala perbedaan pilihan tsb”
Hmm.. Bijak dalam teori, kacau balau dalam praktek. Jika saja semua individu bebas menjalankan prinsip hidupnya, maka kita ga perlu nunggu suku Maya meramalkan akhir dunia. Bisa dibayangkan, jika banyak orang yang mendukung Sumanto, lalu menjalankan prinsip hidupnya sebagai kanibal, maka ayam goreng Kentucky ga bakal laris lagi, dan banyak orang yang nenteng-nenteng pisau daging dan botol merica di jalanan.. Atau, jika banyak orang yang mendukung Amrozi, kemudian menjalankan prinsip hidupnya sebagai pelaku bom bunuh diri, maka terminal bus way yang paling sesak pun akan bubar dalam 5 detik (termasuk penjaga tiketnya) begitu ada lelaki menyandang ransel datang mendekat..
Ya, ya saya tahu.. Argumen saya di atas pasti akan berusaha dimentahkan dengan argumen: “yang penting kan ga merugikan kalian” dalam bentuk kata-kata bijak nan koplak berikut:
“Apa salahnya dengan pornografi? Atau lesbi? Atau perbuatan-perbuatan maksiat lainnya? Toh ga merugikan anda. Jika anda tidak suka, ya ga usah ditonton, ga usah diikuti.  Jika takut anak anda terpengaruh, ya perkuat pendidikan iman anak-anak anda. Kalau iman sudah kuat, mau 1000 Lady Gaga datang ke Indonesia, iman kita (dan anak-anak kita) tidak akan terpengaruh..”
Hellooo.. Kita memang makhluk individu, tapi kita juga makhluk sosial. Setiap tindakan kita, sekecil apapun, akan berpengaruh terhadap lingkungan kita. Contoh gampangnya, kenapa kita protes sama tetangga kita yang buang sampah ke kali? “Toh sampahnya sampah dia sendiri (ya mana mungkin dia dengan ikhlas buangin sampahnya ente), kalinya bukan milik mbahmu, lantas kenapa ente yang sewot?” Lha memangnya kalo banjir, banjirnya muter-muter dulu cari siapa bajingan yang membuang sampah, lalu terus menyerbu menggenangi rumah tetangga anda saja sampai setinggi kepala?
Ok kita tidak suka perbuatan-perbuatan maksiat, dan kita berhasil menghindarinya. Lalu kita juga menanamkan iman yang kuat ke anak-anak kita, dan juga berhasil. Dan kita teriak ke luar sana: “Maree seneee Lady Gaga, Freddy Mercury, Jhon Kei dan Mak Lampir jadi satu!! Iman saya dan keluarga saya dah kuat koq!” Tapi sekian tahun ke depan, tiba-tiba ada anak tetangga kita yang kecanduan pornografi, lalu tidak tahan, dan akhirnya memperkosa anak perempuan kita.. Atau ada orang yang mabuk karena alkohol dan narkoba, lalu menabrak seluruh keluarga kita yang sedang jalan-jalan di trotoar.. Atau anak perempuan kita hilang, diculik sindikat yang menjualnya ke prostitusi.. Atau anak lelaki anda disodomi keluarga jauh anda.. Atau seorang pecandu merampok dan membunuh anda karena butuh uang untuk beli sabu.. Sama seperti banjir, ekses negatif dari perbuatan maksiat, tidak akan pernah pilih-pilih siapa korbannya, baik anda berbuat maksiat atau tidak..
Benar, bahwa kita tidak salah 100%, tapi, sebenarnya, kita tetap punya andil dalam hal itu. Kita sukses memperkuat iman keluarga kita, tapi kita abai dengan lingkungan kita. Itulah kenapa dalam Islam ada seruan: “amar makruf, nahi munkar”. Menyeru kepada kebajikan, mencegah kemungkaran. Jika kita mengabaikan kemunkaran di lingkungan kita, dengan prinsip: “urus dosa masing-masing”, yakinlah, cepat atau lambat, kita akan memetik hasilnya…
Masih enggan untuk amar makruf nahi munkar?
“Beri saya 10 media massa, maka saya akan merubah dunia..”
Saat ini, sungguh naif jika kita percaya media mainstream akan memberikan opini yang netral dan berimbang terhadap semua hal. Mereka akan memberikan opini yang sesuai dengan kepentingan sang pemilik (gimana kalo pemiliknya adalah Ryan Jagal?). Sungguh sangat berbahaya jika kita menganggap semua yang diberitakan media adalah berita yang 100% benar, tanpa berusaha mengkritisi dan mencari berita dari sudut pandang lain sebagai penyeimbang. Yuk, kita kritisi kata-kata bijak penutup ini..
