Kamis, 05 April 2012

AS Menginginkan Aceh Demi Selat Malaka.



Tampaknya, AS semakin memperjelas sasaran strategisnya di Kawasan Asia Tenggara khususnya Selat Malaka, di mana jalur tersebut merupakan kawasan yang bernilai sangat strategis baik secara ekonomi maupun pertahanan dan keamanan. 
Untuk merealisasi sasaran strategisnya, AS melalui badan intelijennya (CIA) mulai mencari potensi dan menggali segala kemungkinan untuk dijadikan sasaran singgah untuk mencapai tujuannya. Saat ini, sasaran itu sepertinya adalah Aceh.
Sejak “kekalahan” AS di kancah perang Irak dan Afganistan (meskipun AS tidak pernah mengakuinya), fokus perhatian AS terhadap kebijakan strategisnya adalah kawasan Asia Pasifik di mana AS akan berhadapan dengan pesaingnya dalam hegemoni kawasan tersebut yaitu Cina. 
Hal tersebut dinyatakan secara tegas baik secara lisan maupun tindakan oleh Presiden Obama. Seperti diketahui, kunjungan pertama Obama semenjak menjabat adalah Indonesia dan Australia. Perubahan arah kebijakan ini tentunya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan kawasan Asia khususnya Asia Tenggara yang menyimpan berbagai potensi sumber daya alam dan manusia yang belum sepenuhnya tereksplorasi. 
Sementara itu, Cina yang sedang giat membangun ekonomi dan kekuatan pertahanannya semakin dominan di kawasan Asia Pasifik sehingga memiliki kecenderungan mengancam hegemoni AS secara global.
Seiring dengan peningkatan harga minyak dunia menjadi USD $ 105/barrel dan semakin meningkatnya kebutuhan akan energi di dunia khususnya negara-negara yang sedang giat membangun seperti Cina dan India, maka jalur-jalur transportasi dan perdagangan menjadi prioritas untuk “dikuasai” dalam upaya mengamankan pasokan energi. 
Dalam hal ini, Selat Malaka adalah jalur terpenting bagi pasokan sumber energi dunia. Betapa tidak. Dalam setahun lebih dari 50.000 kapal dagang dari berbagai bangsa melalui Selat Malaka membawa 1/3 energi dan manufaktur dagang dunia, 90% energi minyak untuk Jepang dipasok melalui Selat Malaka lewat Teluk Aden. Tahun 2006 diperkirakan 15 juta barrel minyak dunia dipasok melalui jalur tersebut.
Gambaran di atas, adalah rantai supply energi yang sangat penting bagi Cina lewat Selat Malaka sehingga menjadikan kawasan tersebut bernilai sangat strategis tidak saja bagi negara-negara di kawasan Asia Pasifik, namun juga seluruh dunia.
Oleh karena itu, demi menahan dominasi Cina di kawasan Asia Pasifik, AS melakukan upaya-upaya strategis guna menarik negara-negara dan daerah yang dilalui Selat Malaka untuk masuk dalam bagian kerjasama strategis AS di kawasan Asia Pasifik. 
Kali ini, Aceh yang dikenal sebagai Serambi Mekah menjadi pintu masuk Kawasan Selat Malaka yang menjadi jalur penting bagi negara rival AS di kawasan tersebut, yaitu Cina. Maka AS melakukan upaya dalam membangun kepercayaan dengan daerah yang bersyariat Islam tersebut guna mewujudkan rencana strategisnya untuk masuk di kawasan Asia khususnya Selat Malaka. Kesimpulannya, Aceh adalah sasaran kehadiran AS.
Kunjungan pejabat AS, Vincent Cooper ke NAD dengan bertemu kandidat terkuat calon Gubernur/Wakil Gubernur dari Partai Aceh belum lama ini adalah bagian dari rencana strategis AS jangka panjang yang bertujuan menjadikan Aceh sebagai pangkalan strategisnya. Ini memang baru sekadar indikasi awal, namun melihat pergerakan global yang cukup sistematis dan terencana, sangat dimungkinkan bahwa pertemuan Vincent Cooper dengan calon Gubernur Aceh Muzakkir Manaf, merupakan landasan kerjasama AS-Aceh di masa yang akan datang. Muzakkir Manaf, merupakan calon Wakil Gubernur dari Partai Aceh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar