Senin, 12 Maret 2012

Menyongsong Masalah Rutin Pendidikan



Menyongsong Masalah Rutin Pendidikan

Teorinya, teori keterbelakangan ini selalu dikaitkan dengan kenyataan kondisi masyarakat yang memang masih bergulat dengan kebodohan. Karena bodoh maka seseorang menjadi manusia yang kurang produktif dan karena kurang produktif diapun menjadi miskin. Kenapa menjadi miskin? Karena kebodohan implikasinya adalah kurang produktif dan karena kurang produktif maka pendapatan seseorang menjadi kecil. Keluarga miskin seperti inilah yang kebetulan masih banyak di Indonesia. Jika nasib mereka tidak diubah secara struktural, tetap saja negeri kita ini akan menjadi negara yang terbelakang.
Disamping keluarga miskin, negeri kita masih didominasi oleh keluarga yang hampir miskin dan keluarga yang berada pada tingkat “subsistence lever atau hidup dengan pas-pasan. Hidup pas-pasan adalah rnayoritas penduduk Indonesia. Pas-pasan karena kebutuhan hidup mereka sehari-hari sudah bisa diatasi sehingga bisa hidup diatas sedikit garis kemiskinan. Mereka adalah penduduk atau keluarga yang patut bersyukur karena tidak kelaparan. Tetapi hidup bukanlah untuk makan saja. Kehidupan adalah sesuatu yang harus lebih berkualitas baik secara ekonomi, sosial dan budaya. Semua orang berperadaban tahu bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup itu kata kuncinya ada pada pendidikan.
Semua pemimpin (formal dan informal) sudah tahu bahwa hanya pendidikanlah yang bisa membuat negeri ini keluar dari keterbelakangan dengan predikat ikutannya miskin dan terhina. Karena kemiskinan inilah maka terpaksa kita dihinakan bangsa-bangsa lain. Kita menjadi budak-budak yang tak dihargai
sedikitpun bangsa-bangsa lain.Solusi dari semua itu adalah pendidikan. Individu, keluarga dan masyarakat yang pintar dan terdidiklah yang mampu membuat bangsa dan negeri ini menjadi meningkat harkat dan martabatnya. Pemerintah dan masyarakat sadar betul bahwa pendidikan harus menjadi kepedulian yang serius dan fokus.

Tetapi kalau mau jujur sektor pendidikanlah yang tak pernah final di negeri ini. Setiap tahun sektor ini masih merupakan masalah rutin yang belum terpecahkan. Selesai Ujian Nasional kini sebagian besar keluarga Indonesia pasti menghadapi masalah biaya pendidikan yang kecenderungannya semakin memberatkan. Hari-hari ke depan ini pastilah menjadi hari yang penuh keluhan, keprihatinan dan mungkin depresi dan stres bagi banyak kepala keluarga.
Soalnya semakin kita sadar bahwa pendidikan itu penting semakin berkurang usaha untuk mendidik anak-anak bangsa dengan mudah dan murah. Temyata menjadi pintar begitu sulit dan penuh tantangan di negeri ini. Padahal kita ingin menjadi bangsa yang cerdas dan bermartabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar