Rabu, 02 Mei 2012

“Siapa yang berani menginjak bayang-bayang Bung Karno....,"



Jangankan sejarah NKRI yang hampir terbelokkan ke mana mana oleh ORBA,sejarah TNI-AD pun seakan hanya berpusar pada dua tokoh,Jenderal Sudirman dan Jenderal Soeharto.Satu sebagai bapak Tentara Nasional Indonesia yang satu lagi seorang tokoh tentara Angkatan Darat dengan prestasi sebagai pemimpin Serangan Umum 1 Maret 1949,dan Panglima Mandala Pembebasan Irian Jaya.Tak lupa tentunya Jenderal Soeharto adalah bekas Presiden RI ke 2 dengan masa berkuasa lebih dari 30 tahun.
Tak terrekam prestasi jenderal TNI-AD yang lain.Padahal ada prestasi sungguhan dari seorang jenderal Angkatan Darat lain bernama Ahmad Yani. Dia cemerlang,Sukses betul sebagai "field commander"(ketika itu hanya sebagai seorang kolonel) Komando Operasi 17 Agustus,boleh dibilang hanya inilah prestasi Angkatan Darat memenangkan konflik wilayah secara militer.Selebihnya peran diplomasi lebih dominan.
PRRI/Permesta,kendati dipersenjatai Amerika dengan senjata senjata mutakhir, ketika itu, seperti bazooka dan senapan senapan otomatis pendahulu dari M-16, toh hArus mengakui keunggulan strategi TNI di bawah komando A.Yani dan terpaksa melakukan "surrender". Seketika itu pula mati lah sudah perjuangan pemberontak PRRI/Permesta untuk merobek robek NKRI dari dalam dengan bantuan Washington.
Tapi di mana nama Jenderal Yani tercatat dalam sejarah TNI-AD dan Indonesia? Perannya dikucilkan hanya sebagai korban keji peristiwa Gestapu-versi Orba. Apakah ini karena Yani, oleh TNI-AD, dianggap sebagai orangnya Bung Karno?
Saya pernah membaca ancaman almarhum Yani ketika perebutan kekuasaan antara PKI dan TNI-AD semangkin meruncing,
“Siapa yang berani menginjak bayang-bayang Bung Karno, harus terlebih dahulu melangkahi tubuhku.” 
Tragis juga ucapan ini. Tentunya almarhaum Jenderal Yani tak akan mengira bahwa yang akan melakukan itu justru datang dari para koleganya sendiri, sesama jenderal, dengan Soeharto sebagai panglimanya. Padahal peringatannya itu dimaksudkan untuk elite Komunis, sebangsanya Aidit, Nyono dan Nyoto.


 Nurman Diah, Wartawan Senior

Tidak ada komentar:

Posting Komentar