Senin, 09 April 2012

Hugo Chavez, Presiden Sayang Rakyat



ULFA ILYAS, Berdikari Online
BBM nya termurah di dunia, rumah rakyat pun digratiskan. Pemerintah yang sayang pada rakyatnya: Venezuela Mensubsidi 100% Perumahan Rakyatnya. Di Indonesia, negeri tempat kita berpijak, pemerintah sedang sibuk- sibuknya mendorong penghapusan subsidi untuk rakyat. Alasannya, kata jubir-jubir pemerintah, anggaran subsidi sudah terlampau membebani APBN. Tersinggung dengan pernyataan pemerintah ini, seorang teman saya bergumam, “kok ada negara yang pelit terhadap rakyatnya sendiri”.
Di Venezuela, negeri yang sedang menjalankan revolusi, pemerintah disana sedang gencar-gencarnya mensubsidi rakyat. Yang terbaru, Presiden Hugo Chavez memastikan bahwa setiap keluarga di Venezuela, khususnya yang pendapatan rendah, bisa memiliki rumah dengan disubsidi 100% oleh pemerintah. Ini bukan kebijakan Chavez secara pribadi. Kebijakan ini merupakan perintah dari UU perumahan Venezuela yang baru. Di salah satu pasalnya, tepatnya pasal 22, diatur ketentuan: setiap warga negara berhak mengakses perumahan yang layak dan sesuai dengan standar hidup sehat dan adil.
Di dalam UUD itu juga ada kewajiban negara untuk memberi perlakuan khusus kepada rakyat yang tidak punya pendapatan, pendapatan rendah, atau sektor-sektor sosial yang selama ini terpinggirkan. Juga, di luar itu, ada perlakuan khusus terhadap orang lanjut usia, cacat, dan atau karena status penyakit. UU ini juga menjamin hak masyarakat adat untuk mendapatkan rumah layak.
Selain itu, pada pasal 13 UU perumahan itu terdapat ketentuan tentang standar perumahan yang disebut “layak”: sehat, dilengkapi fasilitas dasar, dekat dengan komunitasnya, dan lain-lain. UU perumahan ini sudah dirancang sejak awal tahun 2011. Saat itu, Chavez menerima proposal dari gerakan yang disebut gerakan “keluarga tanpa rumah”. Setelah melalui pendiskusian panjang, proposal ini dibawa ke Majelis Nasional (parlemen Venezuela). Subsidi Sosial Menurut Chavez, UU perumahan itu hendak mengikuti prinsip sosialis: setiap orang bekerja sesuai kemampuan dan mendapatkan sesuai kebutuhan.
Kebijakan subsidi perumahan ini dikritik oleh oposisi. Di mata oposisi, program semacam itu tidaklah masuk akal. Akan tetapi, Chavez segera membalas, “langkah semacam itu memang tidak mungkin terjadi di dalam sistim kapitalisme, tetapi sangat mungkin terjadi di bawah sosialisme.” “Tentang subsidi,” kata Chavez, “kaum borjuis menganggap langkah itu sangat tidak bertanggung jawab, sebab hanya menghambur-hamburkan uang dan tidak lebih dari langkah populisme.”
Akan tetapi, bagi Chavez, negara dibentuk memang untuk melayani rakyat. Sehingga, apapun yang menjadi kebutuhan rakyat, negara harus siap memberikan pelayanan terbaiknya. Chavez yakin, program semacam ini akan memastikan seluruh keluarga di Venezuela bisa mengakses rumah layak. Sementara itu, menjelang pemilu presiden pada tahun 2012 mendatang, Chavez mengingatkan
agar rakyat mempertahankan kemajuan saat ini. Termasuk dalam persoalan perumahan. Chavez mengingatkan, jika sampai kaum borjuis bisa menang pemilu dan berkuasa di Istana Miraflores (istana kepresidenan), maka program perumahan akan hancur berantakan. Pasalnya, kaum borjuis menuntut agar negara tidak mengatur ekonomi, termasuk soal perumahan. Mereka menuntut agar urusan ini diserahkan kepada swasta. “Jangan lupakan ini compatriot.
Anda tidak akan pernah punya rumah lagi,” kata Chavez, di Istana Miraflores, sesaat sebelum berangkat ke Kuba untuk menjalani pengobatan. Chavez berjanji akan terus melanjutkan program-program sosialnya. Akan tetapi, pada sisi yang lain, ia meminta kepada aparatus negara untuk melakukan efisiensi alias mengurangi belanja- belaja yang tidak penting. Tahun lalu, pemerintahan Chavez sibuk memaksimalkan pembangunan perumahan. Ia bertekad membangun 2 juta rumah hingga 2017. Semua itu untuk memastikan seluruh rakyat Venezuela bisa punya rumah layak. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar