Kamis, 15 Maret 2012

Cina Tidak Punya Citra Ideologis



Ya, stereotip China sebagai negara yang mengabaikan ideologi apapun selain ideologi bisnis, sepertinya membuat China ‘sendirian’ secara politik. Namun, kekuatan ekonomi China jelas membuatnya memiliki banyak pendukung, minimalnya dari negara-negara yang anti-AS. China telah mendukung Iran dan Syria, tanpa ada kaitan ideologi, hanya sekedar hitunga-hitungan bisnis dan perimbangan kekuatan. Sikap pengabaian ideologi politik ini pula yang membuat China mampu masuk ke berbagai negara demi bisnis, termasuk Iran. Kekosongan investor Barat di bidang nuklir, eksplorasi minyak, transportasi, dan lain lain, di Iran, telah diisi oleh China. Kekuatan ekonomi China sedemikian pesat, seiring dengan semakin melemahnya kekuatan ekonomi Barat. Hal ini jelas mengganggu ‘harga diri AS’ yang selalu ingin superior. Karena itu, AS berkali-kali melancarkan tekanan dari banyak sisi, mulai dari ancaman agar mendukung sanksi yang lebih keras terhadap Iran, tekanan politik terkait isu Dalai Lama, sensor internet, atau HAM. Bahkan, tidak mempan dengan semua itu, akhir-akhir ini ancaman perang pun ditebarkan oleh AS.
Namun demikian, mengingat kedua negara memiliki senjata nuklir dengan jumlah yang sangat signifikan, saya lebih memilih percaya pada teori deterrence: mereka hanya saling gertak dan saling ancam saja. Selain itu, mengingat kekuatan militer dan ekonomi China yang sangat besar, AS tentunya berpikir panjang sebelum benar-benar menyerang. China bukanlah Irak, Afghanistan, atau Libya yang mudah ditaklukkan. Yang paling mungkin dilakukan AS mungkin adalah memicu proxy war, yaitu merancang perang antara China dengan negara-negara tetangganya, dengan AS sebagai dalangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar