Kamis, 23 Februari 2012

Ekonomi-Politik Global (Dominasi dollar-penjajahan The Fed-penjajahan Israel atas Palestina)



Dina Y Sulaiman


.
 

I. Seorang profesor yang mengajari kami matakuliah EPG (Ekonomi Politik Global), mengatakan bahwa EPG adalah jantung dari HI. Bila Anda menguasai EPG, maka Anda akan menguasai esensi studi HI. Sebabnya, hubungan antarnegara, baik konflik maupun kerjasama ujung-ujungnya adalah hubungan ekonomi, upaya satu aktor (baik aktor negara maupun non-negara) untuk meraup sumber daya sebanyak-banyaknya dari aktor lain. Tapi, dalam pandangan EPG, tak ada aktivitas ekonomi yang terjadi di ruang kosong (pure economic), melainkan pasti ada frame politiknya. Selanjutnya, untuk mempelajari EPG, kita pun harus merunut jauh ke kajian-kajian filsafat mengenai sifat-sifat manusia, lalu ideologi-ideologi yang melandasi aktivitas ekonomi-politik manusia, mulai dari liberalisme, merkantilisme, strukturalisme (marxisme), dan Islam (ini tambahan dari saya saja; setau saya, sejauh ini Islam belum dianggap sebagai ideologi yang melandasi aktivitas ekonomi-politik dalam kajian EPG). Dan masih banyak lagi aspek lain, yang sangat luas spektrumnya.


Menurut saya sendiri, inti dari EPG di zaman ini adalah distribusi uang (saya pribadi punya keyakinan, suatu saat keadilan akan tegak di muka bumi, jadi pada saat itu inti EPG tentunya bukan lagi uang). Uang-lah yang menjadi pangkal kekisruhan (atau kerjasama) global. Problemnya terletak pada kekacauan fungsi uang. Seharusnya, uang adalah barang berharga yang layak untuk untuk dijadikan alat tukar bagi barang dan jasa. Bila Anda sudah berpeluh mengangkat barang ratusan kilo, sudah selayaknya Anda dibayar dengan benda berharga, semisal emas atau perak dengan jumlah tertentu. Tapi, dewasa ini, upah diberikan dalam bentuk uang kertas, yang dicetak di percetakan, diberi nominal angka tertentu dan ditandatangani oleh pejabat bank. Di sini, ada perubahan proses: uang yang seharusnya didistribusikan, kini malah diciptakan oleh pihak-pihak tertentu. Sesungguhnya, uang diciptakan sekali saja, oleh Tuhan, dalam bentuk logam mulia yang terbatas jumlahnya, dan tidak bisa diciptakan ulang oleh manusia. Ketika jumlahnya terbatas, proses ekonomi adalah proses pendistribusian uang. Pemilik jasa akan mendapat uang, pemakai jasa menyerahkan uang. Pemilik minyak meraup uang, pembeli minyak memberikan uang.
Ketika uang diciptakan di mesin cetak, yang terjadi adalah chaos (kekacauan). Krisis moneter yang melanda Indonesia tahun 1997-1998 adalah salah satu bukti yang kita rasakan bersama, betapa pahitnya. Tapi negara-negara dunia masih mampu bertahan dengan terus-menerus mencetak uang di mesin-mesin percetakan. Namun, semua tipuan ini akan ada ujungnya, pasti. Bahkan ada ekonom yang meramalkan tahun 2011 bank-bank global akan kolaps karena sistem uang kertas sudah tak mampu lagi mendukung aktivitas ekonomi manusia. Namun, pertanyaan pentingnya, siapa yang menciptakan sistem uang kertas ini? Tidakkah mereka dulu memperkirakan adanya kemungkinan chaos (kekacauan) ini? Jawabnya, karena memang semua ini adalah proses penjajahan era baru. Para pencipta sistem keuangan kertas ini memang ingin menjajah manusia di dunia tanpa perlu senjata dan darah. Dan ironisnya, negara yang paling awal terjajah melalui sistem ini justru AS. Berikut ini uraiannya.
II. Sejarah Dominasi Dollar di AS dan Dunia
Awalnya, semua negara di dunia menggunakan emas dan perak ketika bertransaksi satu sama lain. Bahkan AS pun dalam UUD-nya mencantumkan bahwa negara menggunakan koin emas dan perak sebagai alat pembayaran. Pada tahun 1800-an hingga 1900-an, orang-orang AS menggunakan uang koin emas dan perak.
Lalu pada 1862, Presiden Lincoln perlu uang untuk membiayai perang saudara (pertanyaan klasik yang hingga kini bisa terus dipertanyakan: siapakah pemicu perang? siapakah yang meraup uang dari perang?). Parlemen AS mengizinkan Lincoln untuk meminjam uang dari bank negara (saat itu masih benar-benar bank milik pemerintah AS) sebesar 150 juta dollar (dalam bentuk koin emas/perak). Seharusnya, pemerintahan Lincoln mengembalikan uang itu dengan uang lagi, namun karena tidak mampu, diperkenalkanlah uang kertas yang berisi ‘janji’ untuk membayar kelak di lain waktu. Ketika itulah pemerintah AS memperkenalkan uang kertas dalam bentuk ‘sertifikat emas/perak’. Para pemilik uang menyimpan uangnya di bank pemerintah, pemerintah akan memberikan sertifikat bukti simpanan itu. Sertifikat itu kemudian bisa dijadikan alat tukar. Si A bisa membeli barang kepada si B dengan menggunakan sertifikat ini, lalu ketika si B butuh uang, dia bisa menyerahkan sertifikat ke bank dan menukarnya dengan koin emas/perak sesuai yang tertera di sertifikat.
Uang kertas ini secara bertahap diperkenalkan ke masyarakat dan dicetak terus-menerus untuk membiayai pengeluaran negara.  Awalnya, saat itu ada cadangan emas di bank yang menjadi penjamin uang kertas itu, namun kelak, lama kelamaan, emas cadangan pun habis, sehingga pada akhirnya, uang kertas hanya uang kertas, bukan lagi ‘bukti’ penyimpanan cadangan emas di bank.
[Pertanyaan: mengapa uang kertas yang dijadikan jalan keluar? Jawabnya:
  1. karena dgn uang kertas, segelintir orang bisa melakukan apa saja; misalnya, pemerintah bisa hidup mewah, yang tak mungkin bisa dilakukan bila hanya uang emas yang beredar; uang emas sangat terbatas dan hanya orang yang benar-benar bekerja dan punya sumber daya yang bisa memilikinya. Pemerintah korup tentu tak bisa bermewah-mewah dalam sistem uang emas, kecuali bila dengan terang-terangan menindas rakyat. Padahal, di era modern, penindasan dan perbudakan terang-terangan seperti zaman feodal dulu sudah tidak mungkin lagi dilakukan.
  2. karena ada segelintir orang kaya yang bisa meraup kekayaan yang sangat-sangat-super banyak melalui sistem ini; selanjutnya akan dijelaskan pada bagian III “Sejarah The Fed”]
Tentu saja, prosesnya tidak mudah dan memakan waktu sangat panjang. Rakyat AS zaman itu sudah pasti tidak mau begitu saja dibodoh-bodohi: menyerahkan emas perak mereka untuk ditukar dengan kertas cetakan. Akhirnya pada 1933, dengan alasan untuk menyelamatkan perekonomian negara, Presiden Roosevelt menggunakan cara kekerasan: penyitaan emas-perak. Siapa saja yang menyimpan emas-perang dianggap kriminal dan terancam penjara dan denda. Transaksi harus menggunakan uang kertas. Semua kontrak bisnis yang menggunakan uang emas harus dikonversi ke uang kertas. Semua pemilik uang emas-perak harus datang ke bank untuk ditukar dengan sejumlah uang kertas. [Proses penyitaan emas ini juga dibarengi dengan indoktrinasi di sekolah-sekolah/universitas, karena pada era itu, sekolah di AS sudah dibawah kendali pemerintah. Rakyat AS didoktrin bahwa uang kertas sama baiknya dengan uang emas dan bahwa penyitaan emas adalah demi kebaikan rakyat.]
Setelah SEMUA uang emas ditarik, dan rakyat menggenggam uang kertas, bank pun melakukan devaluasi mata uang. Pemerintah AS lalu menjual sebagian emas yang disita dari rakyatnya itu kepada pasar internasional (tentu dengan melalui bank), dengan harga yang lebih mahal daripada harga beli dari rakyat. Pemerintah AS menerima uang kertas sebagai ganti emas yang ‘dirampok’ dari rakyat itu, lalu digunakan untuk membiayai roda pemerintahan (atau tepatnya, untuk membiayai kehidupan mewah para pejabat negara). Jelas ini adalah perampokan uang rakyat besar-besaran. Makanya dikatakan: sejak saat itu, rakyat AS dijajah oleh bank. Mereka harus bekerja keras, dibayar dengan uang kertas. Sumber daya alam –yang sejatinya milik rakyat- dieksplorasi (misalnya, emas dan minyak digali) lalu ditukar dengan uang kertas.
Pertanyaannya: siapa bank yang sedemikian berkuasa itu? Apakah benar-benar bank milik pemerintah AS? Jawabnya: baca di bagian III : Sejarah The Fed]
Selanjutnya, pada tahun 1944, AS menggagas sistem keuangan internasional yang disebut Perjanjian Bretton Woods. Perjanjian ini dihadiri 44 negara Barat ini sepakat bahwa negara-negara tidak lagi menggunakan emas sebagai alat transaksi internasional, melainkan dengan dollar yang di-back up oleh emas. Artinya, AS menjamin bahwa setiap uang kertas dollar yang dicetaknya, ada cadangan emas di bank dalam jumlah tertentu. Lalu, mengapa negara-negara adikuasa macam Inggris, Perancis, dll, mau menerima perjanjian ini? Pertama, karena saat itu mereka sedang dalam posisi lemah akibat Perang Dunia I-II. Kedua, karena bank AS saat itu memiliki cadangan emas terbanyak. Dengan demikian, negara-negara lain diminta percaya pada uang dollar karena bank AS menyimpan 2/3 emas dunia.
Kenyataannya, akhirnya AS tak mampu lagi (atau, saya curiganya, sudah didesain demikian oleh para penggagas uang kertas) mem-back up semua dollar hasil cetakan pabrik dengan uang (seperti dikatakan tadi, emas itu terbatas, uang kertas bisa dicetak semau pemilik percetakan). Akibatnya, pertukaran dolar dengan emas tidak lagi setara dengan harga pertukaran emas resmi yang disepakati di Bretton Woods. Pada tahun 1971, AS sepihak mengumumkan tidak lagi terikat pada Bretton Woods dan tidak lagi melakukan back-up emas terhadap dollar yang dicetaknya. Namun terlambat bagi dunia, dollar sudah merasuk ke seluruh penjuru dunia dan menjadi alat tukar utama transaksi internasional. Dunia sudah dicengkeram oleh penjajahan bank AS yang bisa seenaknya mencetak dollar. Pertanyaannya, siapakah sebenarnya bank yang mencetak dollar itu? 
III. Sejarah The Fed
Satu-satunya lembaga yang ‘berhak’ mencetak dollar adalah bank bernama The Fed (Federal Reserve Bank). Ironisnya, ternyata bank ini bukan bagian/milik pemerintah AS.  Bank itu murni bank swasta, bahkan dimiliki bukan oleh orang AS, melainkan klan konglomerat Yahudi-Zionis, bernama Rothschild dan rekan-rekannya (antara lain: Rothschild Bank of London, Rothschild Bank of Berlin, Warburg Bank of Hamburg, Warburg Bank of Amsterdam, Israel Moses Seif Bank of Italy, Lazard Brothers of Paris, Citibank, Goldman & Sach of New York, Lehman & Brothers of New York, Chase Manhattan Bank of New York, dan Kuhn & Loeb Bank of New York.)
Awalnya pada 1837-1862  AS punya bank pemerintah yang mencetak uang (sertifikat emas/perak, seperti sudah diceritakan sebelumnya). Secara bertahap, uang kertas diperkenalkan kepada masyarakat dan menjadi alat tukar pengganti koin emas/perak. Lalu, pada tahun 1913, Rothschild dkk membentuk The Fed. The Fed memiliki cadangan emas yang sangat banyak, sehingga mampu meminjamkan uang yang sangat besar kepada pemerintah AS. Kandidat-kandidat presiden AS dibiayai kampanye mereka oleh The Fed, dan setelah berkuasa, para presiden itu mengeluarkan keputusan/UU yang menguntungkan The Fed. Dimulai dari Presiden Woodrow Wilson, pada tahun 1914 menandatangani keputusan memberikan hak cetak mata uang AS kepada The Fed. Pemerintah mendapatkan uang kertas produksi The Fed dalam bentuk hutang yang harus dibayar kembali beserta bunganya. Rakyat AS dipaksa membayar pajak untuk membayar bunga tersebut.
Kelak Wilson menyesali keputusannya ini dan berkata, “Saya adalah orang yang paling tidak bahagia. Saya telah menghancurkan negara saya. Sebuah bangsa industri yang besar ini dikontrol oleh sistem kredit. Sistem kredit kita terkonsentrasi. Pertumbuhan bangsa ini dan seluruh aktivitas kita berada di tangan segelintir orang. Kita telah menjadi pemerintah yang paling diatur, dikontrol, dan didominasi di dunia modern. [Kita] tidak lagi pemerintah yang memiliki pandangan yang bebas, pemerintah yang diakui, yang dipilih oleh suara mayoritas, melainkan pemerintah yang dikontrol oleh opini dan paksaan sekelompok kecil orang yang mendominasi.”
(“I am a most unhappy man. I have unwittingly ruined my country. A great industrial nation is controlled by its system of credit. Our system of credit is concentrated. The growth of the nation, therefore, and all our activities are in the hands of a few men. We have come to be one of the worst ruled, one of the most completely controlled and dominated governments in the civilized world. No longer a government by free opinion, no longer a government by conviction and the vote of the majority, but a government by the opinion and duress of a small group of dominant men.”)
Pada tahun 1933, menyusul terjadinya krisis moneter, Presiden Roosevelt yang juga kampanyenya didanai The Fed, melakukan aksi penyitaan emas rakyat dan menyerahkannya kepada The Fed sehingga dollar benar-benar menjadi mata uang AS dan uang emas/perak tidak digunakan lagi.
Tentu tidak semua presiden AS sebodoh Wilson atau Roosevelt, sehingga mau menukar kedaulatan negara dengan uang bantuan kampanye. Presiden F Kennedy pernah berusaha melepaskan AS dari jeratan The Fed dengan membuat rencana penerbitan mata uang sendiri. Namun, sebelum rencananya terlaksana, dia sudah mati dibunuh. Presiden-presiden sebelumnya, dan para politisi dan ekonom AS pun sudah banyak yang memperingatkan bahaya penyerahan hak cetak dollar dan hak pendistribusiannya kepada bankir swasta; namun suara-suara itu lenyap begitu saja, seiring dengan terus berlanjutnya proses indoktrinasi sistem ekonomi uang kertas di kalangan akademisi seluruh dunia.
Situasi ini dijelaskan sendiri oleh Rothschild pada tahun 1863, “Sedikit orang yang memahami sistem ini sangat tertarik pada keuntungan sistem ini atau sangat memiliki ketergantungan pada sistem ini, sehingga tidak akan ada perlawanan dari mereka” (“The few who understand the system, will either be so interested from it’s profits or so dependant on it’s favours, that there will be no opposition from that class.”)
Meluasnya penggunaan dollar di dunia, dan dijadikannya dollar sebagai standar mata uang dunia (contoh: harga2 di Indonesia selalui dikaitkan dengan dollar, dollar naik, harga barang di Indonesia juga naik) membuat The Fed kini pada hakikatnya adalah penjajah dunia, termasuk rakyat AS sendiri. The Fed leluasa mencetak dollar, dan rakyat sedunia memberikan kekayaan alam dan keringat mereka untuk ditukar dengan dollar. Contohnya Indonesia, karena pemerintah Indonesia mau saja dibodoh-bodohi menerima hutang dollar;  untuk membayarnya, digunakanlah uang pajak hasil keringat rakyat dan dengan menjual sumber daya alam.
IV. Kemana Uang The Fed Mengalir?
Pertanyaan akhir, buat apa klan Rothschild dan kroni-kroninya itu mengeruk kekayaan dari seluruh penjuru dunia? Masih kurang kayakah mereka? Kapankah mereka akan bisa terpuaskan?
Jawabnya:
1. Kalau kita kembali pada Al Quran (AlHumazah:2-3), mereka inilah yang disebut “orang yang mengumpulkan uang dan menghitung-hitungnya; dan mengira bahwa hartanya itu akan mengekalkan dirinya.”
Mereka terus-menerus mengumpulkan uang, dengan menghalalkan segala cara, termasuk dengan menjajah secara terang-terangan, atau menjajah melalui sistem uang kertas, demi mempertahankan keabadian diri dan keluarga mereka di muka bumi. Dan inilah ujian bagi manusia yang beriman: mau terus tunduk di bawah penjajahan manusia-manusia jenis ini, atau bergerak, bergerak, bergerak, berjuang membebaskan diri dan menciptakan keadilan di muka bumi.
2. Kalau mau diperdalam lagi pembahasannya: Rothschild adalah Yahudi-Zionis yang punya impian untuk membangun Israel Raya. Israel mengenang  Baron Edmond James (Avrahim Binyamin) de Rothschild (1845-1934) sebagai “Father of the Settlement”. Dialah yang pertama kali memulai proyek permukiman Israel dengan membeli tanah-tanah di Palestina untuk kemudian dihuni oleh imigran-imigran Yahudi dari berbagai penjuru dunia. Impian Edmond Rothschild ini diteruskan oleh keturunannya (bahkan, darah klan Rothschild tetap ‘murni’ hingga sekarang karena ada aturan ketat tentang pernikahan dalam keluarga itu).  Ketika jumlah penduduk Yahudi sudah cukup signifikan, dengan uangnya, klan Rothschild menggunakan segala macam cara untuk menekan wakil-wakil negara-negara anggota PBB sampai mereka akhirnya pada tahun 1947 menyetujui Resolusi 181 yang merampas 56,5% wilayah Palestina untuk dijadikan negara Israel. Hingga kini, biaya operasional Israel masih terus disuplai oleh AS (dan siapa sesungguhnya pemilik uang di AS, dan bagaimana uang itu dikeruk, sudah terjawab di uraian di atas). Oya, ingat juga fakta bahwa Deklarasi Balfour 1917 -yang berisi kesepakatan Inggris untuk menyiapkan tanah air bagi bangsa Yahudi- disampaikan secara resmi oleh Menlu Inggris kepada Walter Rothschild (anak Edmon Rothschild).
Jasa Edmond Rothschild diabadikan dalam uang koin emas Israel yang dimanai “Koin Hari Kemerdekaan” berikut ini:
Bagian depan: foto Baron Rothschild bertulisan aksara Hebrew “Father of the Jewish Settlement”.

Bagian belakang: lambang negara Israel dengan tulisan di bawahnya “Baron Edmond de Rothschild”, “1845-1934″ (masa hidup Edmond Rothschild), “Centenary of His First Settlement Activities in Eretz Israel”. Kata “Israel” ditulis dalam huruf Hebrew, Inggris, dan Arab. Tahun penerbitan mata uang ini adalah 1982.
V. Penutup
Jadi menurut pendapat pribadi saya, inilah esensi Hubungan Internasional yang sesungguhnya: dunia ini berjalin berkelindan, tak ada manusia/bangsa yang benar-benar hidup sendirian, semua saling terkait dan terpaut, dan karenanya umat manusia seharusnya berjalan bersama, berjuang  bersama mencapai kesadaran diri (emansipasi), dan memandang dunia secara jernih supaya bisa melihat bahwa sebagian besar penduduk dunia ini saat ini sedang ditindas oleh segelintir lainnya. Dan karenanya, masihkah ada lagi yang harus bertanya: mengapa kita orang Indonesia musti membela Palestina, bukankah lebih baik mengurusi korban Lapindo? Lihatlah, siapa yang ada di balik semua ini dan bergeraklah! Minimalnya, bergeraklah dengan cara menyebarluaskan penyadaran dan pencerahan, melalui sikap sehari-hari (misalnya, mulai bersikap independen dan tidak lagi selalu berorientasi uang dalam menjalani hidup).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar