Senin, 09 April 2012

Penggeseran Dolar Amerika dari Pasar ALBA



(IRIB Indonesia/MZ)
Menjelang konferensi tingkat tinggi negara-negara anggota Aliansi Bolivaria untuk Negara-Negara Amerika (ALBA), masalah pembentukan mata uang kolektif regional di Amerika Latin kembali mencuat dan menjadi perhatian. Para pemimpin negara-negara ALBA berencana pada sidang mereka Selasa (10/4), akan membahas dua masalah penting yang akan berpengaruh kuat pada posisi global dolar Amerika Serikat. Di satu sisi, menurut rencana negara-negara ALBA mengagendakan pembahasan penetapan mata uang regional baru yang akan diberi nama Sucre dan juga soal reduksi tingkat transaksi dengan dolar. Terealisasinya dua target tersebut, sangat menyakitkan bagi Amerika Serikat karena kawasan itu adalah "halaman belakang" Negeri Paman Sam.
Berbeda dengan setengah abad lalu, dolar Amerika Serikat yang sangat dominan dan berkuasa, kini sebagian negara dunia dan blok-blok regional justru berlomba-lomba menghindari penggunaannya dan bahkan berupaya membentuk mata uang kolektif baru.
Setelah Eropa membentuk mata uang Euro, kini giliran wilayah Amerika Latin yang mengincar penetapan mata uang baru. Meski banyak persyaratan yang harus dipenuhi agar kekuatan mata uang Amerika Latin setingkat dengan Euro, akan tetapi tekad negara-negara di kawasan untuk menggeser dolar Amerika Serikat dari sektor perdagangan mereka membuktikan melemahnya pengaruh Negeri Paman Sam dalam perekonomian global.
Dalam beberapa tahun terakhir, posisi dolar Amerika Serikat semakin merosot bak terjun bebas. Betul bahwa dulu dolar adalah milik sebuah negara terkuat dan terkaya di dunia yang bahkan mampu berperan sebagai kas dunia. Akan tetapi kini, Amerika Serikat telah berubah menjadi negara dengan utang terbanyak di dunia. Jumlah kredit Amerika Serikat telah mencapai 15 trilyun dolar dan defisit bujetnya telah melampaui angka 1,5 trilyun  dolar.
Pada saat yang sama, Amerika Serikat juga mengalami defisit pertukaran perdagangan dengan sebagian besar negara dunia dan rakyat AS alih-alih memproduksi dan memberikan layanan jasa, justru menjadi konsumen produk negara-negara lain.
Dalam kondisi ini, logika ekonomi menggarisbawahi bahwa dolar Amerika Serikat tidak dapat diandalkan untuk menjadi mata uang dalam simpanan devisa negara. Akan tetapi, jika dolar Amerika Serikat tetap digunakan, ini membuktikan peran kekuatan politik dan militer Amerika Serikat dalam mendikte kehendaknya kepada negara-negara dunia.
Poin lainnya adalah bahwa dunia secara gradual menyadari pentingnya untuk segera melepas ketergantungannya terhadap dolar Amerika Serikat. Oleh karena itu, banyak negara yang kini melirik mata uang baru atau menetapkan paket yang terdiri dari sejumlah valuta asing dalam transaksi perdagangan mereka. Paket valuta asing itu adalah untuk mengantisipasi kerugian jika nilai tukar dolar Amerika Serikat anjlok. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar