Selasa, 12 Juni 2012

Harus Cukup Jeli Melihat Ada Indikasi Kekuatan Asing Di Papua



Sikon "petrus" di papua, mirip jelang jajak pendapat di Timtim. Publik jangan terkecoh isu HAM Media-LSM-politisi agen Konspirasi Global (KG). Merapatnya 2500 marinir AS di Darwin indikasi betapa pentingnya Freeport mirip sebagai negara bagiannya KG. Fakta, tidak pernah ada ke bisingan politik internasional tentang Freeport, bermakna bahwa Freeport sudah jadi bagian kuat KG. Ribut-ribut sekitar lokasi justru sebagai adegan kecil untuk mengamankan "isi" kerajaan Freeport yang terdiri dari ribuan agen CIA dan antek-antek KG bangsa Indonesia. 


Tidak ada jejak kapal-kapal tanker yang memuat "emas, tembaga, perak" Freeport yang keluar perairan NKRI. Bhkan GoogleEarth pun tidak mampu membaca Freeport. Silahkan tweeps searching Google earth atau lainnya, maping posisi Freeport, juga Selat Malaka. Sengaja satelit KG mengaburkan wilayah tersebut. Maping Malaysia di GoogleEarth terang benderang, wilayah NKRI gelap gulita agar mudah dilalui tanpa deteksi, padahal 80% tanker minyak dunia lewat situ.
Media-LSM-NGO agen KG dengan jargon HAM mem blow-up "petrus" di Papua yang sebetulnya juga strategi KG untuk menarik perhatian dunia.
KG bermain cantik saat membebaskan Timtim, dan waspadai bahwa LSM-NGO yang dulu mengadvokasi kemerdekaan Timtim juga eksis di Papua. PT Freeport adalah negara dalam negara, berarti fasilitas militer, segala peralatan jaringan intelijennya internasional sudah mapan!
Saat ini Komisi I dengan kapasitas SDM yg baru berada di Papua untuk menyelidiki "permainan politik sebuah negara adidaya " ??? Ibarat hansip menyelidiki markas militer, sudah pasti tidak dapat apa-apa, kecuali disuap KG untuk patuh terhadap protokol KG. Dan publik yang naif dicecar media agen KG dengan sabar menanti rekomendasi "hansip", disisi lain LSM-NGO agen KG tengah berkoar cegah HAM.
LSM-NGO agen KG menguasai media Berkoar agar kekuatan militer TNI tidak mengganggu suasana rakyat Papua, membius agar publik pro KG. Yang naifnya para petinggi TNI, politisi bahkan para negarawan dan mahasiswa terjebak opini publik yang dimainkan Media agen KG, agar publik yang nasionalis duduk manis, memantau siapa yang melanggar HAM itulah sang "penjahat", padahal HAM adalah protokol KG. Apakah NKRI harus kehilangan Papua setelah Timtim lepas lewat agenda KG yang sangat elegant dimata dunia ?
Komisi I harus cukup jeli melihat ada indikasi kekuatan asing di Papua, pertanyaan besarnya apakah Komisi I berani sebut KG sebagai masih bersama? Apakah 2500 marinir AS dan ante-anteknya di NKRI bukan sebagai ancaman nyata karena media agen KG memprioritaskan kasus receh sebagai alih perhatian?
Media-LSM-NGO yang berani menyuarakan kepentingan rakyat khsusnya penyelamatan sumber daya alam adalah bukan antek KG. Yang membiarkan atau menanggapi sambil lalu kasus sumber daya alam adalah Media-LSM-NGO agen KG, apalagi yang mengatasnamakan HAM menutupi kasus sumber daya alam. Apa sulitnya agen CIA gunakan antek-antek yang berkuasa mengendalikan Freeport mengaduk aduk seluruh Papua?
Siapa yang berani melawan kekuatan KG untuk menyelamatkan NKRI? Siapkah generasi muda menerima beban ini? Masih adakah patriot bangsa saat ini? Masih dungukah kita untuk tetap berdiam diri, saling menyalahkan, arogan, dipermainkan para koruptor penghancur moral bangsa agen KG?
Tragedi bangsa tahun 1965, TNI dan publik saling membantai agar komponen bangsa saling dendam bertikai. Tragedi bangsa Tahun 1975, Timor Timur dijadikan ajang perang saudara oleh KG berujung lumpuhnya TNI karena KG memerdekakan Timtim karena sumber daya alam minyaknya. Tragedi tahun 1998, bangsa diadu domba KG, Islam stigma teroris, TNI pelanggar HAM dan hingga hari ini bangsa tidak menyadari bahwa musuh bersama adalah KG.
Telisiklah nurani kalian, agar NKRI masih dapat diselamatkan melalui hati para pejuang yang berani melawan para komprador dan antek antek KG. Tidak banyak waktu tersisa bagi penyelamatan NKRI, smoga Allah membimbing para pejuang bangsa menyelamatkan NKRI !!!

Sumber: Konspirasi Global

Tidak ada komentar:

Posting Komentar