Kamis, 03 Mei 2012

CYBERSPACE (Dunia Maya), Medan Tempur Amerika Serikat, Cina dan Rusia (SCO) di Ranah Informasi





Jika menelusur antara 2009-2011, Amerika Serikat dan aliansi strategis Cina-Rusia di bawah payung Shanghai Cooperation Organization (SCO), sepertinya telah terjadi Perang Diplomasi di ranah Cyber Media.   
Mari kita cermati dulu apa yang dilakukan Amerika sekitar Juni 2009 lalu. Pentagon, Departemen Pertahanan Amerika saat ini sudah pada taraf melancarkan operasi yang bersifat ofensif untuk menyerang media-media cyber yang mereka anggap bakal membahayakan kepentingan strategi global AS. Juni 2009 lalu, Menteri Pertahanan AS Robert Gates telah menandatangani sebuah memorandum yang mengumumkan terbentuknya US CYBER COMMAND (CYBERCOM). CYBERCOM berada dalam naungan dari US STRATEGIC COMMAND (STRATCOM). 
Dalam memorandum tersebut ditegaskan bahwa CYBERCOM yang di bawah pimpinan Letnan Jenderal Keith Alexander, akan berkantor di markas National Security Agency (NSA), Maryland. Dengan tugas, menyelaraskan antara dampak-dampak yang mungkin timbul dari perang global AS di berbagai kawasan dunia yang mempertaruhkan keamanan global AS. Dan pada saat yang sama memberikan juga dukungan pada otoritas sipil maupun mitra-mitra international Amerika (CYBERCOM must be capable of synchronizing warfighting effects across the global security environment as well as providing support to civil authorities and international partners). 
Fakta bahwa CYBERCOM berkantor di Markas NSA, secara jelas membuktikan bahwa Dunia Maya bagi AS sudah pada taraf perlu ditangani secara kemiliteran. Artinya, sudah dianggap seperti adanya agresi militer negara lain terhadap wilayah kedaulatan Amerika, 
Dari yang terumuskan dalam memorandum yang dirilis pada 2009 lalu tersebut, jelas lah sudah bahwa melalui terbentuknya CYBERCOM tersebut, AS telah mencanangkan Dunia Maya sebagai medan tempur baru menghadapi siapapun yang dipesepsikan sebagai membahayakan keamanan nasional AS baik di dalam negeri AS itu sendiri, maupun negara-negara lain yang dipersepsikan sebagai musuh utama Amerika. 
Apakah ini berarti Cina dan Rusia termasuk dalam kategori musuh-musuh Amerika? Yang pasti, Amerika saat ini menghadapi sebuah persekutuan strategis Cina-Rusia di bawah payung Shanghai Cooperation Organization (SCO) yang terbentuk pada 2001 lalu. Yang lebih mencemaskan Amerika, SCO selain menggalang persekutuan Cina-Rusia, juga menggalang beberapa negara Asia Tengah seperti Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan Uzbekistan.
Lewat perkembangan waktu, SCO ternyata mampu menetralisir potensi persaingan global antara Cina dan Rusia, namun pada saat yang sama pada 2009 lalu mampu memprakarsai sebuah konferensi tentang Afghanistan yang melibatkan Amerika, Uni Eropa, The Organization for Security and Cooperation in Europe (OSCE), G-8 dan NATO. Keberhasilan SCO memprakarsai sebuah konferensi berskala internasional mengenai Afghanistan ini, telah memompa kepercayaan diri SCO bahwa mereka bisa menawarkan sebuah platform baru (kebijakan strategis) berskala regional maupun isu-isu strategis yang di antaranya adalah terkait isu Informasi Keamanan Internasional (International Information Security).  Nah ini dia, SCO pun rupanya tak kalah ofensif dibanding AS dalam mencanangkan Dunia Maya sebagai medan tempur baru. 
Tantangan Dalam Dunia Maya
Pada 2008 lalu, SCO sebenarnya sudah menggarisbawahi adanya kesenjangan antar berbagai negara di ranah keamanan informasi internasional. Karena semakin meningkatnya monopoli berbagai konglomerasi negara-negara maju dalam produksi perangkat lunak maupun keras dalam bidang teknologi informasi, sehingga menciptakan ketergantungan  dari negara-negara berkembang karena kurangnya keikutsertaan negara-negara berkembang secara cukup berarti dalam kerjasama internasional di bidang teknologi informasi. 
