Kamis, 15 Maret 2012

NUKLIR FUKUSHIMA: Demi AS, Jepang Khianati Rakyatnya




Masyarakat Jepang seperti dikutip dari laman ABC hari ini (19/01)marah bukan kepalang karena pemerintah Matahari Terbit membagi informasi soal radiasi Fukushima sepekan lebih cepat kepada militer Paman Sam.

Wali Kota komunitas Jepang yang tidak diungsikan meski berdekatannya dengan pabrik nuklir di Fukushima menyatakan tindakan pemerintah yang justru membagi info ke militer AS mirip dengan pembunuhan.

Beberapa jam setelah PLTN Fukushima bocor, radiasi dengan cepat mulai merambah wilayah Jepang.  Hanya beberapa kilometer dari lokasi kebocoran, rakyat desa Namie tergesa-gesa penuh Tanya berkumpul untuk mengungsi.

Karena ketiadaan informasi yang datang dari Tokyo, walikota Tamotsu Baba memutuskan untuk memimpin rakyatnya menjauh ke utara, sayangnya utara adalah arah datangnya debu-debu radiasi.

“Karena kami tidak mempunyai informasi, kami ternyata justru mengevakuasi rakyat ke daerah dimana tingkat radiasi tinggi. Saya sangat khawatir dengan kesehatan masyarakat. Saya merasa sakit di hati saya, tetapi juga marah atas tindakan buruk pemerintah," katanya.

Konyolnya, ketika orang-orang dari Namie dan masyarakat Jepang tidak mendapat informasi dari pemerintah Jepang tentang kemungkinan penyebaran radiasi hanya tiga hari setelah tsunami mengguncang PLTN Fukushima, Pemerintah Jepang justru menyerahkan prediksi penyebaran radiasi untuk militer AS.

Itaru Watanabe dari kementerian ilmu pengetahuan menyatakan tindakan pemerintah tersebut dimaksudkan untuk mengamankan dukungan AS dalam menangani krisis nuklir. Meski dia mengakui bahwa mungkin data yang sama seharusnya sudah dibagi ke masyarakat.

"Menurut panel pemerintah yang menyelidiki bencana, informasi tentang potensi penyebaran radiasi bisa diberikan kepada publik," katanya.

Kementerian ilmu pengetahuan, lanjutnya, harus mengatakan kepada masyarakat tentang kekuatan bencana nuklir. Tapi kita tidak memikirkan itu. Kami mengakui hal itu sekarang.

Sebagai salah satu pengungsi bencana PLTN Fukushima yang sampai kini terlunta-lunta, Tamotsu Baba menuduh pihak berwenang Jepang meninggalkan desanya dengan menahan informasi dan meninggalkan komunitasnya terpapar radiasi.

"Ini bukan bahasa yang bagus, tapi saya masih berpikir itu adalah tindakan pembunuhan," katanya.

Sedikitnya ada 20.000 penduduk dari Namie yang mungkin telah kehilangan rumah mereka dan anak-anak mereka yang mungkin terpapar radiasi akibat sebuah sistem yang dirancang untuk melindungi dan memperingatkan mereka ternyata telah gagal.

Sumber :www.bisnis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar