Jumat, 09 Maret 2012

Sanksi Minyak Iran Senjata Makan Tuan Bagi Barat






Sanksi Amerika Serikat dan Uni Eropa terhadap minyak Iran menyebabkan pasar minyak dunia menghadapi masalah serius. Sanksi itu telah mengguncang negara-negara industri, dimana negara-negara ini akan mengalami dampak paling besar dibanding yang lainnya.


Harga minyak di pasar-pasar dunia telah sampai pada level tertinggi selama sembilan bulan terakhir. Hal itu disebabkan keputusan Iran yang menghentikan ekspor minyak ke Inggris dan Perancis serta ancaman Tehran untuk tidak menjual minyak ke sebagian pelanggannya yang lain. Tak diragukan lagi, harga bensin di Amerika pun naik drastis. Para pejabat Departemen Perminyakan Iran menyatakan bahwa harga produk-produk petrokimia juga mengalami kenaikan.

Meningkatnya ketegangan soal isu nuklir Iran dan sabotase Barat terkait perundingan antarkedua belah pihak telah mendorong Amerika dan Uni Eropa memberlakukan sanksi terhadap minyak Tehran, dimana konsumen minyak Iran di Eropa akan menghentikan impornya pada bulan Juli mendatang.

Republik Islam Iran sebagai salah satu produsen dan pengekspor minyak terbesar di dunia mempunyai banyak konsumen di antara negara-negara dunia, dan hingga kini negara-negara Eropa hanya mengimpor 18 persen dari minyak Iran. Para pejabat Departemen Perminyakan Iran mengumumkan bahwa Tehran tidak mempunyai kesulitan untuk menjual minyaknya, bahkan banyak negara yang menginginkan minyak Tehran termasuk negara-negara Asia. Perjanjian jual beli minyak dengan negara-negara Asia lebih meyakinkan dibanding dengan Eropa.
Sementara, kondisi yang sama terjadi di pasar petrokimia, dimana tidak ada masalah bagi Tehran untuk menjual produk-produk petrokimia Iran. Mengingat produksi petrokimia negara ini memiliki kualitas lebih baik dibandingkan yang lain, Tehran telah menempuh berbagai perundingan untuk meningkatkan ekspor petrokimianya ke negara-negara Asia Timur dan Amerika Latin.

Bersamaan dengan melonjaknya harga minyak mentah dan produk-produk petrokimia, devisa asing Iran juga mengalami peningkatan signifikan. Sementara, kondisi ini telah mencekik negara-negara Eropa dan memperparah krisis ekonomi Barat. Dengan begitu, sanksi-sanksi yang mereka terapkan terhadap Iran justru merugikan mereka sendiri.

Saat ini di Amerika, persaingan pemilu kepresidenan telah memasuki babak baru. Melonjaknya harga minyak dan bensin berubah menjadi masalah serius bagi Washington.Charles E. Schumer, Senator Demokrat melalui sebuah surat kepada Hillary Clinton, Menteri Luar Negeri AS meminta dilakukan upaya-upaya diplomasi untuk mengurangi harga minyak. Ia menilai diplomasi sebagai solusi untuk mengurangi harga minyak yang meroket. Senator Schumer mengatakan, Amerika harus meningkatkan upayanya untuk mendorong Arab Saudi menambah produksi minyaknya guna menggantikan posisi minyak Iran yang diembargo.

Meski Saudi sebelumnya mengumumkan kesiapan untuk meningkatkan produksi minyaknya, dan hal itu telah dimulai. Namun, mengingat permintaan pasokan minyak semakin meningkat, maka peningkatan produksi minyak Saudi tidak akan berjalan lama. Kondisi ini telah mengkhawatirkan banyak kalangan dari konsumen minyak dunia.

Amerika dan Eropa selama bertahun-tahun telah mengerahkan segenap upayanya untuk menekan Republik Islam Iran, namun tampaknya upaya mereka saat ini justru menggiringnya ke jurang krisis yang telah mereka ciptakan sendiri. Sementara, bangsa Iran di bawah tekanan dan ancaman justru mampu meraih kemajuan dan kemuliaan.



 (IRIB Indonesia/RA/NA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar