Jumat, 09 Maret 2012

Pasca Invasi Irak, Angka Bunuh Diri Tentara AS Meningkat






Para dokter militer Amerika Serikat mengatakan, jumlah kasus bunuh diri di Angkatan Darat AS melonjak menjadi 80% setelah invasi ke Irak.

Sebelum tahun 2003, persentase kasus bunuh diri Angkatan Darat di bawah peringkat sipil, tetapi mulai meningkat pada tahun 2004, satu tahun setelah invasi pimpinan AS ke Irak, menurut analisis para dokter, yang dipublikasikan di British journal Injury Prevention Inggris, Kamis (8/3).

Pada tahun 2008, 140 prajurit Angkatan Darat bunuh diri, jumlah yang mencerminkan peningkatan 80 persen dari tahun 2004. Angka bunuh diri lebih tinggi dari masyarakat sipil, tambahnya.

"Angka bunuh diri meningkat, belum pernah terjadi sebelumnya selama 30 tahun catatan Angkatan Darat AS. 30 persen kasus bunuh diri yang terjadi di tahun 2008, mungkin terkait dengan peristiwa pasca 2003, di samping operasi yang sedang berlangsung di Afghanistan," jelasnya.

Laporan itu mencatat bahwa lebih dari seperlima semua tentara yang aktif bertugas, menderita beberapa jenis gangguan mental.

Menurut tiga studi berbeda yang diterbitkan oleh American Journal of Public Health pada Januari, banyak personil militer AS dan veteran, berjuang melawan gangguan stress pasca-trauma (PTSD), depresi atau akibat situasi di medan perang.

Sebuah penelitian terhadap hampir 600 veteran AS yang kembali dari Irak atau Afghanistan, menunjukkan bahwa hampir 14 persen dari mereka menderita PTSD dan 39 persen mungkin akibat ketergantungan pada alkohol.

Semua pasukan Amerika, kecuali kontingen militer yang bertugas di Kedubes AS di Baghdad dan Konsulat AS di negara itu, meninggalkan Irak pada Desember 2011.

Washingtonmelancarkan invasi pada tahun 2003 dengan dalih bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal (WMD). Namun, kemudian terungkap bahwa selain Saddam Hussein tidak menyimpan senjata berbahaya, para pemimpin AS dan Inggris juga tahu tentang itu.

Lebih dari satu juta warga Irak tewas selama invasi dan pendudukan pada tahun 2003 hingga 2011, menurut laporan Project Censored, lembaga investigasi yang berbasis di California.
IRIB Indonesia/RM/RA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar