Jumat, 18 Mei 2012

Bank Dunia Siap Kucurkan 2 Miliar Dolar AS untuk Indonesia



Bank Dunia, Selasa, mengumumkan siap untuk memberikan Indonesia dengan pinjaman US $ 2 miliar. Menurut laporan, dana ini disebut-sebut untuk antisipasi guncangan keuangan di masa depan.
Pengumuman Bank Dunia mengatakan, pinjaman, diminta oleh pemerintah Indonesia, akan diselenggarakan sebagai kontingensi terhadap "guncangan di masa depan dan volatilitas."
Meskipun Indonesia telah lama menunjukkan tingkat pertumbuhan yang membuat iri Amerika Serikat atau negara Eropa, perekonomian telah melambat baru-baru ini akibat penurunan permintaan ekspor, badan dunia itu menyatakan.
Jakarta dan Bank Dunia berharap pinjaman akan mengirimkan pesan kepada pasar bahwa Indonesia memiliki kekuatan untuk menahan guncangan moderat, saat melaksanakan reformasi ekonomi. 
Berdasarkan catatan The Global Review, dalam tiga hingga empat tahun terakhir, Indonesia lebih banyak mengembalikan pinjaman utang luar negeri. Sepanjang tahun lalu, jumlah utang Indonesia ke Bank Dunia mencapai US$ 2,9 miliar. Pinjaman tersebut antara lain untuk mendanai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, Bantuan Operasional Sekolah, Jaminan Kesehatan Masyarakat, dan pembangunan infrastruktur.
Jumlah utang Indonesia saat ini mencapai 26 persen terhadap produk domestik bruto. Utang tersebut terdiri atas utang luar negeri Indonesia sekitar Rp 700 triliun. Angka ini lebih kecil dibanding utang dalam negeri yang mencapai Rp 1.400 triliun. Sekitar 30 persen dari surat utang dalam negeri dikuasai oleh investor asing.
Sebelumnya, pengamat ekonomi Ahmad Erani Yustika, Maret, seperti yang dilansir Tempo Online, mengingatkan pemerintah agar memperbaiki komposisi kepemilikan surat utang. Banyaknya dana asing dalam porsi surat utang negara dikhawatirkan mengganggu perekonomian bila terjadi penarikan dana secara besar-besaran. Idealnya, pemerintah menekan defisit anggaran dengan menaikkan tax ratio dan memangkas pengeluaran yang tidak perlu.
Sepanjang 2011 lalu, pemerintah meraup Rp 204,5 triliun dari penerbitan Surat Utang Negara. 
Tahun ini, untuk menutup defisit anggaran belanja, pemerintah kembali menerbitkan surat utang senilai Rp 14,08 triliun. 

Tentang Bank Dunia
Bank Dunia (bahasa Inggris: World Bank) merupakan sebuah lembaga keuangan internasional yang menyediakan pinjaman kepada negara berkembang untuk program pemberian modal.
Tujuan resmi Bank Dunia adalah pengurangan kemiskinan. Menurut Articles of Agreement Bank Dunia (sebagaimana telah diubah, efektif sejak 16 Februari 1989) seluruh keputusannya harus diarahkan oleh sebuah komitmen untuk mempromosikan investasi luar negeri, perdagangan internasional, dan memfasilitasi investasi modal.
Bank Dunia berbeda dengan Grup Bank Dunia (World Bank Group), dimana Bank Dunia hanya terdiri dari dua lembaga: Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (International Bank for Reconstruction and Development) (IBRD) dan Asosiasi Pembangunan Internasional (International Development Association) (IDA), sementara Grup Bank Dunia mencakup dua lembaga tersebut ditambah tiga lagi:[4] International Finance Corporation (IFC), Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA), dan International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID).
Pengoperasian Bank Dunia dijaga melalui pembayaran sebagaimana diatur oleh negara-negara anggota. Aktivitas Bank Dunia saat ini difokuskan dalam bidang seperti pendidikan, pertanian dan industri. Bank Dunia memberi pinjaman dengan tarif preferensial kepada negara-negara anggota yang sedang dalam kesusahan. Sebagai balasannya, pihak Bank juga meminta bahwa langkah-langkah ekonomi perlu ditempuh agar misalnya, tindak korupsi dapat dibatasi atau demokrasi dikembangkan.
Bank Dunia didirikan pada 27 Desember 1945 setelah ratifikasi internasional mengenai perjanjian yang dicapai pada konferensi yang berlangsung pada 1 Juli–22 Juli 1944 di kota Bretton Woods. Markas Bank Dunia berada di Washington, DC, Amerika Serikat. Secara teknis dan struktural Bank Dunia termasuk salah satu dari badan PBB, namun secara operasional sangat berbeda dari badan-badan PBB lainnya. (TGR/Rep/TO/Wikipedia)Tim Riset The Global Review

Tidak ada komentar:

Posting Komentar