“Menonton atau membaca pornografi, kekerasan, atau apapun tidak akan mempengaruhi saya. Toh semua manusia dibekali filter untuk menyaring, dan otak untuk berfikir. Jadi mau saya baca atau tonton ribuan kali pun , tidak akan merubah pendirian saya.. Satu kali nonton konser lady Gaga tidak akan membuat yg nonton jd pemuja setan dan lesbian kan?”
Hohohoho.. Yuk kita bandingkan keadaan sekarang dan keadaan 20 tahun yang lalu, tahun 80-90an. Zaman dulu, seks bebas di Indonesia masih sangat sedikit jumlahnya. Untuk kaum remaja saat itu, bergandengan tangan di depan umum saja, sudah menimbulkan ledekan yang membuat sang pelaku ingin menceburkan diri ke selokan terdekat. Lihat anak-anak sekarang? Mungkin anda sendiri yang dengan sukarela akan menceburkan diri ke selokan terdekat saat melihat gaya mereka berpacaran. Bahkan sekarang mereka dengan senang hati menyebarkan prilaku mereka dalam bentuk video yang jumlahnya mulai menyaingi produksi film porno Amerika dalam setahun.. Kenapa bisa bergeser? Apa anda kira para orang tua dan guru lah yang menanamkan dogma: “Anakku, kamu harus rajin-rajin seks bebas yaa, biar dapat rangking.. Yuk kita memasyarakatkan seks bebas dan menseks bebaskan masyarakat..”?
Jadi, siapa yang mengajari mereka? Jawabannya sederhana: media massa. Selama berpuluh-puluh tahun mereka menggempur otak bawah sadar kita dengan berbagai film, buku, berita, cerita, sinetron, dan lain-lain yang secara sangat halus menyiratkan: “Seks bebas itu hal yang biasa aja cooy.. Anak gaul, malu dong jika masih perawan di usia 18. Tuh, banyak artis idola kamu yang melakukannya.” Memang benar 1000 kali membaca, atau 1x nonton Lady Gaga belum tentu merubah kita.. Tapi, pesan-pesan itu ditanamkan selama berpuluh-puluh tahun, dalam bentuk jutaan pesan per tahun, dari berbagai arah, terhadap anda dan keluarga anda. Yakin anda dan keluarga anda tidak terpengaruh sedikitpun?
Siapa yang paling mudah bobol? Tentu saja anak anda. Anda kira, kenapa iklan McDonald dan rokok mengarah kepada anak-anak dan remaja? Karena merekalah berada dalam fase yang labil dan paling mudah dipengaruhi, dibandingkan orang tuanya. Saat mereka menjadi dewasa dan lebih bijaksana, rokok, junkfood dan seks bebas itu sudah menjadi kebiasaan mereka, candu mereka, sehingga mereka akan sangat sulit meninggalkannya, walau akhirnya paham kerusakan macam apa yang ada dibaliknya.
“Tetap ngga ngaruh maaas, iman gue kan KW1″ Mungkin. Tapi, sedikit banyak, anda akan terpengaruh. Anda akan menjadi permisif: “Biar ajalah orang lain melakukannya, yang penting aku tidak.. Toh banyak yang melakukan, dan itu bukan urusanku”. Itulah yang menjadi target selanjutnya: menanggalkan kontrol sosial anda.. Jika laju ‘cuci otak’ ini terus berlanjut, sepuluh tahun ke depan, jangan heran jika akhirnya kitalah yang mengekspor video porno ke Amerika dan masyarakat Amerika lah yang nonton konser Iwak Peyek Tour 2022..
“Jangan melihat siapa yang mengatakan dong. Kalau mau mengkritisi, kritisi gagasannya, kata-katanya, fikirannya. Jangan kritisi pribadi dan kelakuannya (bahasa alaynya: ad hominem).”
Oalaaah.. Saya beri contoh kasus ringan. Misalnya, kata-kata ini diucapkan dua orang yang berbeda: “Saya akan memajukan bangsa Indonesia. Saya akan berjuang menciptakan budaya bebas korupsi, pola hidup sederhana, dan mengikis habis kebohongan birokrat dan legislatif” Yang pertama, diucapkan oleh Buya Hamka. Satu lagi, diucapkan Angelina Sondakh. Saya rasa, yang pertama membuat anda manggut-manggut percaya, dan yang kedua membuat anda setengah mati menggigit bibir, lalu terguling karena tertawa terbahak-bahak.. Kenapa kata-kata yang sama persis, dengan nada sama persis, tapi diucapkan oleh dua orang yang berbeda, hasilnya bisa berbeda? Setiap kata-kata, sebijak apapun, selalu ada motif dibaliknya. Dan motif itu, sangat terkait dengan pribadi orang yang mengucapkannya. Jadi, kenapa kita tidak boleh mengkritisi pribadi yang mengucapkannya?
Jika anda ingin minta pendapat tentang gaya rambut, anda bertanya kepada penata rambut, atau ke tukang las? Jika saya bilang “lha masa tukang las mengerti soal gaya rambut”, apa itu ad hominem?
