Rabu, 25 April 2012

Membaca Ketakutan Israel Terhadap Mesir Pasca Hosni Mobarak



Meski kejatuhan mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak tak lepas dari dukungan dari Amerika Serikat, namun Mesir pasca Mubarak tetap saja bikin khawatir para petinggi Israel. Terutama terkait perobahan haluan politik luar negeri Mesir yang akan semakin mendukung perjuangan rakyat Palestina terhadap Israel. Menyusul pernyataan Mohamed Idris, Ketua Komisi Urusan Arab pada Dewan Perwakilan Rakyat Mersir (Egypt's People People's Assembly)pada 12 Maret lalu.
Meski tidak menyebut secara eksplisit Israel, namun komisi ini secara tegas menggunakan istilah Entitas Zionis sebagai ancaman utama bagi keamanan nasional Mesir. Sekaligus menyerukan kepada pemerintah Mesir agar memberi dukungan dan bantuan kepada Rakyat Palestina dalam perjuangan bersenjata melawan pendudukan pasukan Israel di wilayah Palestina. 
Memang pihak kementerian luar negeri dan Perdana Menteri Israel sampai sejauh ini belum menyuarakan sikapnya. Namun melalui beberapa pakar Israel dalam bidang politik dan keamanan, kecemasan Israel secara jelas dikumandangkan. Misalnya saja, Yehuda Halevi, seorang pakar Israel dari The Jerusalem Center for Public Affairs. Halevi mengingatkan, jika rekomendasi Komisi Urusan Arab DPR Mesir diadopsi oleh pemerintah Mesir, maka bisa dipastikan Mesir akan melipatgandakan kekuatan angkatan perangnya untuk menghadapi Israel yang dipersepsikan sebagai ancaman utama keamanan nasional Mesir. 
Karena itu Halevi mendesak pemerintah Tel Aviv agar menaruh perhatian khusus terhadap potensi perkembangan baru yang terjadi di Mesir tersebut, sekaligus menyiapkan pre-emptive strategy untuk menghadangk kemungkinan ke arah ketegangan baru Mesir-Israel di masa depan, yang pada gilirannya bisa mengancam keamanan nasional Israel. 
Namun entah karena Yehuda Halevi memang merupakan corong pemerintah Israel atau karena sudah membaca gelagat buruk ihwal hubungan Israel-Mesir di masa depan, Perdana Menteri Benyamin Netanyahu sudah merencanakan membangun gugus tugas operasi intelijen berskala besar di Gurun Negev (Negev Desert). Sebuah lokasi yang berdekatan dengan Gurun Sinai. Dengan misi khusus: Mengumpulkan informasi intelijen untuk mengintai semua gerak gerik Angkatan Bersenjata Mesir. Seperti penyadapan jaringan telepon serta pesan pesan elektronik yang dikirim lewat satelit. Jadi ini semacam gerakan spionase berskala besar besaran. 
Juga termasuk penyadapan terhadap semua data data elektronik berkaitan dan pemantauan semua komunikasi yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah Mesir, organ-organ pemerintahan dan kemasyarakatan, korporasi maupun perorangan-perorangan yang dianggap punya jangkauan pengaruh dan koneksi luas di Mesir. 
Usut punya usut, ternyata gagasan perluasan operasi intelijen Israel terhadap Mesir ini atas rekomendasi dari Israeli Institute for National Security Studies (INSS), didasari gagasan untuk memantau kondisi dan konstalasi politik yang sedang terjadi di Mesir saat ini. Terutaman kondisi dan konstalasi politik Mesir pasca kejatuhan Hosni Mobarak. Sehingga tidak akan menjadi sasaran serangan kejutan dari tentara Mesir. Karena itu INSS mendesak agar angkatan bersenjata Israel menaruh perhatian khusus pada aspek-aspek strategis bidang intelijen. Sekaligus menyerukan perlunya mendayagunakan kekuatan kekuatan militer konvensional maupun kekuatan kekuatan non militer untuk menjamin kemenangan Israel menghadapi Mesir di masa depan. 
Lebih daripada itu, INSS juga merekomendasikan jajaran pimpinan angkatan darat Israel agar merevitalisasikan postur angkatan bersenjatanya baik metode maupun maupun penerapannya sehingga mampu menghadapi segala kemungkinan terburuk ketika berhadapan dengan Mesir. Seperti penambahan personil pasukan infantri dan angaktan lautnya. Termasuk pembangunan kembali peralatan militer Israel termasuk sistem persenjataan anti rudal. Termasuk rekomendasi dalam proyek riset dan pengembangan model model persenjataan strategis terbaru. 
Di ranah politik, manuver Israel jauh lebih mencemaskan lagi. Surat kabar nasional Mesir Al Ahram mewartakan bahwa Israel dari belakang layar telah berusaha mempengaruhi arah perpolitikan Mesir dengan berkoordinasi dengan Amerika Serikat. Yang tujuan akhiarnya adalah mendesak agar Pemerintah baru Mesir pasca Mobarak tetap komit pada semua kebijakan luar negeri Hosni Mobarak terkait konflik Arab-Israel. Berarti, Israel mendesak agar pemerintah baru Mesir tetap komit pada kesepakatan Camp David I dan II. 
Salah satu modus yang digunakan Israel dan Amerika adalah dengan memanfaatkan beberapa studi yang dilakukan think thank Israel. Antara lain, studi yang dirilis olehThe Begin-Sadat Center for Strategic Studies di Universitas Bar Ilan, Israel. Dalam rekemndasi hasil studi mereka, mendesak negara-negara barat , terutama Amerika, agar mengaitkan semua bentuk bantuan dana kepada Mesir di masa depan dengan desakan agar pemegang pucuk pimpinan militer di Mesir tetap mempertahankan status quo dan kekuasaannya sebagaimana diterapkan oleh Mobarak pada waktu itu. 
Sebagaimana diingatkan oleh Ron Tira, mantan perwira tinggi intelijen Israel, salah satu yang krusial dari masa depan Mesir adalah dicabutnya kesepakatan Cam David yang menurut sudut pandang Israel, persetujuan Camp David Satu dan Dua, telah berhasil melepas Mesir dari negara-negara Arab yang bermusuhan dengan Israel. 
Dengan demikian jelas lah sudah misi Israel baik secara terbuka maupun terselubung, mendukung terpilihnya Presiden dan Pemerintahan Mesir hasil pemilu, yang tetap setia dan komit mempertahankan kebijakan luar negeri Mobarak yang pro Amerika dan Israel dalam konfliknya dengan negara-negara Arab, terutama terkait perjuangan bersenjata rakyat Palestina untuk merebut daerah-darerah yang diduduki Israel.

Hendrajit, Peneliti Senior Global Future Institute

Tidak ada komentar:

Posting Komentar