Dalam pandangan SCO, kesenjangan ini menyebabkan tidak adanya aturan main yang jelas (code of conduct) dalam komunikasi antar negara-bangsa untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan berskala global dalam bidang keamanan cyber. Alhasil, dalam perkembangannya di masa depan, bisa memicu konflik terbuka di ranah cyber media. 
Bahkan dalam penilaian Rusia, salah satu motor utama SCO bersama Cina, peran yang dimainkan oleh The Council of Europe Convention on Cybercrime yang mulai bekiprah sejak 2004 lalu, ternyata sangat tidak memuaskan.
Inilah yang kemudian mendorong SCO memprakarsai diajukannya draft tentang aturan permainan baru dalam bidang keamanan informasi pada Sidang Majelis Umum PBB ke-66 pada 12 September 2011 lalu.
Yang menarik di balik prakarsa SCO ini, karena sebelumnya ada sebuah laporan mengenai manuver untuk mengeluarkan Cina dan Rusia karena dituduh sebagai pelaku penyerangan melalui Dunia Maya yang sangat agresif untuk menjaring dan mengakses informasi ekonomi dan teknologi informasi Amerika. Ternyata AS lah yang memotori manuver menyingkirkan Cina dan Rusia dari forum-forum Kerjasama Informasi Internasional. Salah satunya bisa dilacak melalui sebuah laporan pemerintah AS kepada Kongres (Reports to Congress on Foreign Economic Collection and Industrial Espionage 2009-2011, Foreign Spies Stealing US Economic Secrets in Cyberspace).
Rupanya nilah relevansi dan latarbelakang mengapa CYBERCOM tersebut diumumkan keberadaannya oleh Menteri Pertahanan Robert Gates pada Juni 2009 lalu. Karena itu masuk akal jika pada September 2011, Cina bersama-sama Rusia dalam payung kerjasama SCO, melancarkan kontra manuver dengan mengajukan draft yang kemudian dikenal dengan nama The International Code of Conduct for Information Security. 
Pada tataran ini, ada dua isu yang cukup krusial. Soal kejahatan di Dunia Maya, namun yang tak kalah krusial di mata negara-negara berkembang, soal isu mengontrol isi dalam media internet. SCO memang menegaskan perlunya mencegah penyebaran informasi yang menyesatkan mengenai yang  apa yang oleh mantan Presiden George W. Bush disebut sebagai evils atau iblis seperti Terorisme, Ekstrimisme dan Separatisme. Dan SCO pun menegaskan perlunya mekanisme untuk mencegah penggunaan teknologi informasi untuk melakukan aksi destabilisasi ekonomi, sosial, keamanan dan stabilitas politik suatu negara. 
Namun beberapa negara berkembang lainnya, di luar skema SCO, meski bersepakat perlunya diatur Kerjasama Informasi Internasional, namun menolak adanya restriksi atau pengaturan yang bersifat ketat dan memaksa dari pemerintah, karena nantinya dikuatirkan akan mengarah pada terjadinya represi dalam kebebasan informasi dan media. 
Maka itu, beberapa negara berkembang lebih condong menggunakan konsep Cyber Security atau Keamanan di Dunia Maya ketimbang Keamanan Informasi (Information Security). Pertimbangannya, biar bagaimanapun juga saat ini keterlibatan sektor swasta dalam bidang cyber media tak bisa dihindarkan lagi. Termasuk dalam keikutsertaannya dalam menyusun formulasi norma-norma internasional dalam bidang informasi internasional maupun cyber media. 
Meski demikian, SCO maupun beberapa negara yang concern dalam bidang Cyber, sepertinya bersepakat dan bertekad bahwa ke depan menumpas para hacker mancanegara yang didasari motif melayani kepentingan-kepentingan nasional negara-negara adidaya seperti AS, maupun tekad untuk memerangi serangkaian kejahatan dan pelanggaran keamanan lintas-negara di ranah Dunia Maya.
Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute

Tidak ada komentar:

Posting Komentar