Kasus Irshad Manji adalah contoh lain yang gamblang tentang hal itu. Dia dibesar-besarkan media sebagai seorang reformis muslim yang berusaha mencerahkan umat Islam. Tapi di dalam bukunya, ia membantah prinsip-prinsip Islam sendiri dengan cara mempromosikan lesbian, gay dan transgender, menghina jilbab, bahkan meragukan kesempurnaan Al Quran..  Jika kita mengkritisi pribadinya yang lesbian (dan tentu saja ia akan berjuang keras agar lesbian dihalalkan dalam Islam) dan mengkritisi sikapnya yang meragukan Al Quran, di mana salahnya? Bukankah kita memang selalu menilai siapa yang berbicara, bukan hanya apa yang ia ucapkan? Bagaimana mungkin dia seorang muslim, jika ia meragukan Al Quran? Itu kan sama saja dgn ia mengaku lesbian, sambil menyatakan lagi jatuh cinta dgn Rhoma Irama.. Lha kenapa jika kami meragukan keislamannya, tiba-tiba muncul teriak-teriak histeris “Ad hominem! Ad hominem!?”
Nah, kata bijak terakhir ini, mungkin adalah yang paling masuk akal, dan paling sulit dibantah. Tapi mungkin juga, inilah kata-kata bijak yang paling koplak..
“Di masyarakat yang plural ini, janganlah ada pemaksaan kehendak. Biarlah setiap orang melakukan pilihannya sendiri, tanpa paksaan. Sesuatu yang dipaksa itu pasti tidak baik. Nilai yang dianut setiap orang berbeda, jadi jangan paksakan nilai yang kamu anut terhadap orang lain.. Jangan jadi tirani mayoritas..”
Sulit membantahnya kan?
Pertama-tama, saya tanya dulu: apakah sebagian besar dari kita memang dengan sukarela masuk kerja jam 8 dan pulang jam 5 atau bahkan lembur? Apakah memang kita yang memohon-mohon agar jatah cuti kita setahun cukup dua minggu? Apa anda memang luar biasa ikhlas dengan jumlah gaji anda sekarang? Jika tidak, kenapa anda tidak coba mengatakan kepada atasan anda sekarang:”Maaf pak, sebenarnya saya menganut paham bahwa kerja itu hanya 3 jam sehari, cuti 6 bulan dalam setahun, dengan gaji minimal 30 juta. Jadi, jangan paksakan kehendak bapak..”
Apa anda dulu saat remaja belajar dengan sukarela, ikhlas bin legowo?
Semua hukum dan undang-undang, apalagi dalam alam demokrasi, pada prinsipnya, adalah pemaksaan kehendak, dari sebagian besar masyarakat yang sepakat, kepada masyarakat lainnya yang tidak sepakat. Memangnya semua orang setuju dengan UU tentang Narkotika? Atau UU tentang Korupsi? Atau bahkan UU Pajak? Apa anda kira semua wajib pajak memang sudah gatal setengah mati ingin membayar pajak sebesar itu? Lha kenapa kaum liberal ga pernah menjerit-jerit di jalanan: “Jangan paksakan kehendak! Biarkan mereka bayar pajak seikhlasnya..”
Jadi kenapa, saat ada penduduk di suatu daerah setuju untuk memberlakukan perda anti prostitusi, perjudian dan miras, dengan hukuman cambuk bagi pelakunya, kaum liberal tiba-tiba lantang berteriak “Itu melanggar HAM!”. Anda kira memenjarakan orang itu tidak melanggar HAM nya untuk hidup bebas merdeka? Dan kenapa, ketika RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi berusaha disahkan, tiba-tiba saja prinsip demokrasi berdasar suara terbanyak dianggap sebagai tirani mayoritas? Jika memang begitu, ga ada salahnya dong jika para pecandu narkoba dan miras ramai-ramai naik xenia untuk demo di jalanan dan berteriak “Jangan jadi tirani mayoritas! Kalian sudah melanggar HAM kami untuk ajeb-ajeb sampai pagi..”.
Jika saja setiap undang-undang harus disepakati semua orang dulu baru bisa disahkan, maka kita tidak akan pernah punya undang-undang satu pun. Yang tidak boleh, adalah memaksa dengan kekerasan. Jika sudah banyak yang setuju, dan memang UU itu demi kebaikan bersama (sama seperti kita dipaksa belajar saat remaja), di mana salahnya?
Penutup
Jujur, saya tidak membenci orang-orang liberal. Beberapa teman-teman dekat saya adalah orang liberal. Dan saya tahu, beberapa dari mereka, memang yakin bahwa yang mereka perjuangkan adalah demi kebaikan bangsa.. Tapi, banyak juga di antara mereka yang hanya ingin menciptakan lingkungan yang tepat, untuk melampiaskan nafsu mereka..
Tapi, saya koq sama sekali tidak sreg melihat arah menuju kebebasan yang mulai sangat kebablasan ini. Lihat generasi muda kita. Terus terang, jika melihat gang motor melintas yang membuat saya ngeri, video porno remaja yang terbit seminggu sekali, anak-anak SD di warnet yang saling memaki sambil mendownload lagu “selinting ganja di tangaaan…”, remaja yang membentak ibunya, siswa SMP menjual diri demi beli handphone, dan penjual narkoba yang jauh lebih banyak daripada indomaret, saya kadang-kadang pingin kemas-kemas dan pesan tiket ojek sekali jalan ke Timbuktu. Bukan ini lingkungan yang saya bayangkan bagi saya dan anak-anak saya kelak.. Dan saya bisa bayangkan masa depan negara kita jika para remaja yang seperti ini yang menjadi para pemimpin kita kelak..
Lantas apa yang bisa kita lakukan? Mengharapkan media mainstream untuk mendidik remaja kita, sama saja seperti mengharapkan Lady Gaga mengisi kuliah subuh. Mereka lah yang menolak paling keras dan berjuang menggiring opini masyarakat setiap kali kita ingin negara mengendalikan mereka. Kadang-kadang, saya merasa, mereka lah yang menjadi lembaga superbody. Dan ingatlah: para wartawan media, adalah karyawan, yang tunduk pada kehendak majikan mereka.
Jurnalisme warga seperti kompasiana, forum-forum seperti kaskus, blog-blog, dan media-media online lainnya, mungkin itulah satu-satunya harapan kita di masa depan.  Sulit melawan media mainstream? Jelas, jika dilakukan sendirian. Tapi, saya yakin, banyak orang-orang yang memiliki nurani di luar sana yang, saya harap, bersedia menyeimbangkan dan memulihkan cuci otak masyarakat dari pengaruh yang telah media massa berikan. Ingatlah, revolusi raksasa yang merubah bangsa Arab sudah membuktikan, bahwa kekuatan jurnalisme warga yang bersatu bahkan mampu menumbangkan para pemimpin yang didukung salah satu negara terkuat di dunia. Demi hidup kita, dan hidup anak-anak kita, apa itu bukan sesuatu yang pantas diperjuangkan?
Orang-orang yang mencari kebenaran itu, seperti air.. Jika dihadang, ia berbelok. Dibendung, ia akan merembes. Bahkan jika dibendung dengan menggunakan beton dalam bendungan raksasa, ia akan menguap.. Ia tidak akan pernah lelah mencari jalannya…”(by: Dian Kaizen Jatikusuma)

Selasa, 29 Mei 2012

Kebodohan Profesor yang Menganggap Agama Sebuah Mitos

Terjawab Sudah

Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada? Apakah kejahatan itu ada? Apakah Tuhan menciptakan kejahatan? Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini.

"Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?". 

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya".

"Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi.

"Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab,
"Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan." 

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut.

Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?"

"Tentu saja," jawab si Profesor

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Apakah kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab,
"Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas."


Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"

Profesor itu menjawab, "Tentu saja gelap itu ada."

Mahasiswa itu menjawab,
"Sekali lagi anda salah, Pak.Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak."

"Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna."

"Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"

Dengan bimbang professor itu menjawab,
"Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab,

"Sekali lagi Anda salah, Pak. Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan."

"Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak hadirnya Tuhan di hati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."

Profesor itu terdiam.

Dan mahasiswa itu adalah :