Rabu, 22 Februari 2012

“Surat Ahmaddinejad kepada George Bush-2006” (1)




Penulis : M Arief Pranoto / Pemerhati Masalah Internasional dari Global Future Institute





Lagi asyik-asyiknya ‘berselancar’ di Samudera Maya, tiba-tiba perhatian ini tertuju pada sebuah tautan Ratu Jullie, di beranda Fesbuker Indonesia. Entah siapa dia, aku tak kenal. Juga tidak pertemanan. Tautannya menarik, perihal “Surat Mahmud Ahmaddinejad kepada George W. Bush” (2006).


Saya kurang paham, apakah “surat” itu propaganda, atau cuma sekedar deceptionuntuk alihkan perhatian mengingat ‘kala itu (2006), memang tengah ‘panas-panasnya’ hubungan antara Iran dengan Amerika (AS) ---bahkan hingga kini--- yang salah satu sebabnya ialah aksi militer AS dan sekutunya di Irak serta Afghanistan era 2003-an dengan aneka dalih serta stigma.

Tetapi benar dan salahnya, entah iya atau tidak keberadaan surat tersebut, tak jadi masalah bagi saya, oleh sebab esensi yang diurai sungguh menyentuh hati. Saya teringat dua asumsi yang sekilas sama, akan tetapi secara substansi justru berbeda. Pertama adalah: “setiap sistem dominasi tergantung kekuatan militer, tetapi selalu membutuhkan pembenaran ideologis” (Jean Bricmont); kedua adalah ungkapan dari Latin: “Si vis Pacem, para bellum”. Siapa ingin damai, bersiaplah untuk perang!

Membaca “surat” Ahmaddinejad, sepertinya kedua asumsi tadi mewakili tokoh dan masing-masing negara sesuai esensi makna yang dilayangkan kepada Bush Jr. Ya, AS merupakan negara dimana sistem dominasinya sangat tergantung kekuatan militer terutama sejak Perang Dunia II, dengan berbagai “pembenaran-pembenaran ideologis” seperti demokrasi, HAM dan sebagainya. Sedang Iran justru kebalikannya. Sebagaimana ungkapan Latin di atas, pengembangan power militernya secarasignificant karena ingin damai. Ia tidak ingin bangsanya bernasib sama seperti halnya Afghanistan, Irak dan lainnya.

Agaknya dogma di Iran mirip atau bahkan identik dengan doktrin yang berkembang di republik tercinta ini, yaitu “cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan”. Persoalan kini Indonesia tengah dijajah lagi melalui pola dan kemasan terbaru, itu lain persoalan. Artinya hanya masalah penyadaran dan waktu saja. Kelak akan tiba saatnya, Indonesia menjadi Mercusuar Dunia, sejajar berdiri dengan adidaya dunia lainnya! Amiiin ...

Nah, silahkan telaah buah pikir Presiden Iran. Selamat menikmati.

Tuan George W. Bush, Presiden Amerika Serikat

Dalam beberapa waktu saya sempat berpikir, bagaimana mungkin dapat dibenarkan keberadaan berbagai kontradiksi yang terjadi di dunia internasional, kontradiksi yang tidak dapat diingkari dan selalu menjadi pembahasan masyarakat khususnya di kalangan politik dan mahasiswa. Banyak sekali pertanyaan yang tak terjawab tentang hal ini. Karena itu saya memutuskan untuk menanyakan sebagian kontradiksi dan pertanyaan itu. Semoga akan ada kesempatan untuk menjawab masalah tersebut.

Bagaimana mungkin, pengikut Nabi Isa AS yang mengaku berpegang teguh kepada hak-hak asasi manusia (HAM), menjadikan Liberalisme sebagai model peradaban, menyatakan ketidak - setujuannya terhadap perluasan senjata nuklir dan pembunuhan massal, menjadikan peperangan melawan terorisme sebagai slogannya dan berusaha membentuk masyarakat yang satu dan universal—masyarakat yang akan diperintah oleh Nabi Isa AS dan orang - orang yang saleh di muka bumi. Namun saat yang sama, berbagai negara diserang. Jiwa, kehormatan dan keberadaan insan dihancurkan. Sebagai contoh, hanya karena diduga pelaku kriminal berada di sebuah desa, kota atau dalam sebuah kafilah, seluruh desa, kota atau kafilah itu dihancurkan dan dibabat habis. Atau karena diduga memiliki senjata pemusnah massal, lalu negeri itu dikuasai. Ratusan ribu masyarakat negara itu tewas, sumber-sumber air, pertanian dan industri rusak dan sekitar 180.000 pasukan militer ditempatkan di sana.

Kehormatan rumah-rumah penduduk telah dihancurkan. Mungkin negara itu menjadi terbelakang hingga 50 tahun lebih. Dengan anggaran belanja berapa? Dengan menghabiskan miliaran dolar dari harta kekayaan sebuah negara dan beberapa negara lainnya. Dengan mengirimkan puluhan ribu pemuda sebagai pasukan penyerang, menempatkan mereka di arena pembunuhan, menjauhkan mereka dari keluarganya dan mengotori tangan mereka dengan darah orang lain. Tekanan demikian berat menimpa jiwa mereka sehingga setiap hari, sebagian mereka melakukan tindakan bunuh diri. Ketika mereka kembali ke negaranya, mereka tersiksa, tertekan dan bahkan menderita berbagai penyakit. Sebagian mereka terbunuh dan jenazah mereka dikembalikan kepada keluarga mereka.

Dengan alasan keberadaan senjata pemusnah massal, telah terjadi sebuah tragedi besar untuk negara dan penduduk yang diinvasi. Kemudian baru terungkap bahwa senjata pemusnah massal yang dimaksud tidak pernah ada!

Memang Saddam Hussein adalah seorang diktator dan pembunuh. Namun tujuan perang yang dilakukan bukan untuk menumbangkannya tapi untuk menemukan senjata pemusnah massal yang sudah diumumkan sebelumnya. Saddam akhirnya tumbang dan masyarakat merasa senang akan hal ini. Saya tambahkan pula bahwa dalam peperangan melawan Iran dulu, Saddam telah dibantu dan dibela oleh Barat.

Tuan Presiden,

Mungkin Anda tahu bahwa saya adalah dosen. Mahasiswa saya sering menanyakan bagaimana menyesuaikan aksi-aksi ini dengan nilai-nilai yang telah saya sebut di awal surat tentang komitmen terhadap ajaran Nabi Isa AS, Nabi penyeru perdamaian dan kasih sayang?

Para tertuduh dipenjarakan di Guantanamo tanpa proses peradilan, mereka tidak bisa memiliki pengacara, keluarga tidak bisa menjenguk, mereka diisolir di negeri yang jauh dari negaranya dan sama sekali tidak ada pengawasan internasional untuk mereka. Tidak jelas apakah mereka adalah tahanan, tawanan perang, tertuduh ataukah orang-orang yang telah dijatuhi hukuman.

Para pengawas Uni Eropa mengakui adanya penjara-penjara misterius di Eropa. Saya tidak dapat menyelaraskan penculikan dan penahanan orang-orang dalam penjara-penjara misterius itu dengan satu pun sistem peradilan yang berlaku di dunia. Dan saya tidak pernah mengerti bagaimana aksi-aksi yang telah dilakukan sesuai dengan nilai-nilai yang telah saya sebutkan di atas, misalnya dengan ajaran-ajaran Nabi Isa AS ataukah hak-hak asasi manusia ataukah dengan nilai-nilai Liberalisme?

Para pemuda, mahasiswa dan masyarakat banyak mempertanyakan tentang fenomena bernama Israel. Pasti sebagian dari pertanyaan-pertanyaan itu telah Anda dengar. Dalam sejarah tercatat banyak negara yang telah dijajah. Namun salah satu fenomena kontemporer masa kita adalah pembentukan sebuah negara baru dengan masyarakat yang baru pula.

Para mahasiswa berkata, 60 tahun yang lalu tidak ada negara dengan nama ini. Mereka menunjukkan dokumen-dokumen dan peta geografi dunia kuno sambil berkata, kami telah berusaha sedemikian rupa mencarinya namun kami tidak menemukan sebuah negara yang bernama Israel. Saya terpaksa menuntun mereka agar mempelajari lagi tentang perang dunia pertama dan kedua.

Sekali waktu seorang mahasiswa berkata, pada perang dunia kedua, puluhan juta manusia tewas. Berita-berita perang dengan cepat disebarkan oleh kedua belah pihak yang berperang. Masing-masing memberitakan kemenangannya dan kekalahan lawan. Setelah perang dunia kedua selesai diklaim bahwa enam juta orang Yahudi telah tewas. Enam juta orang yang sedikitnya berasal dari dua juta keluarga.

Kita andaikan saja bahwa berita ini benar. Apakah kesimpulan logisnya adalah pembentukan sebuah negara Israel di kawasan Timur Tengah dan atau membela mereka habis-habisan?

Bagaimana menganalisa dan menginterpretasikan fenomena ini?


(Bersambung ke Bag 2)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar